Chapter 40🖤🖤ř

135 13 0
                                    

"Plagiat?."

"…Maksudmu yang mengklaim karya orang sesuka hati itu?." Graphite berbicara begitu dia mengerti kearah mana pembicaraan mereka itu menuju.

Houjo Emu.

Bocah licik nyerempet licin bagaikan belut itu tiba-tiba saja mengatakan sesuatu yang membuat otak Graphite bekerja lebih keras untuk memahami semua kata-kata anak itu.

Jika dia salah memberikan jawaban…Graphite tidak tahu apa yang akan dilakukan Emu padanya.

Jadi dia mencari aman saja.

"Bagaimana menurutmu?."

"Menurutku itu tidak bisa dimaafkan."

"Benarkan!."

"Tapi apa hubungannya plagiarisme denganmu?."

"Aku pernah menjadi korbannya…." Wajah Emu berubah sendu.

"Lalu?."

"Oh ayolah! Apa kau tidak mengerti juga?!." Emu tersulut emosi mendengar jawaban Graphite, namun mulutnya langsung terbungkam begitu mendengar jawaban pria itu lagi.

"Jika kau tidak mengatakannya bagaimana aku bisa mengerti?."

Oh ayolah…dia bukan seorang cenayang yang bisa mengetahui apapun! Graphite hanya mempercayai hipotesisnya yang masuk akal bukan berarti dia bisa menebak apa yang sedang di pikirkan oleh lawan bicaranya!.

"Dulu aku pernah membuat karya seni…dan kau tahu apa yang terjadi saat itu?." Anak itu menatap Graphite serius.

Graphite hanya mendengarkan semua ocehan anak itu.

Dia tidak ingin berkomentar jika ceritanya hanya setengah-setengah seperti itu, yang ada bukanya membantu mungkin dia akan memperumit perasaan anak itu.

"Dengan bangsatnya orang yang aku panggil teman mengaku jika itu karya tangannya! Brengsek!."

"Padahal aku memerlukan memerlukan waktu, tenaga, kreativitas dan imajinasi untuk membuatnya…tapi apa?!!."

"Dia dengan seenaknya mengatakan jika itu buatannya! Bajingan! Semakin dipikirkan semakin aku kesal."

Emu semakin mengoceh tentang keluh kesahnya dan kebenciannya pada para orang yang dengan tidak bertanggungjawab tersebut.

Sore hari telah tiba. Langit biru berubah oranye begitu sang mentari bergeser ke ufuk barat. Semua orang-orang yang tinggal di mansion tua namun mewah itu sudah selesai menyiapkan semua kebutuhan masing-masing.

Semua barang-barang yang sangat diperlukan dikumpulkan pada ruangan tengah.

Beberapa tas ransel besar tergeletak pada sudut ruangan bersama beberapa kebutuhan yang lain.

"Satu tenda isinya 4 orang jadi kita perlu 6 tenda agar tidak terlalu sempit." Ujar Nico tanpa ekspresi.

"Kalau tidak hujan kita tidur di luar tenda saja." Usul Haru.

"Wah ide yang bagus! Pasti menyenangkan tidur di bawah langit berbintang." Poppy sangat setuju dengan usulannya tanpa memperdulikan decakan sebal dari dua orang gadis yang menatap penuh permusuhan remaja polos itu.

"Itupun jika tidak hujan." Sela Misora malas.

"Kalian sudah menyiapkan perlengkapan kalian bukan?." Tanya Poppy memastikan.

"Semuanya sudah lengkap!." Kata Kuroto sambil memutar bola matanya malas.

"Yakin? Sudah diperiksa lagi?" Tuntut Poppy dengan tatapan menyelidik.

"Iya sudah." Kali ini Kiriya yang berbicara.

"Jika ada yang mengatakan ada sesuatu yang tertinggal! Kita benar-benar tidak akan putar balik!." Ancam wanita itu.

Ghanatva....Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang