22

2.3K 258 24
                                    

4 tahun telah berlalu.

Apa yang di takuti Hyunjin benar-benar terjadi. Seperti cemoohan terhadap dirinya juga sang anak, yang mana sebab itu pula dirinya tidak pernah membiarkan Neo sang anak keluar rumah sendirian.

Selalu ada ia atau ibunya, kala Neo ingin membeli sesuatu jelas saja dirinya akan menuntun sang anak menuju mini market. Warung kelontong atau grosiran tidak lah tepat untuknya, banyak yang membicarakan hingga rasanya Hyunjin sangat malu bukan main.

Belum lagi saat ini, dia begitu miris melihat dahi yang di balut perban akibat lemparan batu anak-anak lain hanya karena Neo ingin bermain tetapi mereka tidak mau. Lagi lagi permasalahan ianyang tidak memiliki seorang ayah, apakah adil Neo yang tidak memiliki figure seorang ayah harus mendapatkan itu?

Tetapi beruntungnya Neo tidak begitu rewel bahkan sekarang asik saja memakan snack jajanannya sambil menonton siaran anak-anak.

Jangan di kira Hyunjin bisa mengurus Neo seratus persen, nyatanya ia bahkan terkena baby blues untuk sementara waktu. Hampir benar-benar menelantarkan anaknya jika saja Ranti tidak sigap membantu sang anak dulu.

Ketidak siapan untuk menjadi seorang ibu menjadi faktor utamanya. Lalu cemoohan orang lain ikut serta membuatnya stress hingga menimbulkan rasa benci untuk sang anak.

"Mamah mau?" tawarnya tiba-tiba yang mana Hyunjin menggeleng di sana.

"Enak looooh."

"Ya kalo enak habisin, nanti kalo enggak nenek marah kayak kemarin."

Neo mengangguk patuh lalu turun dari kursi sedikit berlari menuju dapur. Sebelumnya, tangan kecil itu mengambil gelas plastik miliknya yang sudah kosong sehingga Hyunjin tahu jika sang anak pergi untuk mengambil air.

"Mamaaah Neo udah boleh minum air dingin?!"

Hyunjin yang awalnya menatap layar ponsel seketika menatap anaknya yang berdiri polos diambang pintu dapur. Ia menggeleng menyebabkan sang anak langsung menunjukan raut wajah murungnya, yang mana alis di tekuk tajam serta bibir mengerucut mengkerut.

"Boleh aja ya!" pintanya masih dengan raut wajah yang sama sehingga Hyunjin malah terkekeh melihat kocak anaknya itu.

"Enggak dong, nanti nenek marah. Minum air galon aja."

Menghela nafas Neo di sana, tidak terima akan pilihan yang di layangkan ibunya. Namun meski begitu, Neo tetap mematuhi ucapan sang ibu, dia mengambil air dengan hati-hati dari dispenser.

Tidak langsung meminumnya, Neo kembali terlebih dahulu lalu meletakan gelas miliknya di atas meja seperti semula. Ia duduk di samping Hyunjin dan kembali memakan kue manis miliknya sambil menatap tayangan iklan.

Keduanya larut dalam kegiatan masing-masing, menunggu kepulangan Ranti yang masih tetap tidak ingin Hyunjin bekerja. Sebab dirinya masih takut sang anak semakin menelantarkan anaknya seperti baru-baru melahirkan.

Wanita itu tidak banyak menuntut terhadap sang anak, ia hanya berpesan untuk benar-benar mengurus anaknya daripada nanti Neo menjadi tidak benar karena di tinggal bekerja.

Mungkin maksudnya Ranti adalah ia tidak ingin cucunya mengalami apa yang di alami olehnya dan Hyunjin, dimana dulu ia harus bekerja sambil membawa anaknya.

Sering sekali Hyunjin sakit sebab terkena angin malam, sirkulasi tidak baik di tempat kerja dan menghambat sedikit pekerjaannya dulu.

"Mamah, nanti nenek jadi beliin kamen raider nya gak?"

Mendengar pertanyaan sang anak, jelas saja Hyunjin langsung menoleh dan menatap sedikit mengintimidasi membuat Neo sendiri berkedip cepat nan polos saat itu juga.

Qui Esc PaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang