Chapter 68 🖤🖤ř

129 12 0
                                    

Hiiro berdiri diam didepan sebuah mansion yang terlihat tua dan terbengkalai dimakan waktu.

Rumput-rumput liar tumbuh dengan lebat mengelilingi area halaman yang biasanya dipangkas dengan rapi namun sekarang dibiarkan tidak terurus, membiarkan saja tumbuh liar tidak terkendali bahkan dinding mansion yang sudah mengelupas dijalari tanaman merambat yang terlihat tumbuh dengan sangat subur.

Halaman mansion yang dulunya sangat rapi dan indah karena selalu dipangkas dengan sedemikian rupa kini terlihat kebalikannya.

Ah....

Sudah lama sekali dia tidak mengunjungi tempat ini.

Melihat mansion tua dengan arsitektur sederhana yang terlihat terbengkalai ini membuat Hiiro merasa nostalgia.

"Huh! Sudah lama sekali ya aku tidak berkunjung ke sini...." Hiiro mengelus daun pintu yang telah lapuk dengan warna yang sudah memudar dimakan waktu.

Sosok cantik rupawan itu membukanya dengan pelan takut semakin merusaknya.

Pria manis itu mulai memasuki mansion tersebut tanpa memperdulikan ruang-ruang didalamnya yang gelap.

Hanya cahaya mentari yang masuk melalui celah-celah jendela yang menjadi satu-satunya penerangan disana.

Tirai yang dulunya putih bersih kini terlihat menguning, banyak noda-noda entah apa itu yang mengotorinya, membuat kain itu menjadi Kumal dan berbau apek.

Dapat di lihat kain-kain putih dengan bercak kotor di atasnya.

Semua kain itu diletakkan disana bertujuan untuk menutupi seluruh barang-barang yang ada di dalam mansion agar tidak kotor, debu yang menumpuk dengan sangat tebalnya ditaburkan di atas semua barang-barang di sana.

Hiiro menyingkirkan sarang laba-laba yang menghalangi pandangannya dengan gerakan pelan.

Dia menemukan sebuah bingkai foto yang terlihat kotor karena tertutup debu yang begitu tebal, Hiiro mengusapnya perlahan hingga debu yang menghalangi kaca itu tersingkir.

Gambar sebuah keluarga bahagia terpampang jelas di sana.

Dengan seluruh ekspresi wajah yang terlihat tersenyum menghadap kearah lensa kamera, orang-orang yang terpotret di sana sangat lengkap yang mana merupakan definisi dari sebuah keluarga bahagia itu sendiri.

Hiiro kembali meletakkan bingkai foto tersebut ke tempat semula.

Pria manis itu kembali menelusuri setiap ruangan-ruangan yang berada di lantai satu dengan langkah santai, kaki panjangnya membawanya menaiki puluhan anak tangga.

Kini sosok manis itu berhenti tepat di depan sebuah kamar.

Pintu kamar berwarna putih itu dibukanya perlahan-lahan. Pria manis itu segera mengibaskan tangannya begitu debu berjatuhan saat dia membuka pintu.

Kamar bernuansa biru langit yang memiliki kondisi yang masih sama seperti ruangan di lantai sebelumnya sama-sama berdebu.

Pria itu menyibak kain yang menutupi sebuah ranjang kemudian mendudukkan pantatnya di sana. Sangat keras namun tempat inilah yang membuatnya mengenang masa lalu.

Jika Saki tadi benar-benar ikut bersamanya.

Pasti wanita itu akan langsung menyeretnya ke tempat yang lain begitu dia menyadari tempat apa yang akan mereka datangi.

Dan entah mengapa sepupunya itu seperti menghindari tempat ini.

Langit biru yang sangat memanjakan mata itu kini telah berubah warna menjadi jingga yang mana menandakan sebentar lagi tugas sang Surya telah usai.

Ghanatva....Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang