Terik matahari tidak begitu menyengat kulit, awan mendung menghitam pun tak hadir di sore ini. Chris dan Hyunjin tengah melakukan piknik di sebuah taman sedikit jauh dari kediaman mereka berdua, bersama kedua anak yang kini tengah bermain berdua tidak jauh dari si ayah dan si ibu.
Yang dewasa senantiasa memperhatikan anak masing-masing bermain lempar bola dengan Zerina yang terlihat lebih senang dari pada Neo sendiri yang sebetulnya juga merasakan kesenangan di hatinya.
Zerina gadis kecil berusia 2 Tahun lebih telah merasa kesepian sejak ia di lahirkan. Tanpa seorang ibu karena telah pergi jauh dan ayah yang sibuk bekerja mengharuskan ia di asuh oleh seorang babysitter.
Meski bergelimang harta dari kedua orang tuanya namun apa daya si kecil yang tidak bisa berbuat lebih hanya menelan kenyataan ia harus bermain seorang diri.
Iming-iming Neo adalah sang kakak, membuat si gadis kecil tersebut merasa senang. Ia memiliki teman yang kini sering bermain dikala orang tuanya akan bertemu satu sama lain.
Maka dari itu yang paling tersenyum lebar diantara mereka adalah Zerina. Neo senang, Hyunjin pun senang juga Chris merasa pendekatan yang ia lakukan semakin lancar bahkan ia ingin meneruskan ke langkah dan tujuan yang lebih serius.
"Zerina, Neo sini!!"
Kedua bocah yang tengah bermain pantas menghentikan kegiatannya, mereka datang menghampiri dengan gadis kecil membawa bola berwarna pink di tangannya.
"Apa om Chris?"
"Duduk, kita makan-makan dulu."
Keduanya patuh, Zerina yang duduk di dekat sang ayah lantas memberikan bola tersebut dan menatap Hyunjin penuh binar.
"Apa?" tanya oknum penglihatan si gadis.
"Kamu mamah nya Ia?"
Dua pasang netra saling bertatapan, satu pandangan dari mereka menunjukan kebingungan tersendiri. Chris yang entah harus bagaimana untuk bereaksi hanya diam mengingat ia tidak pernah mengajarkan sang anak untuk berpikiran seperti itu kepada Hyunjin.
"Dia mamah nya aku adik, tapi kalo kamu mau aku mau berbagi kok."
"Kamu mau berbagi mamah emangnya?" bukan Zerina, bukan pula Hyunjin.
Neo menatap Chris yang bertanya lalu mengangguk dan bersender pada salah satu kaki ibunya yang duduk bersila. Ia tersenyum pada si kecil dan menyuruhnya untuk mendekat.
Sebelum itu Zerina menatap sang ayah seakan meminta izin tanpa suara dimana Chris malah membawa anaknya untuk duduk tepat di pangkuannya sendiri.
"Kak Neo udah mau berbagi mamahnya, sekarang Ia mau berbagi papah atau enggak?"
Si kecil mendongak lalu menatap Hyunjin yang tersenyum seadanya, ada rasa ingin namun entah mengapa ada juga rasa yang menjanggal di hatinya.
"Tapi mamah enggak jahat?"
Dua orang dewasa saling mengerutkan alis masing-masing, mengapa demikian sang bocah harus berpikiran. Bukankah selama ini mereka baik-baik saja dan sudah bisa di katakan jika Hyunjin terlihat baik selama ini, mengapa si gadis seperti itu.
"Mamah baik adik, kok kamu bilang gitu?"
Menunduk Zerina di sana, dia sedikit takut karena desas desus ibu tiri sering kali memarahi anak lain. Tapi mengapa anak seusia nya bisa berpikiran begitu.
"Nenek bilang kalo punya ibu tili nanti di pukul."
"Nenek? Nenek papah?"
Si gadis kecil menggeleng yang mana dia sang ayah langsung menghela nafas, sudah tahu siapa gerangan yang mengatakan hal tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Qui Esc Pater
FanfictionBagaimana rasanya hamil tanpa tahu kapan dan siapa pelaku penghamilan. Itulah yang di rasakan Hyunjin sat ini, ia harus menanggung sebuah beban dengan rasa yang tidak menentu menggerogoti relung hatinya.