Chapter 86 🖤🖤ř

99 6 0
                                    

Misora hanya bisa terdiam diatas kasur empuknya sambil menatap langit-langit kamar dengan tatapan lesu. Semalaman suntuk dia tidak bisa tidur sama sekali, matanya bahkan mulai berkunang-kunang juga kepalanya ikut terasa berdenyut-denyut sakit.

Seharian ini wanita itu mencoba mengistirahatkan diri di atas pulau kapuk.

Kekasih tercintanya yang selalu memeluknya manja. Entah kenapa rayuan kekasih tercintanya itu tidak berhasil menggodanya.

Biasanya Misora akan mudah dirayu oleh kekasihnya tersebut lalu berakhir bercinta sepanjang malam dengan kasur empuk dan selimut hangatnya yang menempel lembut di seluruh tubuhnya.

Saat matanya bisa terpejam dengan susah payah...baru juga mau memasuki dunia mimpi eh! Sudah keganggu saja! Padahal dia baru saja terlelap dan itupun belum genap satu jam, sudah dibuat pera oleh suara berisik diluar kamarnya.

Wanita itu melirik jam weker yang masih menunjukkan pukul 5 sore.

Dengan kesalnya Misora mengerang marah, mengerakkan badan dengan emosi tanpa memperdulikan posisi yang tidak bagus untuk tulangnya.

Dia tidak perduli!.

Yang dia inginkan adalah terlelap dengan cepat tanpa gangguan dan tanpa hambatan.

Dia benar-benar ingin bercinta sepanjang malam dengan kekasihnya tercintanya itu. Tapi kenapa dia sama sekali tidak bisa tidur sekarang?.

Wanita itu meninju dinding kamarnya dengan kencang berharap bisa mengurangi kadar emosi yang sudah naik ke ubun-ubun.

Tanpa memperdulikan tangannya yang sudah mengucurkan darah Misora meninju dinding yang tidak bersalah beberapa kali dan berharap bisa meredakan kekesalannya itu.

Dia juga beberapa kali membenturkan kepalanya pada dinding dengan kencang berharap sakit yang dia dapatkan bisa meredakan rasa sakit kepalanya tersebut, biasanya itu akan bekerja namun tidak untuk sekarang!.

Sungguh!.

Entah kenapa hari ini terasa amat sangat menyebalkan! Pengedap suara yang dipasang di kamarnya rusak jadi dia bisa mendengar semua celotehan dari luar dengan kencang.

Sudah tidak bisa tidur...mau tidur juga susah...

Puncak kesabarannya adalah dengan kedatangan Graphite yang masuk tanpa permisi, sudah gitu itu orang satu banyak bicara yang mana membuat amarahnya semakin memuncak hingga ke level maksimal.

Tanpa mengeluarkan sepatah katapun Misora menatap Graphite dengan tajam.

Tapi entah Graphite yang tiba-tiba jadi bodoh atau memang tidak menyadari tatapan Misora yang menatapnya nyalang seakan berkata 'keluar Lo dasar serangga pengganggu!' dan sialnya ini orang sepertinya sengaja berlama-lama di kamarnya.

Setelah semua pertanyaannya tidak kunjung dijawab Graphite dengan wajah tanpa dosanya pergi begitu saja.

Untuk tidur saja kenapa banyak sekali rintangannya? Apesnya lagi dia tiba-tiba saja terkena pilek yang mana membuatnya semakin susah untuk tidur, Misora juga sedang menyembunyikan luka dibalik senyumannya yang manis.

Sialan kenapa sariawannya tidak kunjung sembuh! Padahal ini sudah 4 hari! Misora ingin menangis saja rasanya!.

Lengkap sudah penderitaannya hari ini!.

Dengan pasrah Misora menunggu penderitaan selanjutnya dan menantinya dengan lapang dada.

Disisi lain Emu dan Saki terlihat berjalan-jalan di sekitar taman yang terletak disamping tempat gym.

Mereka berjalan-jalan santai sambil menikmati angin sepoi-sepoi yang seakan membelai wajah mereka dengan sapuan lembut, mereka terlalu khusyuk  sampai-sampai tidak menyadari salah satu di antara mereka ada yang menghilang entah kemana.

Keduanya baru menyadarinya saat menoleh kebelakang dan tidak menemukan Hiiro yang dari tadi berjalan di belakang mereka.

Mereka tidak jadi panik malahan khawatir begitu melihat penampilan orang didepan mereka itu.

Tubuh yang basah kuyup dengan luka di beberapa bagian, membuat Emu serta Saki yang tadinya bersiap mengomel karena si empunya yang tiba-tiba menghilang malah di buat speechless di tempat.

Apalagi Hiiro yang memperlihatkan seekor anak kucing yang terlihat menggemaskan tidak! Bukan itu yang membuat keduanya speechless...melainkan Hiiro yang mengeluarkan seekor anak kucing lagi dari dalam salah satu kantung celananya sedangkan kantung yang lain Hiiro mengeluarkan beberapa jenis jajanan yang terbilang banyak dan menawarkannya pada keduanya dengan wajah polosnya.

"Kau dapat anak kucing itu dari mana?." Tanya Saki menerima satu bungkus jajanan yang diberikan sepupunya itu dengan senang hati.

"Aku menemukannya di jalan."

"Apa masih ada lagi yang kau sembunyikan di dalam kantung celana mu itu?." Emu juga mengambil satu bungkus yang Hiiro sodorkan.

"Hanya beberapa kue kemasan."

Hiiro kembali mengeluarkan beberapa bungkus kue kemasan dari kantung yang sama tempat menyimpan beberapa jajanan tadi.

'itu kantung penyimpanan kah?.' batin Emu yang tidak habis pikir dengan isi kantung yang sebanyak itu.

"...Ada lagi?." Emu kembali bertanya dengan wajah syok

Kali ini Hiiro mengeluarkan beberapa buah lolipop juga beberapa buah puding dari dalam sana, sedangkan Saki yang melihatnya hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Wanita itu sudah terbiasa dengan Hiiro yang suka menyimpan apapun di dalam kantungnya.

Mulai dari makanan, garpu, sendok, gunting dan barang-barang lain yang bisa dia masukkan kedalam kantungnya.

'sepertinya iya....' Emu kembali membatin.

Dia menatap Hiiro yang dengan polosnya mengeluarkan lebih banyak makanan dari dalam kantungnya tersebut.

"Kenapa bajumu jadi basah begitu?." Kali ini Saki yang bertanya.

Hiiro menceritakan semuanya, dimulai dari dia yang mendengar suara yang terdengar begitu lirih saat mereka bertiga melewati jembatan tadi, Hiiro yang penasaran mencari sumber suara hingga kebawah jembatan dan disana dia mendapati satu kotak kardus yang berisi kucing didalamnya yang mulai hanyut menjauh.

Saat Hiiro hampir meraih kardus tiba-tiba saja pegangan yang menopang berat badannya terlepas yang mana membuatnya tergelincir dan berakhir tercebur, karena sudah terlanjur basah jadi Hiiro Hiiro dengan mudahnya mengangkat kardus dan membawanya ke tepian.

Terdapat tiga ekor kucing yang terlihat kurus.

Yang membuat Hiiro kasihan adalah salah satu dari anak kucing yang mati, kedua anak kucing yang lebih besar mengeong seakan mengatakan 'adik bangun, sekarang kita aman...' keduanya terlihat menjilatinya seakan itu bisa membangunkan kucing kecil itu agar bisa bermain bersama mereka.

Hiiro hanya menatap sendu dan mengelus kepala kedua anak kucing tersebut.

Pria manis itu menguburkan mayat kucing tersebut di bawah pohon rindang yang tidak jauh dari sana, semasa ia menguburnya kedua anak kucing yang lainnya seakan tidak rela jika sang adik ditimbun tanah bahkan sesekali mereka mengigit hingga mencakar Hiiro.

Setelah selesai menguburkannya dan berdoa.

Hiiro membawa kedua anak kucing tanpa pemilik tersebut pergi bersamanya mencari Saki dan Emu, namun karena mereka berdua belum kunjung ketemu akhirnya Hiiro mampir ke toko serba ada untuk sekadar membeli makanan untuk kucing barunya. Sepanjang perjalanan untuk mencari keduanya, Hiiro malah mampir-mampir untuk membeli beberapa jajanan yang dijual di pinggiran jalan.

Saki dan Emu yang mendengarnya langsung terdiam huhh… bisa-bisanya mereka tidak sadar! Padahal jarak dari sini ke jembatan itu jauh dan kenapa mereka tidak sadar jika sudah 30 menit yang lalu Hiiro telah menghilang?!.

10072023

See you next week!
Take time to rest, even if only for a moment and...stay happy!!!

Ghanatva....Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang