Tujuh puluh lima.

4.9K 505 36
                                    

Renjun dan Guanlin beserta kedua buah hatinya kini tengah berbaring diatas ranjang besar milik mereka. Jam sudah menunjukan pukul sembilan pagi, dan hari ini adalah hari minggu dimana waktu Guanlin sepenuhnya hanya untuk keluarga mungilnya.

Guanlin dan Renjun berada di tepi ranjang, sedangkan Ayden dan Mingrui berada di tengah. Mingrui dengan empeng yang menancap di mulut mungilnya memperhatikan Ayden yang bermain dengan beberapa mainan di depannya serta mengoceh kesana kemari bak mendongengi adik dan orangtuanya.

"Dedek, ini namana tayo, ini bombom, ini melah, telus ini bomkal" celoteh Ayden sembari memamerkan satu persatu mobil mobilannya.

"Kakak paling suka mobil yang mana?" Tanya Renjun yang kemudian membuat Ayden berfikir sejenak namun tidak lama ia mengangkat mobil pemadam kebakaran yang dihadiahkan oleh kakeknya saat ia berulangtahun yang ketiga kemarin.

"Ini, wiu wiu"

"Kenapa suka ini?"

"Coalna bica tolong banak olang"

Renjun terkekeh, "pinter banget kakak"

"Iya dong!" Jawab Ayden bangga atas pujian Renjun.

Renjun kembali terkekeh, ia kembali memperhatikan bagaimana kedua anaknya itu saling berinteraksi dan bermain bersama dengan Ayden yang terkadang gemas dan mencubit pipi Mingrui.

Selang beberapa menit, Renjun menoleh pada Guanlin yang tak bersuara sedaritadi. "Lah? Tidur" ucap Renjun mendapati suaminya itu sudah terlelap kembali.

Ayden ikut menoleh, sedangkan Mingrui ia menggulingkan tubuhnya hingga tepat di depan Guanlin.

"Dek, bangunin Papanya dek. Masih jam segini kok tidur lagi, katanya mau ngajakin kalian main"

"Ish! Papa nih kayak kelbau ya Papi. Cuka bobok"

Renjun terkekeh, Ayden kemudian menarik tangan Mingrui dan meletakannya di atas wajah Guanlin. Mingrui yang tidak tau apa apa itu sontak mengkibas-kibaskan tangannya di wajah Guanlin membuat tidur Guanlin terusik.

"Mhmm, siapa sih?" Gumam Guanlin tanpa membuka matanya dan menyingkirkan tangan mungil Mingrui.

Empeng Mingrui terlepas, ia kemudian memasukan tangannya ke dalam mulut, yang langsung membuat Renjun menarik tangan Mingrui lagi dan memasukan empengnya ke dalam mulut Mingrui.

Ayden dengan jahilnya meletakan kembali tangan Mingrui yang penuh liur itu di wajah Guanlin, ia kemudian terkekeh kala melihat wajah Guanlin penuh liur adiknya itu dan membut Guanlin kembali terusik.

"Aishhh" Guanlin merenggangkan tubuhnya, kemudian menarik Mingrui untuk dipeluk seperti guling membuat Renjun sontak panik karena suaminya itu memeluk anak bungsunya erat.

"Heh! Papa! Anak lo!" Teriak Renjun sembari menarik Mingrui membuat Guanlin membuka matanya.

"Hngg, apa sih yang? Teriak teriak mulu"

Renjun memukul pelan lengan Guanlin. "Anak lo, lo jadiin guling!"

Guanlin terkekeh, "buntel banget sih, kayak guling" Jawab Guanlin

"Ck! Bangun ah, malah tidur"

"Ngantuk yang.. kan semalem habis—"

"Hsttt! Mulut lo!"

Guanlin kembali terkekeh, membuat suaminya kesal adalah keahliannya.

"Bangun. Jagain anak anak, gue mau jemurin cucian tadi dulu"

Guanlin menggangguk, ia membiarkan Renjun pergi menjemur pakaian yang tadi pagi Guanlin masukan dan cuci di mesin cuci.

Kadang Guanlin juga bingung, apa gunanya ART yang ia pekerjakan setiap hari di rumah jika Renjun ingin mengerjakan semuanya sendiri. Oh tidak semuanya, Renjun hanya akan menyisahkan menyapu, mengepel, membersihkan kamar mandi dan menyetrika baju untuk bibi kerjakan.

Kisah Papa Papi - GuanrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang