Delapan puluh sembilan.

4.6K 496 26
                                    

Sekitar seminggu ini Guanlin berada dirumah orang tuanya dengan keluarga kecilnya. Kadang ia juga bergantian tidur di rumah mertuanya karena seperti yang diketahui, rumah mereka berdampingan.

Guanlin memarkirkan mobilnya di garasi rumahnya bersama Renjun. Ayden dan Mingrui masih di rumah orang tuanya karena ia dan Renjun tadi pergi ke kantor polisi.

Butuh waktu hampir seminggu untuk menangkap perampok yang telah membawa beberapa asetnya dan menyakiti keluarganya. Seperti dugaan, perampoknya adalah orang yang ia kenal. Ia adalah salah satu karyawan Guanlin yang pernah ia pecat karena menyelewengkan anggaran kantor hingga ratusan juta dan membuat perusahaannya merugi ratusan juta beberapa waktu yang lalu.

"Kalian beneran mau ikut kita liburan ke Bali?" Tanya Renjun kepada kedua sahabatnya itu. Esok hari ia dan keluarga kecilnya memang akan terbang ke Bali sesuai rencana seminggu yang lalu untuk menyembuhkan trauma mereka dan sedikit liburan agar tidak terlalu memikirkan kejadian kemarin. Namun tanpa di duga, Haechan dan Jaemin juga ingin ikut menemani mereka selama seminggu disana.

Kemauan Haechan dan Jaemin ini membuat Mark dan Jeno sedikit pusing karena harus mengambil cuti mendadak. Namun setelah dipikirkan lagi, liburan kali ini memang juga mereka butuhkan setelah beberapa bulan terakhir harus bekerja keras.

"Beneran. Kita mau nemenin lo. Ya Na?"

Jaemin mengangguk. "Bener! Gue udah nyiapin semuanya tau Ren. Jisung juga keliatan seneng banget"

"Kalian jangan gitu... gue kan jadi terharuuu" ucap Renjun kemudian menangis membuat Jaemin dan Haechan panik.

"Eh anjir! Jangan nangis lo! Gue takut digebukin si tiang dikira bikin nangis lo" saut Haechan namun ikut memeluk Renjun.

"Gue.. gue beneran gak tau lagi kalau gak ada kalian.." lanjut Renjun.

"Loh? Kenapa? Lo apain laki gue chan?" Tanya Guanlin yang baru saja datang bersama Jeno dan Mark.

"Tuhkan! Gue anjir Njun yang disalahin laki lo, padahal disini juga ada Jaemin. Suudzon mulu emang laki lo sama gue"

Guanlin terkekeh, ia hanya bercanda. "Bercanda doanggg" lanjutnya kemudian mendekat mengusak kepala Renjun.

Keesokan harinya, tiga keluarga itu berangkat ke Bali bersama. Keluarga Haechan dan Jaemin menyewa Villa yang letaknya tidak jauh dari Villa keluarga Guanlin.

"Terapinya Ayden mulai kapan Ren?" Tanya Haechan.

"Besok. Rencananya 2 hari sekali terapisnya bakal kesini"

"Tapi selama seminggu ini dia masih sering gak mau buka matanya gak?"

"Masih. Apalagi kalau malam. Sekarang kalau tidur gak mau jauh jauh dari Papanya, pokoknya tidur harus dipeluk Guanlin dulu. Lampu harus nyalah, ke kamar mandi gak boleh di tutup.." lanjut Renjun kemudian menatap sendu Ayden yang tengah tertidur di pangkuan Guanlin. Mereka sekarang tengah menikmati santap siang mereka di salah satu restoran yang letaknya di ubud.

"Dia juga sering ngigau, manggil manggil gue sama Alin.."

Jaemin menepuk pelan pundak Renjun. "Sabar ya Ren. Semua pasti bakal berlalu"

Renjun hanya mengangguk, ia kemudian menunduk menatap Mingrui di pangkuannya.

"Adek juga kuat banget, gak kalah kuat sama kakaknya" gumam Renjun.

Jaemin dan Haechan saling pandang. Ia tau betul bagaimana keluarga kecil sahabatnya itu melalui banyak hal berat akhir akhir ini.

"Eh Lin, tapi emang komplek kita nih harus ditambah lagi gak sih keamanannya? Kalau cuma ngejagain yang ronda tuh kayak kurang. Harus ngusulin buat nambah cctv disetiap jalan" usul Mark.

Kisah Papa Papi - GuanrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang