24

2.4K 275 35
                                    

Tawa riang terdengar semakin menggelegar. Sejak kedatangan Chris yang mengakui sebagai ayah dari Neo membuat pemuda kecil itu begitu antusias sampai berlarian dengan semangat di area permainan.

Maka dari itu, sebagai orang tua Hyunjin begitu memerhatikan anaknya takut nanti kelepasan menjauh atau terjatuh di sana.

Duduk di sebuah ayunan berdua yang mana keduanya masih hening setelah tadi ia yang tidak percaya Chris akan menunjukan wajahnya di hadapannya lagi.

Ia pikir Chris tidak akan mau menemuinya yang sudah memiliki seorang anak hingga dalam benaknya selama 4 tahun ini ia tidak akan menikah seumur hidup, mengingat jika hanya Chris yang sudi mencintainya meski ia telah di hamili orang lain.

Selama masa kehamilan Neo, Chris seakan benar-benar menjadi sosok suami siaga. Bahkan terkadang datang begitu pagi hanya untuk memberikan dirinya sarapan berupa bubur ayau nasi kuning, dimana hal itu membuat ibunya sedikit risih karena pada akhirnya mereka berdua makan bersama tanpa mengajak Ranti.

Lagi pula Ranti jual mahal dulu, dia masih belum ingin Hyunjin di dekati pria lain sebab keadaannya. Jika saja tidak hamil secara tiba-tiba, mana mungkin dia tidak mengizinkan Hyunjin di dekati siapapun di luaran sana.

"Kamu, gimana kabarnya?"

Terdengar sangat canggung, Hyunjin menoleh kearah sumber suara yang mana terlihatlah wajah Chris yang semakin tampan berkali kali lipat setelah 4 tahun tidak bertemu.

"Aku sekarang baik, dulu enggak."

Mendengar penuturan tersebut, Chris juga ikut menoleh. Ia memasang wajah kebingungan dan mencari tahu maksud dari ucapan Hyunjin barusan.

"Aku sempet nelantarin Neo ibu bilang katanya aku terkena baby blues."

"Kenapa bisa?"

"Keadaan aku yang tiba-tiba punya anak sendiri tanpa suami, ayahnya yang datang tapi enggak mau ketemu kita. Terus banyak cemoohan tetangga secara terang-terangan kedengeran sama aku kan, kata bu bidan nya aku stress."

Mencelos hati Chris di sana, dia merasa bersalah karena tidak benar-benar selalu ada ketika Hyunjin membutuhkan. Dia juga sangat terpukul mengingat sepupunya yang sudah selayak saudara kandung pergi meninggalkan mereka semua.

"Aku minta maaf karena gak ada di samping kamu dulu."

Terbelalak mata Hyunjin di sana, mengapa pria di sampingnya harus meminta maaf segala pikir nya. Tidak ada sangkut paut yang harus ia kaitkan kepada Chris, mungkin jika Chris ada pun dirinya tetap akan terkena baby blues dulu.

"Jangan minta maaf, kakak gak seharusnya ngomong gitu sama aku. Aku sedih sih tapi sedikit soalnya kakak gak nengokin aku sama Neo, tapi aku lebih sedih lagi karena ayahnya Neo kak."

Menghela nafas kecil Chris di sana, mendengar kata ayahnya Neo selalu meningatkan ia akan mendiang dari sepupunya. Apalagi melihat keaktifan Neo bisa di katakan hampir mirip mengingat dulu ia juga sering bermain bersama ayahnya dari si bocah itu.

"Mmm kak Chris ... Selama ini kemana?"

Pertanyaan itu terdengar canggung, namun Hyunjin tidak tahan untuk mengetahui Chris dimana selama ini. Senyum kecilnya hadir saat otak yang selama ini hanya memikirkan Neo mengingat kembali akan manisnya kehidupan ia bersama Chris dulu.

"Aku ngejar cita-cita nya Minho, baru sempet pulang tahun ini."

Hyunjin mengangguk seakan mengerti meski jawaban Chris tidak sepenuhnya memenuhi pertanyaan nya sendiri. Mata yang semula menatap Chris ia alihkan pada jari manis kiri pria itu, yang sebelumnya menggaruk alis di wajah tampannya.

Qui Esc PaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang