empat puluh.

6.7K 671 102
                                    

"Ren, udah siap?"

Renjun yang tengah bersiap siap bersama Ayden itupun menoleh dan mengangguk. "Udah, Ma"

"Enmaa. Nyii baju akak ayuuu" (Grandma, ini baju kakak baru)

Mama Guanlin terkekeh dan mencubit pelan pipi Ayden. "Wah baju baru ya? Ganteng banget sih, kakak"

"Yadonggg, anteng ayak Pwapii" (Iya dong, ganteng kayak Papi)

"Gak kayak Papa?"

"Nooo!! Pwapa jeyekkk"

Mama Guanlin dan Renjun terkekeh. "Lagi jauh juga masih aja musuhan banget sama Papanya"

"Yuk ma kita berangkat"

"Ayo, semua udah siap kan?"

"Udah, tadi disiapin bibi. Bibi tadi pulang beberapa menit sebelum Mama datang"

"Iya, tadi Mama papasan sama Bibi di depan komplek"

Hari ini adalah jadwal vaksin untuk Ayden dan jadwal check up bulanan untuk kandungan Renjun. Usia kehamilannya kini sudah memasuki bulan kedelapan. Jika sesuai perkiraan, lima minggu lagi mungkin adik Ayden ini akan lahir.

Hari ini Renjun tidak bersama Guanlin, ia diantarkan oleh mertuanya karena Guanlin sedang ada kerjaan di luar kota dan Orang tua Renjun sedang menjenguk Abang dan ipar Renjun di bandung.

"Kandungannya aman kan, Ren? Gak ada keluhan?" tanya Mama Guanlin yang tengah memangku Ayden diperjalanan

"Aman, Ma. Cuma akhir akhir ini si dedek kayak gak seaktif biasanya deh Ma"

"Minta di jengukin kali, atau gak lagi jauh dari Papanya"

Renjun yang sedaritadi mengusap perutnya seketika menoleh, mengerti maksud Mama mertuanya itu.

"Di jengukin siapa, Ma? Papanya aja udah hampir seminggu gak pulang" jawab Renjun sembari terkekeh

"Si Alin itu emang bener bener ya. Katanya kalau kamu udah delapan bulan mau ambil cuti atau gak kerja di rumah aja. Ini malah ngurusin kerjaan sampai ke Palembang"

"Mang, pwapa akal tuh enmaaa" (Memang papa nakal tuh Grandma) saut Ayden

"Papa nakal? Kakak ditinggal ya?"

Ayden mengangguk sembari meminum susu dari dot. "Pwapa gak puyang puyang. Yupa umah. Cayi Pwapi bayu" (Papa gak pulang pulang. Lupa rumah, cari papi baru)

Renjun terkekeh. "Papa kan kerja kak. Buat beliin kamu susu"

"Napa beyi?"

"Ya susu kamu kan beli"

"Ndak ucah beyi pwapi. Nyenyen pwapi aja" (Gak usah beli Papi. Nenen Papi aja)

"Gak boleh dong sayang. Kan kakak udah besar. Hayo siapa yang kemarin ulang tahun? Katanya udah gede?"

Ayden memajukan bibirnya membuat dua orang dewasa serta supir di mobil itu ikutan terkekeh melihat kelakuan anak sulung dari Guanlin itu.

Sesampainya di rumah sakit, mereka segera membawa Ayden ke dokter anak terlebih dahulu. Dan seperti biasa, Ayden tidak menangis saat di vaksin. Namun bocah berusia dua tahun itu baru sedikit rewel setelahnya.

"Kakak mau lihat dedek gak?" tanya Renjun

"Mawuu.. hikss" jawab Ayden yang tengah berada di gendonga Neneknya. Mereka bertiga kini tengah berjalan menuju ruang dokter selanjutnya dimana Renjun akan melakukan check up bulanan kehamilannya.

"Kakak boleh nangis sekarang, tapi nanti kalau di dalam gak boleh nangis ya sayang. Nanti di ketawain dedek loh"

Ayden mengangguk, ia melanjutkan tangisnya namun tidak bersuara. Renjun akan membiarkan anaknya itu menangis sepuasnya karena ia  tidak ingin anaknya itu terbiasa menahan emosi.

Kisah Papa Papi - GuanrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang