Bab 2. THE ROASTERY BY NOZY COFFEE

247 93 421
                                    

---Ego yang besar dan harga diri yang tinggi dapat mengantarkan seseorang terjebak dalam sebuah pertikaian---

"Satoshi.... Onigiri 2, Tempura 1," ucap seorang lelaki dari pintu pantry yang hanya terbuka setengah saja.

"Yupz....!" balas Satoshi sambil mengacungkan ibu jari tangan kirinya tanpa menoleh ke arah pintu.

Dia fokus sibuk di depan perapian, menyiapkan pesanan. Tangannya dengan lincah memasukkan beraneka macam bahan ke dalam racikan. Mengambil salmon, ayam, dan umeboshi(dried plum)  membungkusnya dengan nori(rumput laut). Makanan ini disebut Onigiri atau nasi kepal versi Jepang.

 Makanan ini disebut Onigiri atau nasi kepal versi Jepang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ONIGIRI (nasi kepal versi Jepang)


Sudah 4 bulan ini Satoshi bekerja di cafe The Roastery by Nozy Coffee daerah Shibuya City. Setelah ayahnya berhenti bekerja dari Perusahaan Konstruksi Matsuo Bridge Co. akhirnya dia memutuskan untuk sekolah sambil bekerja di shift 2 pada malam hari.

Semua itu dia lakukan untuk menambah uang saku dan kebutuhan keluarganya, sedangkan biaya pendidikannya di Horikoshi Gakuen di dapat dari dana beasiswa.

Semua itu dia lakukan untuk menambah uang saku dan kebutuhan keluarganya, sedangkan biaya pendidikannya di Horikoshi Gakuen di dapat dari dana beasiswa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Kecelakaan kerja yang  dialami ayah Satoshi--Masato Kashima, 10 bulan yang lalu sedikit banyak telah mengubah jalan hidupnya. Dia yang besar dari keluarga kelas ekonomi menengah ke bawah dapat masuk ke dalam lingkungan keluarga kelas atas dengan bersekolah di Horikoshi Gakuen. Semua itu karena pihak Perusahaan Matsuo Bridge Co. bertanggung jawab atas kecelakaan yang terjadi di proyek pembangunan jembatan Yokohama Bay Bridge...
pak Masato tertimpa reruntuhan akibat adanya pier head yang merosot saat dilakukannya proses pengecoran sehingga ayah Satoshi mengalami cacat kaki permanen.

Presiden Directur Tomoya Jinsei Akiara menjamin pendidikan Satoshi dengan membiayai semua pengeluaran selama dia bersekolah di Horikoshi Gakuen. Tapi kebutuhan keluarganya yang semakin hari semakin bertambah memaksa Satoshi untuk ikut banting tulang membantu ibunya yang bekerja di Toko Roti Shirohato yang terletak di selatan Kyoto Imperial Palace, sebagai chef Pantry, karena dulu ibunya pernah belajar ilmu tata boga.

The PEARL BRIDGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang