PART 06 . keluarga

1.8K 73 1
                                    

  Hari ini dikediaman rumah deandra, ada acara berkumpul keluarga, memang biasanya mereka melakukan acara kumpul kumpul setiap sebulan sekali

Kini mereka sedang berada diruang tamu sembari bercanda ria dan memakan cemilan

"dila sama dela kembar tapi engga ada mirip miripnya loh" ketawa sisil, sisil adalah ibu dari juan, yg pasti kakak dari gara

"sil, udahh jangan diganggu in mulu ihh" ucap opa ferdi geleng geleng kepala

Ferdi adalah ayah dari sisil dan gara, mereka hanya dua bersaudara, sisil yg memiliki 2 anak, dan gara memiliki 3 anak

"moga moga kita punya anak kembar ya sayang" ucap juan sembari mengelus perut buncit istrinya riva

" udah berapa bulan kak adek bayinya? " tanya penasaran adila

Riva pun terkekeh, "baru lima bulan dil"

"kak juan pinter ya main diranjangnya kak riv? " tanya polos alderon, padahal niatnya adalah menggoda juan

Seketika semua pada tertawa, dan riva hanya tersenyum canggung, dia malu sekali

"hati hati al nelen ludah sendiri, nanti lo pasti bakal kayak gitu juga kalau udah nikah sama kirana, biasa broo nafsu" ucap juan tersenyum smirk

"kakk juan kok malah bahas nafsu menafsu si" adila pun langsung melototi juan

  Alderon pun tertawa melihat juan dimarahi oleh adila

"hehe maaf ya cantikk" ucap juan

"dihh juan juan, udah nikah, bentar lagi punya anak, masih genit aja" ucap johan, adik dari juan

"sirikk loo"

Ferdi pun hanya bisa geleng geleng kepala, lalu kembali menatap dila dan dela

"dila dela, gimana sama latihan balet kalian? " tanya ferdi

"seruu banget opa, dua bulan lagi, dila bakal tampill dipanggung, dila juga dibilang sama kakak yg ngajarnya kalau dila emang berbakat jadi penari balet" senyum sumringah dila

Ferdi pun tertawa kecil, lalu kembali menatap dela, "kalau dela? "

"delaa pasti suka juga kan sama balet, emang bagusnya gitu del, anak cewe itu lebih pantes ke bidang balet, apalagi ini permintaan dari almarhumah ibu kamu sendiri" senyum sisil

"aku gasuka balet" to the point dela, dan membuat semuanya keheranan

"dela , maksud kamu apa?" tanya serius gara

"aku pengen jadi model "

"apa bagusnya model, kamu harusnya seperti dila, berbakat, model hanya berpose dibalik kamera saja,  tidak ada gunanya, paham del" tegas gara

"ini hidup aku pah" sinis dela

"DELAA!! " bentak gara lalu berdiri dari duduknya, sontak semuanya pun ikut berdiri

"gara, jangan main bentak gitu aja, dia putri mu loh" ucap sisil lalu mengelus puncak rambut dela

"kak, gara ga akan bentak kalau dela nya ga ngelawan, dela emang seharusnya dibentak, kalau tidak, dia tidak akan mengerti" jelas gara masih menatap tajam dela

"jangan emosi dulu pah" ucap alderon yg tidak mau gara selalu membentak, memang akhir akhir ini gara sering membentak semenjak dela pulang ke indo

"dela, kamu harus tetep ikut balet suka ataupun ga suka, kamu tau kan ini permintaan ibu kamu sebelum ibu kamu meninggal, ini amanah, paham? " jelas ferdi tidak ingin ada keributan lagi

Mendengar kata ibu, dela tidak bisa berkata apa apa lagi, ia hanya bisa mengangguk lalu berlari pergi ke kamarnya

"gara, jangan terlalu keras ke dela, dela tuh dari kelas 1 sd kurang kasih sayang dari orang tuanya, makanya papa suruh dela untuk tinggal di indo agar kalian bisa dekat dengan dela" ucap ferdi

"mau kami ngedeket gimana pun opa, tapi dela selalu ngejauh, kenapa ya" gumam dila

"dela masih canggung aja kok itu dil" senyum juan

Hardi pun menghampiri sisil, "pulang yuk, udah malem" hardi adalah suami dari sisil

"yaudah gar, dil, al kami pamit dulu ya" ucap sisil dan diangguki yg lain, ferdi pun ikut pulang

"istirahat dil, besok sekolah" senyum alderon dan diangguki dila

Saat dila ingin pergi, gara menghentikan nya

"dila sayang, papa mau tanya sama kamu" ucap gara

Dila pun merasa penasaran, "apaa pah? "

"tadi kata bi sumi, kamu setiap hari masak bekal sendiri, dan setiap pulang wadah bekal nya ga pernah balik, kamu buang wadah nya? " tanya gara heran

Memang mereka kaya dan tidak masalah jika harus membuang wadah bekal, tapi biasanya dila tidak pernah membuang barang seperti itu

"o-oh itu pah, bekalnya bukan buat aku, aku bikinin laila bekal setiap hari, katanya dia suka sama masakan aku" bohong dila, dan gara pun mengangguk

"kakk al, aku pengen liat bulan diluar, temenin yuk" bujuk adila lalu diangguki alderon

Mereka berdua pun pergi kehalaman depan dan duduk dikursi yg ada disana

"kangen mama?" tanya alderon menatap adila sendu

Biasanya setiap adila ingin melihat bulan, pastinya dia selalu meminta al untuk menemaninya, dan al tau betul saat ini pasti dila sedang kangen dengan mamanya

"kenapa tuhan ngambil mama duluan kak? padahal dila belum pernah peluk mama di real lift, kalau aja mama ada disini, pasti dila sama dela dulu kecil gabakal dipisahin" dila pun tersenyum menahan tangisnya

Alderon pun langsung memeluk dila sembari mengelus elus puncak rambut dila

"it's okayy dek, nangis aja gapapa, gausah ditahan"

Dila pun langsung menangis dipelukan alderon,  entah kenapa hati dila sakit melihat jarak diantara dia dan dela

"udahh ih jangan nangis terus, jelek tau" ucap al lalu mengelap air mata dila

"apasi kak al, bohong aja, mau kayak gimana pun aku bakal terus cantik" jawab dila tersenyum

Alderon pun mengacak acak rambut dila, "aduh aduh si bocil"

"aku udah gede kak bukan bocil lagi" cemberut dila

"ya terus apa? Bayi gede? "

"SAMA AJA KAK AL, IHH" ngegas dila menatap kesal wajah kakaknya itu

"yauda yauda, adekk kakak yg paling cantikkk, imut, dan baik hati ini ga boleh nangis" ngalah alderon,  dila pun tersenyum sumringah

"gituu dong kak"

Mereka berdua pun tertawa bersama, dari kejauhan adela melihat interaksi antara al dan dila lewat jendela kamarnya

"gua punya abang, tapi kayak ga punya, gua punya keluarga, tapi ga pernah ngerasa punya, kenapa hidup gua ga bisa kayak lo dil" - batin dela tersenyum miris












halooo kembali lagi sama saya, HAHAHA

Si kembar : the twins [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang