"APA MAKSUDNYA?!!! Tan maksud tante apa?!"
Suara bernada tinggi terdengar, bahkan suara yang begitu marah dan murka hampir terdengar sampai ke seluruh penjuru rumah yang begitu besar dan luas.
Bisa di bayangkan bukan semarah apa saat ini Chris yang tengah berhadapan dengan seorang wanita yang duduk diatas sofa menatap sang keponakan yang berdiri dengan baju formalnya masih melekat pada tubuh atletis itu.
"Tante juga seorang nenek Chris, wajar kalo tante juga mau di akui sama cucu nya sendiri." belanya yang mana mata tajam bagai binatang buas di hutan sana menatap bengis kearah wanita disana.
Memang, benar adanya wanita mana yang tidak ingin mengakui anak dari anaknya sendiri sebagai seorang cucu. Meski memang benar adanya wanita tersebut di dunia ini, bukankah itu sesuatu yang tidak wajar.
"Ok, aku ngerti tante gitu. Tapi apa harus bilang kalo Lino ayahnya? Please tan, aku udah jaga itu selama ini sesuai keinginan anak tante sendiri."
Fara menggeleng, dia mengingat tidak mengatakan jika Lino anaknya yang telah memperkosa Hyunjin. Dia juga menceritakan bagaimana percakapan hari itu bersama Hyunjin, sedikit atau mungkin banyak kebohongan yang di ucapkan hanya untuk meyakinkan jika Lino benar-benar telah memiliki anak yang keberadaannya entah berantah dimana.
Dan tatapan tajam mengintimidasi Chris masih tertuju pada tantenya disana, berharap apa yang di ceritakan bukanlah kebohongan dimana Hyunjin menjadi objek kebohongan terbesar dari kehidupan yang di alaminya.
Entah apa yang akan terjadi bila Hyunjin mengetahui kebenaran yang ada selama ini, belum lagi yang paling besar untuk menyembunyikan kebenaran itu adalah Chris sendiri atas dasar kesetiannya terhadap sang sepupu meski telah tiada.
"Tante minta maaf Chris, tapi tante juga pengen di akui sama cucu sendiri. Tante iri melihat mbak Dea sendiri udah dipanggil nenek bahkan tanpa harus mengatakan kebohongan itu Chris, tante cuma mau itu tolong kamu mengerti."
Permintaan itu seakan menjadi pikiran rumit sejenak bagi Chris sendiri, dia lantas membandikan keberuntungan dari orang tuanya dan orang tua sang sepupu.
Lino tidak begitu beruntung karena sejak berusia 9 tahun harus di nyatakan mengidap suatu penyakit yang begitu serius hingga harus merenggut nyawa di usia nya yang ke 20.
Apakah pantas jika Chris masih marah akan hal yang begitu sepele namun itu termasuk mengingkari janji-janji nya pada sang sepupu kala itu. Namun jika harus berpikir lebih dalam lagi, keinginan Fara hanya sesuatu yang kecil, jika memang Hyunjin tetap tidak mengetahui akan kebenaran yang nyata akan Lino adalah ayah dari anak ya mungkin itu bukan suatu kerusakan yang fatal.
"Ok, tapi ingat tante jangan pernah bilang kebenaran sama Hyunjin. Cukup Neo yang percaya kalo Lino ayahnya, sedangkan Hyunjin sendiri cuma manfaatin keadaan aja."
Fara mengangguk sambil mengusap air matanya yang memang sedari tadi sudah turun menemani ia dan Chris yang berbicara serius saat itu.
"Chris." panggil Fara menghantarkan pemilik nama yang semulai menatap kearah sebuah gambar bersar berisikan dirinya dengan sang sepupu kini kembali menatap tantenya.
"Tante harap kamu bisa selangkah lebih jauh sama Hyunjin, kalo seandainya dia harus menemukan pria atau pun siapa yang lain untuk kedepannya, tante takut waktu bertemu sama Neo semakin terbatas."
Chris menghela nafas, tidak semudah itu memang untuk menaklukan segala sesuatu yang ia inginkan. Semua terasa rumit apalagi saat ia melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana tatapan yang sukar untuk di artikan tertuju padanya saat bersama dengan kedua anak mereka masing-masing.
"Chris gak janji, tapi asal tante tau aja kalo Hyunjin gak setega itu buat jauhin orang-orang."
Fara mengangguk merasa lega akan penuturan Chris saat ini. Dia pun beranjak dan menghadap sang ponakan yang masih menghadap kearahnya.
"Sebenarnya tante masih ada urusan di luar, semoga semua keberuntungan selalu berpihak pada kita."
Chris mengangguk, hanya mengangguk tidak ingin membalas ucapan Fara yang menurutnya cukup egois. Ia ingin memiliki Hyunjin secara pribadi, namun ego yang harus menjerumuskan sang terkasih tidak langsung ia turuti. Bagaimanapun kehidupan Hyunjin terlalu miris untuk di pandang oleh dirinya sendiri.
Tidak tamat sekolah, hamil di luar nikah, tidak tahu siapa pemerkosa dirinya, berada diantara para penjahat yang ego nya begitu memalukan hingga Hyunjin sendiri terlihat begitu malang untuk berada diantara mereka yang mengetahui akan nasib sialnya, dan saat ini pencarian yang sia-sia itu hanya di lingkupi kebohongan besar kembali begitu besar sampai Chris merasa ia tak sepadan dengan seseorang berhati malaikat.
Ya, baginya Hyunjin adalah malaikat tak bersayap. Masih mau menerima kehadiran sang anak meski bukan hasil dari benih cinta yang ia rajut bersama orang terkasihnya. Dia masih kuat mendengar hinaan yang selalu terlontar untuk ia dan sang anak, begitu sabar meski harus menanggung sendiri akibatnya.
"Papaaaah."
Pikiran akan tertuju pada Hyunjin kini buyar sudah saat mendengar suara cempreng anaknya yang berlari di ikuti seorang babysitter di belakang nya. Dia anak satu-satunya yang dimiliki dari hasil pernikhan terpaksa menghambur memeluk dirinya kala ia sendiri menyambut kedatangan sang anak.
"Main!"
"Hm..
"Ke lumah kak io!"
Chris tersenyum dia mencubit kecil hidung sang anak dengan gemas hingga menghasilkan deretan gigi kecil dan rapih terlihat jelas karena senyumannya.
"Nanti ya kalo papah punya hari libur kita ajak main kak Neo nya, sekarang Zerina main nya sama kakak cantik dulu ya."
Wajah ceria itu meredup seketika namun masih tetap mengangguk. Ia di turunkan lalu di ambil alih oleh pengasuhnya, sang gadis kecilnya pergi bersamaan Chris yang berjalan menuju kamar pribadinya berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Qui Esc Pater
FanfictionBagaimana rasanya hamil tanpa tahu kapan dan siapa pelaku penghamilan. Itulah yang di rasakan Hyunjin sat ini, ia harus menanggung sebuah beban dengan rasa yang tidak menentu menggerogoti relung hatinya.