lima puluh tujuh.

4.9K 532 63
                                    

Kisah kali ini kita sedikit bergeser ke tetangga sebelah, tetangga samping kanan dari rumah keluarga absurd kita ini.

"Mawu nana na?" tanya balita yang berusia dua tahun lebih itu

"Kita mau ke rumah grandpa sama grandma, sayang"

"Aciiikkk!! Bobo cana?"

Yang ditanya mengangguk. "Kita bobo sana sampai adiknya abang lahir ya"

"Lama ndak?"

"Iya, satu hingga dua bulan"

"Belapa lama itu na?"

Jaemin terkekeh. "Tiga puluh kali tidur"

Jisung menatap jari jari mungilnya, "Heunggg, lamaaaa"

Jaemin mengerutkan keningnya, "Emang abang gak suka kalau di rumah grandma?"

Jisung mendudukan dirinya di samping koper yang tengah Jaemin bereskan. "Cukaa. Tapi ndak cuka lama, nanti abang ndak bica main ama lele"

Jaemin terkekeh, mengusak pelan rambut anak sulungnya. "Duh kamu ini kayak Daddy banget, bucin!"

"Apa? Kok manggil manggil Daddy? Lagi ngomongin Daddy ya kalian?" ucap Jeno yang memasuki kamar dan langsung mendengar panggilan untuk dirinya

Jisung berlari menghampiri Jeno. "Daddd, ndakmawu iga puyuh bobo di glandma"

Jeno sedikit tidak paham, ia menoleh kepada Jaemin. "Kenapa ay?"

"Gak mau lama lama di grandmanya katanya nanti gak bisa main sama Chenle"

Jeno yang paham pun mengangguk dan menarik pipi Jisung pelan. "Bucin banget sih? Orang Chenle aja gak suka kamu"

Jisung menghentakan kakinya. "CUKAA!! MALIN LELE TIYUM ICUNG!"

"Heh siapa yang ngajarin cium cium gitu?!" tanya Jeno sedikit melotot mendengar ucapan anaknya

"Daddy! Daddy cuka tiyum tiyum unaa"

Jaemin hanya menghela pelan, ia melanjutkan membereskan kopernya dan beberapa peralatan bayi. Biarlah Jeno yang pusing menjelaskan semuanya kepada Jisung.

Sore harinya, keluarga dari Lee Jeno itu sudah siap untuk pergi ke rumah orang tua Jaemin yang berjarak sekitar 2 jam perjalanan dari rumah mereka.

"Jadi ke rumah Mama lo, Na?" tanya Renjun yang menggendong Mingrui dengan Ayden yang bermain sepeda kecil di depan rumah mereka.

"Jadi, ini mau berangkat. Tapi tuh, anaknya Jeno lagi ngambek"

Renjun mengikuti arah telunjuk Jaemin dimana Jisung tengah duduk menghadap tembok dengan tangan yang ia silangkan di dada dan bibir yang ia majukan.

"Kenapa?"

"Gak mau pisah sama Chenle katanya"

Yang menjadi perbincangan pun keluar dari rumahnya, ia berlari menghampiri Ayden yang tengah mendorong sepeda mungilnya, "Dendennnn!! Napaa cepedanya di dolong?" tanyanya

Bocah mungil yang tengah ngambek pun sontak menoleh ketika mendengar suara yang tidak asing di pendengarannya.

"Leleee!!"

Jaemin menghela pelan, di ikuti kekehan oleh Renjun. Chenle yang merasa terpanggil sontak menoleh dan bugg Chenle sedikit limbung ke belakang ketika Jisung langsung menabrak tubuhnya dan menangis.

"Ihhh!! Icunggg yepasss!! Napa nanis?"

Ayden hanya melongo, menggaruk pelan kepalanya. "Ih, icung cenen!!"

"Lah? Anak lo kenapa na tiba tiba nangis meluk anak gue?" Tanya Haechan sembari berjalan menghampiri dua sahabatnya itu.

"Biasa, gen bucinnya muncul. Gue mau lahiran di rumah Mama, tapi tuh si Jisung gak mau pisah sama Chenle"

Kisah Papa Papi - GuanrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang