18

2.5K 275 43
                                    

Selanjutnya hari-hari yang di lewati oleh Hyunjin juga Ranti terasa begitu sepi. Tidak ada obrolan ringan setelah makan malam atau saat bersantai ria, yang biasanya mereka lakukan dengan sesekali bercanda kini telah berubah sangat drastis.

Ranti kecewa begitupun dengan Hyunjin yang merasa bersalah. Keduanya lebih banyak diam terkhususnya Ranti.

Tidak ada lagi Hyunjin keluar dari rumah, ia takut sang ibu akan semakin marah terhadapnya. Dia berdiam diri di rumah meski sangat membosankan tetapi dirinya masih tetap memaksakan diri untuk tidak seperti dulu lagi.

Hati nya lelah yang pastinya sang ibu akan lebih lelah di banding dirinya. Ia khawatir untuk masa depan sang anak yang belum tentu bisa berpanjang umur sepertinya, sedangkan Ranti pasti sangat sangat khawatir melebihi dirinya mengingat ia yang selalu jadi bahan gunjingan orang-orang.

Pagi menjelang siang ini, seperti biasa Hyunjin diam sendiri di dalam ruimah. Setelah mencuci pakaian miliknya di sertai dia yang sedikit membantu ibunya dengan mencuci bekasan ibunya mengolah kue juga merapikan dapur yang belum sempat di bersihkan oleh Ranti.

Rasa lelah jelas saja terasa olehnya, di tambah lagi dengan perut yang kian membesar karena pertumbuhan calon anaknya itu menjadi sedikit terbatas untuk melakukan pekerjaan.

Ingin rasanya ia bersantai ria, menikmani keheningan meski kini setiap haripun terasa hening baginya setelah insiden lalu-lalu ia pulang dari vila.

Tentang Chris, kini Hyunjin selalu menolak ajakan pria itu dengan berbagai alasan tapi bukan berarti dia benar-benar menjauhi pria itu. Jika di tanya akan hati, ingin rasanya ia kembali pergi dengan pria itu yang selalu membuatnya senang bahkan tidak segan mengelus perutnya di saat mereka tengah berleha bersama di rumah milik Ranti.

Hah~ mengingat Chris yang selalu peduli akan dirinya juga bayi milik Hyunjin, itu membuat rasa rindu timbul di dalam dada. Dimana dirinya merundukan usapan lembut Chris yang bisa menenangkan calon bayinya yang tidak dapat diam.

Kini hanya tinggal kenangan mungkin saja. Mengelus perutpun kini di lakukan sendiri olehnya meski di rumah ada Ranti yang dulu selalu menyempatkan mengelus calon cucunya, dan sekarang tidak.

Sungguh, hati Hyunjin langsung merasa kesepian seketika.

"Kamu jangan ngecewain aku sama nenek kamu ya nanti. Rasanya sakit banget pas ada di posisi kayak sekarang, kamu harus baik khusunya sama nenek kamu nanti. Harus nurut, jangan bandel soalnya kamu di urus sama biayain dari mulai tau kamu ada di sini ya sama nenek kamu."

Bibir gendut miliknya sedikit terangkat dengan tangan mengelus lembut perutnya yang di balas dengan tendangan keras hingga mampu membuat Hyunjin meringis seketika.

Daripada kesal dia malah merasa senang karena masih ada yang mau meresponnya saat ia merasa kesepian di dalam rumah. Ingin menangis namun terasa percuma mengingat ia yang telah membuat masalah ini ada.

"Bayi. Ayah kamu tau gak ya kamu ada di perut aku? Terus nanti kamu manggil aku apa, mamah atau papa?"

Berbaringlah Hyunjin di atas sofa, dengan menyamping guna memuatkan diri disana mengingat badannya tidak sekurus jaman dulu.

Televisi tidak dinyalakan, Hyunjin hanya termenung dalam keheningan seorang diri. Memikirkan masa depannya akan seperti apa nantinya juga perihal baju bayi, dirinya belum sama sekali memiliki perlengkapan bayi.

Ingin mengutarakan itu pada ibunya, ia belum berbaikan sama sekali. Sedangkan kelahirannya tidak akan lama lagi mengingat kehamilannya ini sudah menginjak bulan ke 8.

"Apa aku pakek uang tabungan aja ya? Kali aja cukup beli satu dua  baju bayi kan?"

Hyunjin kembali bangkit, lalu teringat akan sesuatu. "Tapi uangnya besok buat periksa bayinya, uangnya pas-pasan banget lagi."

Qui Esc PaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang