Chapter 20 🖤🖤ř

419 33 0
                                    

Pagi hari yang begitu cerah.

Lukisan awan putih tergores pada kanvas raksasa yang alami. Sinar matahari pagi tampak malu-malu untuk menyinari dataran yang membeku oleh suhu malam yang dingin.

Aroma embun pagi tercium begitu menyegarkan.

Dua orang yang kemarin datang namun kembali pulang karena alasan tidak jelas itulah yang Hiiro pikirkan kini kembali menapakkan atensinya disekitar bangunan besar yang kumuh.

Mereka masuk ke bangunan yang sama tempat mereka berdua datangi semalam hanya untuk sekedar mencari dua orang teman mereka yang semalam tidak jadi mereka temui.

Hiiro membuka pintu ruangan tersebut dengan perlahan.

Kakinya melangkah memasuki ruangan diikuti oleh Taiga yang ikut berjalan di belakangnya. Begitu daun pintu terbuka dapat mereka lihat tiga sosok figur pria tengah terlelap dengan begitu damainya.

Dua figur di atas ranjang yang tampak berantakan.

Apa yang sedang mereka lakukan ditempat seperti ini? Begitulah pikiran polos anak itu berkelana bingung dengan pemandangan yang terpampang di depan mata.

Dua figur itu tidak lain dan tidak bukan Emu dan Parad.

Parad memeluk Emu yang masih tertidur dengan posesif, mata tajamnya tidak lepas dari sosok malaikat yang begitu cantik dimatanya.

Dan satu sosok terakhir sedang duduk di kursi dengan badan yang terikat tali dengan mata yang ditutupi kain.

Taiga duduk di kursi yang ada di dalam ruangan itu menunggu salah satu pembuat masalah terbangun dari tidur cantiknya akibat kelelahan ah Taiga yakin soal itu.

"Ugghh."

Suara lenguhan lembut dengan dibarengi kelopak mata yang mengerjap beberapa kali menandakan seseorang yang masih tertidur pulas terbangun dari tidur lelapnya.

Menggeliat tidak nyaman.

Telinganya terasa sakit karena terlalu lama dalam posisi tersebut, Emu sangat sadar dengan keberadaan lengan besar memeluk pinggangnya dengan begitu erat.

"Kau sudah bangun Emu."

Suara serak Parad menyapa indera pendengarannya, nyawanya masih belum terkumpul sempurna membuatnya tidak sadarkan dengan kehadiran sosok lain tidak jauh dari sana.

"Hmm."

"Sejak kapan kau ada di sini?." Tanya Emu setelah menyadari jika ada entitas lain yang berada di ruangan itu.

"Tadi." Taiga menatap Emu datar.

"Ada apa kau kesini?."

"Kalian tidak mandi dulu?." Taiga mengerutkan keningnya.

"Aku sudah mandi." Bantah Parad yang sedari tadi hanya diam saja ikut menyambung pembicaraan keduanya.

"Kamar mandinya masih berfungsi." Lanjut pria jangkung itu seadanya.

"Aku mau mandi dulu."

Dengan perlahan Emu mulai berdiri namun dia malah kehilangan keseimbangan untung saja Parad dengan sigap menangkapnya.

"Biar aku bantu." Tawar Parad sambil membopong Emu dengan gaya bridal style.

"Turunkan aku, aku bisa mandi sendiri." Emu terus memberontak dalam gendongan sang dominan.

"Diam lah atau aku akan melakukannya lagi!." Ujar Parad main-main.

Mendapatkan ancaman yang sangat tidak menguntungkannya itu membuat Emu seketika terdiam, kepalanya refleks menggeleng. Pinggangnya terasa mau patah ditambah bagian bawahnya masih berdenyut menyakitkan sambil mengalirkan cairan bening dari pekerjaan mereka semalam.

Ghanatva....Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang