Chapter 58🖤🖤ř

118 15 2
                                    

Siang hari yang sangat panas. Matahari bersinar begitu terik membuat siapapun insan yang terlalu lama terpapar olehnya akan merasa kepanasan.

Di sebuah desa kecil yang sangat sederhana yang berlokasi di seberang sungai lebih tepatnya di salah satu rumah yang terlihat memiliki penampilan tidak berbeda jauh dengan rumah-rumah penduduk desa yang lainnya.

Rumah sederhana yang terbuat dari kombinasi kayu sebagai dinding dan jerami kering sebagai atapnya.

Jika melihat penampilan rumah yang begitu sederhana dan terkesan tidak tersentuh oleh dunia luar. Sangat berbeda sekali dengan bangunan-bangunan yang berdiri kokoh di tengah-tengah kota maupun rumah-rumah di desa-desa lain yang kebanyakan mengunakan batu bata sebagai bahan pembuatannya.

Mungkin karena tidak ada sentuhan dari dunia luar yang membuat desa tersebut begitu asri dan jauh dari kata polusi.

Tentunya semua warga desa tersebut tidak meninggalkan sesuatu yang sudah diwariskan nenek moyang mereka secara turun-temurun.

"Mmhmm? Dimana ini?." Seorang pria terbangun dari tidurnya.

Jika dikatakan tidur juga tidak, yang menjadi definisi yang paling efektif adalah dia terbangun dari pingsannya setelah beberapa jam terakhir tidak sadarkan diri.

Sosok itu mengingat-ingat kejadian apa yang sebenarnya terjadi kemarin malam yang membuatnya bisa terbangun di tempat asing itu.

Sepenggal potongan memori yang memperlihatkan kejadian kemarin tiba-tiba saja segera melintang pada otaknya.

Setelah memerlukan waktu untuk memproses apa yang sedang terjadi.

Kejadian dimana mobil yang ditumpangi olehnya dan wanita tidak kenal terima kasih itu terjun bebas setelah menghantam keras pembatas jalan.

Sontak saja pria itu mendengus sebal setelah berhasil menyusun memori yang sempat terlupakan.

Sialan memang!.

Ingin mati kok ngajak-ngajak!.

"Hufhh." Dia adalah Graphite yang segera memijat kepalanya yang tiba-tiba saja berdenyut nyeri.

"Kau sudah bangun?." Tanya seorang pria tampan dari arah pintu.

Dari apa yang terlihat dimatanya sepertinya pria tampan itu memiliki rentang usia yang tidak terlalu berpaut jauh mungkin lebih tua dari dirinya.

Pria itu menutup kembali pintu kamar yang sebelumnya dia buka.

"Seperti yang kau lihat…ngomong-ngomong kenapa aku bisa di sini?." Graphite bertanya dengan sopan.

Dia harus menjaga sikap pada orang asing yang sudah menolongnya bukan? Bahkan jika itu musuh sekalipun…dia harus mengamati terlebih dahulu sebelum melayangkan serangan.

Karena akan terlalu berisiko jika dia bertindak terlalu gegabah.

"Tadi pagi saat ingin mengambil air…aku tidak sengaja menemukanmu pingsan di pinggiran sungai." Jelas pria tampan itu seadanya.

Pria yang lebih tua memegang kening Graphite namun langsung di tepis kasar oleh si empunya.

"Sepertinya demamnya sudah turun… sekarang makan ini lalu kau bisa kembali beristirahat." Pria tampan itu menyerahkan semangkuk bubur yang masih mengepulkan asap.

Uap panas itu yang menjadi pertanda jika isi mangkuk tersebut masih panas.

Graphite menerimanya dengan perasaan ragu, dia takut ada sesuatu di dalam bubur tersebut tapi otaknya segera bekerja dengan cepat.

Jika orang ini ingin meracuninya kenapa juga dia repot-repot menolongnya?.

Baru saja Graphite akan menyuapkan sesendok pada mulutnya, tindakannya tersebut segera terhenti karena tiba-tiba saja tangannya mengalami tremor.

Ghanatva....Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang