Chapter 80 🖤🖤ř

100 5 0
                                    

"Jadi...penyelidikan apa yang kalian lakukan di sini?." Ucap Malvin remeh.

Dia memutar kursi putarnya ke kanan dan kiri dengan begitu arogannya, Edbert berdiri di sampingnya dengan tatapan tegas yang berkesan dinginnya.

"Cih kau pasti sudah tahu lalu untuk apa kau menanyakannya!." Sinis Emu.

Secara tiba-tiba Emu merasakan perasaan tidak suka yang ia tunjukkan pada orang di depannya itu.

Apa-apaan tatapan remeh itu! Oi mereka itu sudah belasan tahun menaungi profesi kotor tersebut, bisa dibilang mereka itu senior.

"Ya ya ya~ terus sudah ketemu? Sepertinya belum upsss! Apa aku terlalu jujur?." Malvin menikmati ekspresi mereka bertiga yang terus menerus berubah-ubah.

"Apa-apaan itu?! Jika mau mengejek kami setidaknya perlihatkan dulu tampang mu itu! Huhh sopan kah begitu? Dasar pengecut!." Seru Kiriya yang tersulut emosi.

"Jika kubuka pasti kalian akan terkejut." Ucap Malvin jujur.

"Huh! Memangnya kau siapa? Sampai dengan percaya dirinya bicara begitu?." Sindir Emu.

Nico hanya memperhatikan interaksi mereka dalam diam.

Dia tidak kenal dengan pria tinggi yang sedari tadi menyimak sama seperti yang dilakukan olehnya tapi pria bermasker itu entah mengapa terasa familiar. Dimulai dari gerak-gerik dan cara bicaranya itu entah mengapa terasa tidak begitu asing, apa mungkin jangan-jangan....

"Kemana saja kau selama ini?." Perkataan Nico berhasil menghentikan sesi debat mereka.

Hening.

Suara terasa hening.

Hanya suara deru nafas stabil yang mengisi keheningan ruangan tersebut.

Semua orang terdiam dengan pemikiran yang terus berjalan, semua orang disana terdiam dengan pikiran mereka masing-masing.

"Hoo~apa ini? Kau mengenaliku?." Ucap Malvin memecah keheningan yang tercipta diantara mereka.

Wajahnya memang tertutup masker namun entah mengapa Nico bisa menebak jika orang itu sedang menyeringai kearahnya.

"Yaa walau sedikit terlambat tapi aku sangat mengetahui identitas mu itu." Nico mendekat dan mengukukung Malvin pada kursinya.

"Benarkah? Aku jadi takut~."

"Jadi penyebab Banjou dan Taiga bersikap aneh itu karena kau...."

Tidak heran jika dua pria kekar itu pulang dengan wajah yang berbeda dari biasanya.

Jika mereka berdua benar-benar bertemu dengan orang ini maka semuanya menjadi masuk akal.

"Bukankah dari dulu juga mereka sudah aneh?." Malvin mengernyitkan dahinya.

Dia tidak suka dituduh seperti ini walaupun faktanya dia memang bertemu dengan keduanya tempo hari, itupun secara kebetulan.

"Kuakui itu memang faktanya, tapi apa kau tidak merasa kasihan dengan sepupumu itu hah! Dia sangat menghawatirkan mu tahu! Bahkan dia benar-benar menggila saat mengetahui kau yang tiba-tiba menghilang bodoh! Dan kau dengan idiot nya menghilang entah kemana dan datang-datang dengan identitas baru!." Sembur Nico panjang lebar.

Wanita itu dengan tidak tahu malunya mendudukkan pantatnya di meja kerja tepat di sebelah kanan Malvin.

"Soal itu tanyakan pada dia! Kenapa si bodoh ini menculik ku dan berpura-pura menjadi suamiku saat aku amnesia!." Malvin menunjuk pria yang sedari tadi berdiri diam di sebelah kirinya.

Dengan kesal dia menunjuk pria tersebut.

"Aku?." Edbert menunjuk dirinya sendiri.

"Oooh jadi kau ya yang menjadi biang masalahnya?." Nico menatap Edbert sinis.

Ghanatva....Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang