Kemeja hitam terbalut di tubuh nya, sebuah arloji dengan harga selangit pun bertengger di salah satu pergelangan tangan. Pria berusia 23 tiga tahun itu menatap pemandangan membosankan yang besar dari balik kaca apartemen mewah miliknya.
Dia Felix teman dari Hyunjin yang kini sudah dapat dikatakan sukses karena mulai menggeser posisi sang ayah dari posisi tertinggi di perusahaan yang di rintis oleh kakeknya dulu.
Ting tong! Mata teralih kan kala mendengar suara yang khas dari tempat pintu unitnya saat ini. Dengan malas dirinya melangkahkan kaki menuju dimana tempat itu berada.
Terdengar kembali suara bel rumah yang menandakan jika seseorang itu bukanlah seseorang yang dekat dengan nya kala masa sekolah, perkuliahan serta teman sepermainan.
Jika pun itu adalah keluarganya, mereka yang sering datang jelas sudah telah mengetahui sandi unit apartemen miliknya.
Kala ia sudah tepat berada di depan pintu, jelas saja dirinya tidak langsung membuka pintu tersebut. Felix lebih memilih melihat siapa gerangan yang ingin bertamu melalui smart doorbot yang ia gunakan di sana.
Alis mengkerut, dirinya sedikit kebingungan kala melihat wajah siapa yang tertera di sana.
"Hyunjin?!"
Tak ingin membuang waktu luang yang di milikinya, Felix lantas membuka pintu tersebut dan benar saja di depan sana ada teman sekolah nya dulu yang terpaksa berhenti karena keadaan tubuhnya yang berbadan dua.
Tak hanya Hyunjin, atensinya juga tertuju pada seorang anak kecil yang menggandeng tangan sang teman lama sambil menatap polos kearah dirinya.
Felix tidak sebodoh itu untuk menerka siapa gerangan yang datang bersama pemuda dihadapannya, sudah pasti itu anaknya karena wajah mereka pun 75% mirip menurutnya.
Tetapi, ada yang menarik perhatiannya pada si kecil bernama Neo sebab berdiri dengan kaki yang saling menempel seakan menahan sesuatu.
"Om, punya toilet?"
Eung! Kata yang pertama kali terlontar menurutnya sedikit aneh, namun jika itu seorang anak kecil maka Felix jelas mengangguk untuk menjawab, dia lebih membuka lebar pintu unitnya dan mempersilahkan sang bocah pergi memakai kamar mandi di dalam sana.
"Masuk, tapi habis dari itu siram!"
Neo mengangguk segera melepas genggaman tangannya pada sang ibu lalu berjalan mengikuti Felix sambil kedua tangannya memegang daerah kemaluannya yang sudah tidak tahan untuk membuang urin.
Hyunjin diam, karena dirinya tidak tahu harus berkata apa. Penampilan temannya itu sangat berubah drastis hingga dirinya semakin takut untuk bertanya apalagi mengingat bagaimana cara berbicara Felix saat dulu.
"Masuk!"
Terperangah dirinya yang ditatap oleh pria yang sedikit jauh dari dirinya. Ia sedikit sungkan bahkan sangat ragu untuk melangkahkan kakinya masuk kedalam sana.
"Seenggaknya gue masih bersikap baik, masuk atau pergi langsung sekarang!"
Tak ingin dirinya kembali di caci maki seperti dulu, Hyunjin segera melangkahkan kakinya masuk dan malah berdiri kikuk setelahnya.
Felix menggerakan kepalanya seakan menyuruh Hyunjin untuk datang lebih dalam lagi yang mana dengan begitupun ia yang bertamu segera menutup pintu dan mengikuti kemana sang pemilik tempat berjalan.
Tepat di sebuah ruangan dengan sofa kulit menjadi objek pertama yang di tuju oleh sang pemilik unit tentu setelah itu ia menyuruh sang tamu untuk duduk di sofa lain.
Kala Hyunjin mendudukan diri, sebuah suara memanggilnya lantas terdengar hingga atensinya tertuju pada seorang bocah yang baru selesai dengan keinginannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Qui Esc Pater
FanfictionBagaimana rasanya hamil tanpa tahu kapan dan siapa pelaku penghamilan. Itulah yang di rasakan Hyunjin sat ini, ia harus menanggung sebuah beban dengan rasa yang tidak menentu menggerogoti relung hatinya.