CHAPTER 27

506 33 11
                                    

Assalamu'alaikum, jangan lupa VOTE & KOMEN ya? Makasih^^
--
Happy Reading 📖

Keesokan harinya, mereka sudah pulang kerumah masing-masing. Dan disini lah Kenza berada, dirumahnya. Ia duduk disofa disebelah Kaizen, dia harus menceritakan dengan jelas apa yang terjadi kemarin, karena kejadian itu sudah terdengar sampai ke orang tuanya.

"Beneran Ayah, itu bukan sepenuhnya salah Zara dan teman-teman. Salah ya kalau kita ngebela orang tersayang kita? Lagian mereka duluan yang nge dorong Hazia waktu itu." Begitu lah penjelasan dari Kenza, Kaizen hanya diam, tetapi dia mengerti apa yang dimaksud oleh Kenza.

Fathan dan Arumi saling bertatapan. Begitu mendengar cerita itu, mereka cukup terkejut, tetapi memilih untuk mendengar penjelasan dari anaknya terlebih dahulu. Dan saat mendengarkan penjelasan Kenza, keduanya mengerti apa yang terjadi saat itu, dan tentunya mereka percaya kepada Kenza.

"Tapi kenapa harus bertengkar, Nak?" tanya Arumi. Walaupun mereka percaya dengan cerita Kenza, tetap saja pertengkaran itu adalah salah. "Ya gimana, mereka nyerang, ya serang balik," jawab Kenza sembari menundukkan pandangannya.

Sejujurnya Kenza juga takut saat ini, apalagi wajah ketiga orang yang lebih tua darinya ini terlihat serius. Seumur hidupnya, baru dua kali Ia diajak berbicara serius seperti ini, dan kali ini yang ketiga. Tentu saja itu membuatnya takut.

"Yakan Kamu bisa lari terus ngelapor ke Calon suami mu, Cil. Ngapain pake berantem, ngga malu sama Calon suami mu?" Kenza menatap tajam Kaizen. "Aku bukan tipe orang yang ngaduan ya, Bang."

Kaizen mendengus lalu menyentil kening adiknya itu. "Dari pada berantem kan? Lihat luka di tangan sama di hidung mu itu. Kalau Kamu ngelapor ke Abiyasa juga bakal lebih enak ngejelasinnya." Kenza masih menatap Kaizen dengan tajam, Ia tidak Terima karena kening nya di sentil oleh Abangnya itu.

Omong-omong soal Abiyasa dan Kenza. Abiyasa sudah meminta izin kepada keluarga Kenza untuk menikahi gadis itu. Disaat Alifah dan Hazia mencari Kenza, sebenarnya Kenza sedang berbicara dengan Abiyasa. Dan dipertengahan pembicaraan itu Alifah dan Hazia datang tetapi menguping pembicaraan mereka.

Singkatnya, Abiyasa mengatakan akan menemui kedua orang tua Kenza. Dan alhamdulillah nya, hal itu terlaksanakan. Karena itulah, Kaizen mulai melabeli Abiyasa sebagai calon suami Kenza.

Kembali lagi ke situasi sekarang. Tangan Kenza terangkat dan mencubit lengan Kaizen, tentunya itu membuat Kaizen kesakitan. "Enak aja asal nyentil jidat orang. Gini ya abang, saat kejadian itu juga, Aku ngga ada pikiran gitu." Kaizen mengelus lengannya sembari mencibir. "Makanya jangan emosian."

Arumi dan Fathan menghela nafas. "Bertengkar terus kalian ini. Lain kali jangan bertengkar lagi ya, Nak?" pinta Arumi.

Dengan berat hati Kenza mengangguk. "Iya Bunda."

Fathan mengusak rambut anaknya itu dan berdiri. "Yasudah, Ayo kita keluar jalan-jalan. Ayah tunggu diluar ya," kata Fathan.

Perkataan Fathan membuat raut wajah Kenza menjadi cerita. "Baik Ayah!" Dengan cepat Kenza langsung berlari kekamar.

"ABANG TELPON ABIYASA YA? SEKALIAN AJAK DIA!" teriak Kaizen dengan raut wajah usil nya. Tidak lama kemudian terdengar teriakan Kenza. "NGGA USAH MACEM MACEM DEH BANG! INI TUH KITA FAMILY TIME!"

Kaizen tertawa saat mendengar teriakan penuh kesal dari Kenza. Arumi hanya bisa tertawa kecil, sedangkan Fathan merangkul anaknya dan berkata, "Suka banget sih Bang ngusilin adiknya."

"Lucu Yah, sayang banget kalau ngga diusilin." Kaizen tertawa diakhir kalimat nya diikuti oleh Fathan. Arumi menggelengkan kepalanya pelan. "Anak sama Ayah sama aja, jangan sering sering diusilin adik nya, kasihan. Emang ngga sakit dicubit saat kamu usil?"

"Sakit bunda, Aku yakin ini pasti udah merah." Fathan menepuk baju Kaizen dan berkata, "Sama seperti cubitan Bunda ya?"

"Iya yah, persis banget malahan." Arumi yang mendengar itu mendekat kearah mereka. "Mau ngerasain cubitan Bunda?" Sontak Kaizen dan Fathan mundur lalu tersenyum manis.

"Bercanda, Bun," kata Fathan.

Saat itu juga Kenza keluar dari kamar dan mendekati ketiganya. "Loh kok masih didalem? Katanya mau tunggu diluar," tanya Kenza. Fathan melepas rangkulannya pada Kaizen dan beralih merangkul sang istri.

Sedangkan Kaizen merangkul Kenza dan membawa adiknya itu keluar, diikuti Fathan dan Arumi di belakang mereka. "Diluar panas, nungguin Kamu juga lama, bisa bisa Abang, Ayah sama Bunda kering kalau kelamaan nungguin Kamu diluar. Kamu pake kerudung nya di Arab ya? Lama banget."

"Enak aja, namanya juga anak cewek. Pakai kerudung tuh harus rapi bang, masa acak acakan, malu dong." Kaizen menatap malah Kenza dan kembali berkata, "Pas berantem ngga ada malu nya tuh."

Dan setelah mengatakan itu Kaizen merasakan seperti ada sengatan listrik di pinggangnya, karena Kenza mencubit Kaizen di area itu, membuat Kaizen meringis dan mengelus bagian pinggang nya. "Diungkit mulu. Sekali lagi diungkit, bulu kaki Abang yang dicabut."

"Enak aja, Abang ngga ada bulu kaki."

"Masa?"

"Iya."

Arumi dan Fathan hanya bisa tertawa melihat pertengkaran kedua anaknya. Meskipun kadang mereka merasa lelah karena Kaizen dan Kenza yang terus bertengkar, tetapi kadang hal ini yang menghibur dan membuat hubungan kedua anaknya ini menjadi erat. Aneh, tetapi hal itu memang benar terjadi.

•••••
©.22-03-2024, PALEMBANG.

Perjalanan Hijrah Cinta [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang