CHAPTER 00

1.5K 68 6
                                    

Assalamu'alaikum, jangan lupa VOTE & KOMEN ya? Makasih^^
--
Happy Reading 📖

Disiang hari yang sangat panas dan membuat gerah, Alifah sedang duduk di teras rumah sambil memakan ice cream ditangannya. Sesekali dia menatap takut kearah kedua kucing nya, saat hewan lucu itu berjalan kearahnya.

"Adek Adek, udah tau takut kucing, kok dipelihara," kata Adzam dengan senyuman yang manis. Pria yang kini berkepala empat itu masih terlihat tampan dan gagah, bahkan Alifah sendiri mengidamkan memiliki suami seperti ayahnya. "Tapi mereka lucu abah, walaupun suka cakar sama gigit," gumam Alifah yang masih bisa didengar oleh Adzam.

Adzam duduk disamping putrinya lalu memangku salah satu kucing berwarna putih. "Adek mau ikut pengajian ngga? Masjid Zakariya ngadain pengajian tuh," tanya Adzam dan berharap putrinya ini mau.

"Untuk apa? Mager ah! Mending dirumah," tolak Alifah dengan santai. Adzam menghela nafas lalu berpindah posisi, sekarang dia duduk didepan putrinya dengan mata bertemu mata. "Kenapa ngga mau?" tanya Adzam.

Alifah yang ditatap tiba-tiba menjadi salah tingkah sendiri, karena kalau sudah begini berarti Adzam ingin membicarakan hal yang serius. "Y-ya males aja, lama tau abah. Adek duduk aja sambil dengerin orang ngomong itu pegel," jawab Alifah.

"Sekarang umur Adek berapa?" tanya Adzam lagi.

"Sudah sembilan belas tahun, kenapa abah?" jawab Alifah lalu bertanya diakhir. "Sudah besar kan? Dan sudah waktunya Adek memperbaiki diri, nak. Sejak Adek masuk kelas 5 SD, Adek jadi lalai sholatnya, semakin jauh dari Allah. Biasanya Abah sama Umma dengar Adek cerita sama Allah, tapi sekarang udah engga lagi." Alifah diam mendengarkan perkataan dari ayahnya.

Arsyila tiba-tiba datang dan duduk disamping anaknya. "Sudah waktunya Adek hijrah, Sayang. Perbaiki sholatnya sebelum terlambat," kata Arsyila dengan merangkul pundak anaknya.

"Ikut pengajian ya?"

Disisi lain ada dua sahabat yang sedang ribut berdua, padahal keduanya sedang bersama dengan orang tua mereka. "Ayo ikut pengajian, Zar," ajak Hazia mencoba untuk membujuk Kenza. Sedangkan Kenza masih tetap ada di pendiriannya, dia tidak mau. "Ngga! Aku ngga mau, kamu sendirian aja sana," tolak Kenza.

"Kenapa sih ngga mau? Asik tau!" Kenza menatap Hazia horor. "Asik? Kita disana dengerin orang ngomong berjam-jam, ngga bisa rebahan disana mah!" kata Kenza membuat Hazia menjadi kesal.

Hazia melipat kedua tangannya didepan dada. "Ngga boleh ngomong gitu! Kita harus ke pengajian, dosa kita udah banyak tau, Zar."

"Ya tapi aku ngga mau! Bunda, anak bunda nih ngeselin! Maksa aku ke pengajian mulu," adu Kenza kepada Azza (Bunda Hazia). "Zia niat nya baik loh, Zar. Dia ngajak kamu ke pengajian supaya kamu dapat hidayah." Bukan Azza yang menjawab melainkan Arumi (Bunda Kenza).

Kenza yang tidak dapat pembelaan menatap Bunda nya kesal. "Coba dulu ke sana ya, nak? Sesekali kalian memang harus ke pengajian, jangan ke cafe mulu, ya ngga Sya?" celetuk Fathan (Ayah Kenza), Hasya (Ayah Hazia) mengangguk setuju. "Bener, itung itung kalian cari pahala disana."

Kenza menghela nafas pasrah, Azza yang dari tadi diam akhirnya mengeluarkan suara. "Ikut aja, ngga ada salahnya kan? Dimana pengajiannya, Sayang?" tanya Azza kepada putrinya.

"Di Masjid Zakariya, Bunda! Pengajiannya di adakan besok pas sore-sore," jawab Hazia dengan semangat. "Jadi, Zara ikut ya? Dari pada rebahan ngga jelas kan? Aku yakin kamu juga bosen dirumah aja," ajak Hazia lagi.

Dan akhirnya Kenza mengangguk pelan, dia setuju. "Oke, aku ikut," kata Kenza dengan pasrah. "ALLHAMDULILLAH!!" teriak Hazia dengan senang.

"Siapa tau nanti ketemu cogan kan?"

"ASTAGHFIRULLAH ZARA!!"



Keesokan harinya, Alifa sudah siap dengan pakaian gamis nya. Dia akan pergi ke pengajian yang dikatakan oleh Abah-nya. Alifah sudah sholat dzuhur terlebih dahulu, lalu setelahnya dia mandi dan bersiap.

Saat dirasa sudah selesai, Alifah membawa ponsel dan tas nya. Dia berjalan keluar kamar dan pergi ke ruang tamu, disana sudah ada Arsyila dan Adzam. "Selamat Afternoon, Abah, Umma," sapa Alifah dengan senyum cerah.

"Sore juga, Sayang. Adek gapapa pergi sendiri? Mau Umma sama Abah anterin ngga? Kamu tau Masjid Zakariya dimana?" tanya Arsyila khawatir kepada putrinya itu. "Gapapa kok Umma, Adek bisa pergi sendiri. Adek juga tau kok dimana Masjid Zakariya, kan Adek pernah kesana sama Aa' waktu itu," jawab Alifah.

"Yaudah, Hati-hati ya? Kalau ada apa-apa langsung telpon abah. Umma ngga bisa ikut soalnya lagi ngga enak badan," pesan Adzam kepada anaknya, Alifah menganggukkan kepala. "Iya, Abah. Alifah pergi dulu ya? Selamat menikmati waktu berdua, jangan sampai ada adik ya? Alifah masih mau jadi anak bontot, Assalamu'alaikum," pesan Alifah lalu pamit pergi.

Adzam dan Arsyila membulatkan mata mereka karena terkejut, sedangkan Alifah sudah berlari keluar dengan menahan tawanya. "Wa'alaikumsalam, astaghfirullah.. Tau aja dia kal- Aw! Sakit loh Sayang!" Adzam mengadu sakit saat pinggangnya terkenal cubitan maut sang istri.

"Pasti ajaran kamu kan itu? Ngaku ngga?" tanya Arsyila dengan nada kesal.

"Engga sayang, beneran deh," jawab Adzam sembari menghindar dari amukan sang istri.

Ya kita tinggalkan saja pasangan yang sedang ribut ini.

Ditempat lain, Hazia dan Kenza sudah siap untuk pergi ke pengajian. Mereka sedang menunggu Kaizen (abangnya Kenza) menyiapkan mobil untuk mengantar keduanya. Hazia sedang memainkan ponselnya, sedangkan Kenza menatap Kaizen dengan tatapan kesal karena belum keluar dari pekarangan rumah.

"AB-"

TIN!

"ASTAGHFIRULLAH! Ngagetin aja!" kesal Hazia, dia melihat kearah Kaizen yang sudah berada didalam mobil. "Masuk sini, keburu ngga dapat tempat," ajak Kaizen dan langsung dilaksanakan oleh kedua gadis itu.

"Abang ikut juga? Atau cuma nganter aja?" tanya Kenza yang sudah duduk bersama Kaizen dikursi depan, sedangkan Hazia dikursi belakang. "Iya lah, Ayah sama Bunda lagi butuh waktu berdua kayaknya, kasihan pas mau berduaan keganggu mulu sama kita berdua," ucap Kaizen dengan santai.

"Awas aja kalau sampai punya adik, ngga mau aku," gumam Kenza.

"Apa lagi abang, bakal jauh banget selisih umurnya. Yaudah kita berangkat sekarang."

"Iya."

•••••

©.05-03-2023, palembang.

Perjalanan Hijrah Cinta [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang