Chapter Spesial Idul Fitri (Ver. Athala & Hazia)

709 40 1
                                    

Assalamu'alaikum, jangan lupa VOTE & KOMEN ya? Makasih^^
--
Happy Reading 📖

Sepuluh menit sebelum buka puasa Hazia sedang menyiapkan makanan dimeja makan. Saat sedang menyiapkan makanan, tiba-tiba ada yang memeluk nya dari belakang. Dan ternyata itu adalah Athala sang suami. "Makanan nya kelihatan enak banget, kamu masak sendiri sayang?" tanya Athala dengan mendusal di leher Hazia.

"Iya dong, kalau bukan aku siapa lagi yang masak." Athala terkekeh lalu kembali memeluk istrinya. Rasa lelahnya seketika hilang karena memeluk sang istri. Benar kata Azgham, obat terbaik ketika lelah itu adalah pelukan istri. "Benar kata Kak Agham, obat paling ampuh itu adalah istri," gumam Athala dengan pelan, tapi masih bisa didengar oleh Hazia.

Hazia hanya tertawa kecil lalu kembali menyiapkan makanannya. "Nah selesai, ayo batalin dulu puasanya, Mas." Athala mengangguk lalu duduk diikuti oleh Hazia.

"Besok kamu ikut sholat ied, kan?" tanya Athala setelah selesai minum.

"Iya, tapi nanti Mas berangkat duluan aja. Aku barengan Zara nanti," balas Hazia.

"Cuma sama Kenza? Alifah engga sholat ied?"

"Engga, Mas. Tamu nya datang, tadi barusan dia telpon aku sama Zara sambil nangis. Kasihan sih, tapi mau gimana lagi," kata Hazia dengan tawa kecil diakhir. "Terus dia juga sempet curhat, takut Gus Agham dideketin pas dia ngga ikut sholat ied," sambung Hazia lagi.

Athala yang mendengar itu ikut tertawa, memang sudah jadi rahasia umum kalau Alifah itu tipe istri yang posesif dan suka overthinking. "Cemburuan banget ya dia, sama kayak kamu. Mas jadi keinget pas itu, waktu Mas dideketin santriwati, terus kamu langsung datang dan nyeret Mas pergi," kata Athala dengan tawa kecil diakhir.

Hazia yang mendengar itu juga ikut tertawa lagi. "Ya bagaimana ya, aku ngga suka punya ku diambil orang. Emang salah kalau istri cemburu ke suami nya?" tanya Hazia.

"Engga salah sayang, karena memang sifat wanita itu cemburuan," jawab Athala.

Hazia hanya tersenyum dan mulai menyuap makanan kedalam mulutnya. Menurutnya Suaminya, Suami Alifah, dan Suami Kenza itu sangat mengerti perempuan. Mereka bahkan bisa memilih jawaban yang tepat untuk pertanyaan yang ketiga gadis itu lontarkan. Dan yang pasti ketiga nya sangat merasa beruntung karena memiliki ketiga pria itu.


Sekitar jam setengah tiga, Hazia terbangun karena ingin buang air kecil. Tapi entah kenapa suasana kali ini sedikit menyeramkan, dan membuat Hazia sedikit takut. Dia menatap kesebelah, dimana suaminya masih berkelana dialam mimpi. Dengan sedikit terpaksa Hazia menggoyangkan lengan Athala untuk membangunkan suaminya itu.

"Mas Tata, bangun ... Mas!!" panggil Hazia dengan sedikit menaikan nada nya. Athala yang merasa tidurnya terganggu, akhirnya membuka matanya dengan perlahan. "Hm? Kenapa?"

"Temenin ke kamar mandi ayo ... Ngga tau kenapa suasana nya mendadak agak serem gini," lirih Hazia dengan memeluk lengan kekar Athala. "Sekalian wudhu ya? Soalnya udah waktunya sholat malam." Hazia hanya mengangguk dengan tubuh yang semakin dia dekatkan ke Athala.

Athala menatap istrinya lalu terkekeh gemas. "Yasudah, Ayo kita ke kamar mandi," ajak Athala yang lagi-lagi hanya diangguki oleh Hazia.

Keduanya pun pergi ke kamar mandi, pertama Hazia yang masuk untuk menuntaskan urusannya dan wudhu. Lalu setelahnya bergantian dengan Athala. Setelah mengambil wudhu, kedua Anak Adam dan Hawa tersebut melaksanakan sholat tahajjud.

Setelah beberapa waktu, keduanya selesai, ponsel Hazia tiba-tiba berbunyi, menandakan ada pesan yang masuk. Hazia merapikan alat sholat nya lebih dulu, baru mengambil ponselnya dan melihat pesan yang masuk.

"Siapa, sayang?" tanya Athala.

"Oh, ini Alifah. Lagi gabut kayaknya," jawab Hazia. Dia membalas pesan Alifah beberapa menit, lalu kembali meletakan ponselnya dengan senyum lebar, karena senang menjaili sahabatnya satu itu. "Kenapa? Kok senyumnya lebar banget?"

"Engga kok, Mas. Lagi seneng aja hehe, aku mandi dulu ya?"

"Iya sayang."


Kini Hazia berkumpul bersama keluarganya dan keluarga mertua nya di Rumah nya dan suaminya. Rumah yang awalnya hanya ditinggal dua orang itu seketika menjadi ramai karena ada anak kecil disana. Dan sekarang Hazia juga sedang dipeluk oleh salah satu sepupu perempuan Athala.

"Nama kamu Hazia ya? Kok kamu mau sama Bang Atha? Kenapa ngga sama Abangku aja? Biar kamu jadi adik ipar aku." Hazia hanya bisa tersenyum canggung, dan menatap suami untuk meminta pertolongan. Tapi Athala tidak menolong sama sekali, pria itu hanya tersenyum dan itu membuat Hazia kesal. "Mas Tata ..."

Athala tertawa kecil lalu mengisyaratkan untuk mendekat dengan gerakan tangan. Hazia tersenyum senang, dan langsung pamit lalu berlari kearah Athala. "Mas ih! Pipi ku sakit dicubit mulu," adu Hazia dengan suara pelan.

"Kamu sih gemesin banget, kan jadi banyak yang nyubitin," kata Athala sambil mengelus pipi Hazia yang sakit.

"Mas nih! Bukan salah aku, kalau aku gemesin."

"Iya iya, bukan salah kamu."

"Ekhem! Bang, kayaknya kita sudah terlupakan deh," kata Liam dengan dramatis, membuat Hazia langsung ingin menyerang Liam, untungnya Athala dengan sigap menahan istrinya itu. "Dah ngga usah terlalu dramatis. Efek jomblo terus, ya gini," celetuk Aska.

Liam menatap Aska dengan tatapan kesal, lalu berkata, "mohon sadar diri ya, wahai Abangku yang terhormat. Anda juga jomblo."

"Seenggaknya banyak yang suka sama Abang, lah kamu?"

"Abang mah gitu, sakit loh hati mungil ku."

Aska tidak menghiraukan Liam sama sekali, pria itu mendekati Hazia lalu memberikan uang kepada adiknya. "Ini THR dari Abang, diterima aja. Toh Zia masih kecil dimata Abang," kata Aska dengan senyuman. Hazia dengan senang hati menerima uang dari Aska, lalu mencium pipi Abangnya itu. "Makasih Abang."

"Sama-sama, Dek."

"Eh ini, Abang juga ada uang untuk kamu. Tapi kasih cium di pipi juga," kata Liam tidak mau kalah. Hazia menerima uang itu lalu mencium pipi Liam, mau se mengesalkan apapun Liam, pria itu tetap Abangnya yang terhebat, dan dia menyayangi abangnya.

Hazia tidak hanya mendapat uang dari kedua Abangnya, tapi juga mendapatkan uang dari mertua nya, orang tuanya dan—

"Ini uang dari Mas, Terima ya?" Suaminya.

Hazia mengangguk semangat, dia mengambil uang itu lalu mencium kedua pipi Athala.

"Aunty, minta uang nya dong." Hazia yang sedang asik dengan Athala, terganggu karena ulah salah satu anak dari sepupu Athala. "Engga, ini yang punya Aunty. Kan yang kamu udah dikasih."

"Tapi yang Aunty lebih banyak."

"Yakan Aunty lebih besar, jadi uang nya lebih banyak. Kalau mau uang banyak, kamu harus jadi besar dulu."

"Gitu ya? Gimana caranya jadi besar?"

"Makan yang banyak, jangan lupa olahraga, harus sehat. Tunggu aja nanti, pasti besar kok."

"Oke Aunty."

Athala yang melihat interaksi kedua manusia menggemaskan itu hanya bisa menahan diri agar tidak mencubit pipi keduanya.

"Beginilah, kalau bocil ketemu bocil."

•••••

©.23-04-2023, Palembang.

Perjalanan Hijrah Cinta [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang