Chapter 10 🖤🖤ř

550 50 4
                                    

BRAK!.

Sama seperti hari-hari biasanya, pintu kembali terbuka dengan sangat lembut…jika boleh jujur kali ini lebih pelan dari biasanya. Sudah hampir 2 lusin engsel pintu rusak dalam kurun waktu 1 bulan sedangkan kondisi pintu itu sendiri hampir tiga perempat dari jumlah engselnya.

Jika semua orang 'normal' di mansion itu tidak memperbaiki kebiasaan mereka yang gemar sekali merusak pintu.

Maka dapat dipastikan mereka akan mengeluarkan nominal uang cukup besar dalam setahun! Ah bagaimana jika 3 tahun? 5 tahun? Atau mungkin lebih lama lagi….

Apa pintunya diganti dengan pintu keamanan super mutakhir saja?.

Lumayan uangnya bisa digunakan untuk investasi masa tua...lagian itu lebih ramah dikantong dari pada setiap bulan mereka harus bolak-balik untuk membeli pintu baru pada pengrajin kayu.

"Cih ganggu orang saja." Kiriya mendumel.

"Ada apa? Kenapa kau datang-datang main dobrak pintu lalu kenapa dengan bajumu itu?." Graphite mengerutkan keningnya penasaran.

"Kau pasti baru saja membunuh orang." Tuduh Emu yang baru saja datang.

"Kau diam lah disana jangan bergerak! Kau bisa mengotori seluruh ruangan dengan baju basah mu itu." Peringat Poppy dengan tatapan datarnya.

"Hm." Kiriya bergumam sambil memutar bola matanya malas.

"Sebaiknya kau mandi dulu." Suruh Graphite.

Dari pada Kiriya berdiri diam di pojok ruangan bagaikan patung bernyawa, menganggu pemandangan saja. Kiriya pergi tanpa perlu menjawab pertanyaan dari temannya itu.

"Mau aku temani?." Tawar Kuroto dengan wajah yang terlihat menyebalkan.

"Tidak."

Kiriya masuk ke dalam kamarnya untuk sekedar bersih-bersih.

Sedikit kesusahan karena kedua lengannya masih berbalut perban. Setiap kali ia tidak sengaja mengeratkan otot lengannya, kain kasa itu seketika berubah warna yang tadinya putih bersih kini berubah merah darah.

Sial!.

Lukanya kembali terbuka!.

Bajingan tengik itu berani-beraninya dia membuatnya menjadi seperti ini!!.

Guyuran air shower membasahi seluruh tubuh Kiriya. Mata yang terpejam menikmati setiap sapuan air dingin yang sedikit membantu tubuhnya rileks.

Dia abaikan semua luka-luka yang terpatri akibat insiden pemerkosa beberapa waktu yang lalu.

Duakkk!!!.

Dia meninju dinding dengan kuat. Kiriya benar-benar marah! Ingin sekali ia membunuh bajingan itu berkali-kali sampai ia puas!.

Air limbah mengalir kedalam saluran pembuangan.

Air merah yang bercampur dengan darah segar yang mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah.

Kiriya enatap kedua lengannya dengan tatapan kosong.

Membiarkan cairan kental berwarna merah mengalir bebas dari lukanya yang terbuka, jahitan yang terlihat asal-asalan namun setidaknya bisa menghambat pendarahan. Tersenyum miring…Kiriya akui ini lucu? Bajingan itu yang membuat kedua lengannya bolong bagaikan donat, malah mengobati hasil perbuatannya?.

Diluar terlihat Kuroto yang memandang pintu kamar mandi dengan wajah teduh.

Pria jangkung itu tidak tahu apa yang terjadi dengan 'partner'nya itu sampai semalaman tidak pulang. Jika dilihat-lihat memang Kuroto terlihat mencemaskan Kiriya, jika itu yang kalian pikirkan maka kalian salah besar!.

Ghanatva....Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang