lima puluh lima.

5.2K 672 92
                                    

Sebulan terakhir perusahaan yang Guanlin pegang mengalami penurunan omset sangat drastis. Perusahaan yang Papanya bangun dengan susah payah dan di berikan kepada dirinya itu terancam mengalami kebangkrutan dengan meninggalkan hutang puluhan milyar.

Sebenarnya ini bukan kesalahan Guanlin, namun ini adalah ulah dari salah satu anak buahnya yang sangat ia percaya. Kepala divisi keuangan diketahui diam diam mencairkan dana perusahaan sejumlah puluhan milyar dengan menggunakan tanda tangan palsu Guanlin.

Semua investor yang mengetahui berita itu lantas dengan buru buru menarik semua saham mereka sebelum mereka ikut terlibat mengalami kebangkrutan dan membuat perusahaan Guanlin semakin tumbang.

"Sayang" panggil Guanlin kepada Renjun. Ia baru saja kembali dari perusahaan setelah satu minggu tidak pulang ke rumah. Namun alangkah terkejutnya Guanlin saat ia membuka pintu dan melihat Renjun dengan beberapa koper di dekatnya.

"Ren? Lo mau kemana?"

"Papaaaa" panggil Ayden memeluk Guanlin sembari menangis

"Ren?!"

Renjun mendengus, ia berdiri sembari menggendong Mingrui. "Lin, gue gak bisa. Gue gak mau jadi miskin, gue masih mikirin anak anak"

"Ren?! Gak gini dong caranya"

Ayden seolah mengerti dengan apa yang terjadi dengan keluarganya itu, tangisnya semakin pecah sembari memeluk kaki Guanlin.

"Gue gak bisa, Guanlin! Gue gak mau hidup susah! Lo mau ngajak gue tinggal dimana? Rumah kita mau disita! Banyak orang datang kesini nyari lo!"

"Ren, kita bisa pulang ke rumah Papa Mama dulu sembari gue nyelesain masalah perusahaan"

"GIMANA? MAU BALIK KE RUMAH ORANG TUA LO?! RUMAH MEREKA AJA JUGA JADI JAMINAN LIN! MAU DISITA!"

Guanlin menarik nafas dalam, ia menggendong Ayden yang terlihat takut dengan pertengkaran mereka. Bahkan Mingrui yang berada di gendongan Renjun juga ikut menangis.

"Gue mau bawa pergi anak anak. Kita pisah!" ucap Renjun telak

Guanlin jelas sangat terkejut mendengarnya, bagaimana bisa suami yang sudah menemaninya itu kini malah mau meninggalkan dia saat dirinya berada di bawah.

"Lo gila Renjun, lo bener bener gila. Gue gak nyangka lo bakal setega ini"

"Terserah!"

Renjun mencoba menarik Ayden dari gendongan Guanlin, namun Guanlin denga kukuh menahan anak sulungnya.

"Lo kalau mau pergi, silahkan pergi. Tapi gue gak bakal biarin lo bawa anak anak!"

Renjun berdecak, masih mencoba menarik Ayden. "Lo mau kasih makan apa mereka? Lo udah gak punya apa apa, Guanlin! Biarin mereka sama gue, seenggaknya mereka bisa makan enak kalau sama gue!"

"Papaaaa.. nooo.. papaaa" teriak Ayden meronta dan memeluk erat leher Guanlin saat tubuhnya ditarik oleh Renjun.

"Lepasin!! Guanlin lepasin!"

"Lo kalau pergi, pergi aja! Anak anak sama gue!"

"Mau lo kasih makan apa?! Duit sepeserpun aja lo gak punya sekarang!" Renjun masih terus menarik Ayden, bahkan tangisan dua balita itu menggema keseluruh ruangan di barengi teriakan Renjun. "LEPASIN!! GUANLIN LEPASIN!!"

Guanlin tidak menggubris, ia lari membawa Ayden naik ke kamarnya dan langsung menguncinya dari dalam.

"Papaa.. atuttt" isak Ayden

"Gapapa kak, ada Papa"

"GUANLINN!! BUKAA!!" Renjun terus menggedor pintu berwarna putih di hadapannya itu. Bunyi gedoran yang Renjun timbulkan membuat Ayden semakin takut.

Kisah Papa Papi - GuanrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang