Chapter 54🖤🖤ř

131 15 4
                                    

Buk! Buk! Brugh! Duakk!.

Hiiro melihat perkelahian keduanya dengan tatapan datar bahkan Saki yang berdiri di sampingnya pun hanya diam menonton tanpa berniat melerai keduanya.

Mereka berdua membiarkan kedua sosok pria kekar itu berkelahi dengan bebas bahkan jika mereka saling membunuh juga dibiarkan begitu saja malahan kejadian itu sudah biasa terjadi.

Ahh memang ya?.

Memang benar yang dikatakan Kazumi waktu itu jika seluruh penghuni rumah semuanya tidak ada yang normal atau bisa dibilang merupakan tempat penampungan orang-orang kelainan jiwa?. 

Ada yang tertarik untuk bergabung?.

Persyaratannya hanya fisik yang kuat dan tentunya bisa berkelahi walaupun teknik yang digunakan hanya asal-asalan.

Mungkin di sana ada yang selalu orang-orang sebut sebagai 'rumah' untuk kau pulang?.

"Mereka kenapa sih?." Tanya Saki yang keheranan.

"Mana aku tahu." Hiiro mengangkat bahu sebagai tanggapan dari pertanyaan yang Saki utarakan.

"Lebih baik kita pergi saja dari pada disini terus." Saki menggandeng lembut lengan Hiiro lalu membawanya pergi.

"Kita mau kemana?." Tanya anak itu dengan wajah polosnya yang terlihat sangat menggemaskan.

"Hmm… mumpung kita sedang ada di sini jadi temani sepupumu ini jalan-jalan." Dengan senyuman lembut Saki berikan pada bocah polos yang merupakan sepupunya itu.

"Kenapa tidak pulang saja? Aku mengantuk." Kali ini kepribadian pemalas Hiiro mengambil alih.

Kepribadian Hiiro yang satu ini memiliki hobi mengoreksi batu permata yang memiliki pancaran indah dan memiliki harga yang mencekik leher.

Saki tidak memperdulikan keluhan Hiiro sama sekali.

Wanita itu sebenarnya luluh dengan wajah menggemaskan mahkluk manis didepannya itu tapi keinginan untuk membawanya Hiiro berjalan-jalan jauh lebih tinggi.

Lagian mereka berdua tidak pernah keluar untuk sekadar bersenang-senang.

Kedua pemuda pemudi berdarah Kagami itu berjalan-jalan di salah satu lokasi sekitar kota yang terlihat seperti pasar, keduanya keliling sambil membeli beberapa jajanan pada stand-stand yang berjejer rapi di pinggiran jalan.

Mulai dari makanan hingga pernak-pernik dibeli.

Hiiro hanya menatap datar Saki yang sedari tadi menyeretnya kesana-kemari dan memasangkan berbagai aksesoris padanya.

Dia pasrah saja didandani seperti boneka.

Pria manis itu bisa saja melepasnya namun Saki dengan liciknya mengancamnya dengan koleksi kesayangan Hiiro yang selama ini sudah di kumpulkan dengan susah payah pria manis itu dapatkan.

Jadi mau tidak mau dia harus menurutinya.

"Hiiro kau ingin rasa yang mana?."

"Samakan denganmu saja." Hiiro menjawab dengan malas.

Sebenernya pria manis itu ingin cepat-cepat berbaring di atas kasur tercintanya yang empuk dan hangat.

"Ini milikmu." Saki memberikan satu wadah ukuran sedang pada anak itu.

"Thanks."

"Kenapa sih? Kok kelihatannya tidak bahagia begitu? Kenapa hem? Coba cerita siapa tahu aku bisa bantu." Ucap wanita itu lembut.

"Bukan apa-apa." Hiiro memalingkan wajahnya mengindari tatapan hangat wanita itu.

"Hahh… sebenernya sih tanpa kau cerita juga aku sudah tahu hahh…." Jujur Saki sambil menghela nafas.

Ghanatva....Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang