CHAPTER 23

641 36 3
                                    

Assalamu'alaikum, jangan lupa VOTE & KOMEN ya? Makasih^^
--
Happy Reading 📖

Kenza berjalan pelan menelusuri tempat pemakaman umum, diikuti oleh Kaizen dibelakang untuk menjaga Kenza. Keduanya berjalan kearah makam dengan batu nisan warna hitam. Saat sudah berada disamping makam, keduanya duduk disamping makam itu.

"Kita baca yasin dulu ya, Dek?" Kenza mengangguk. Keduanya membuat yasin dan mulai membaca nya bersama, sesekali tangan Kenza mengelus batu nisan didepannya dengan lembut.

Dan setelah membaca surah yasin, Kenza menaburkan bunga juga menyirami makam seorang laki-laki yang dia cintai. "Kak, maaf aku sempat lupa sama kakak. Dan sekarang aku keinget sama kakak terus, terutama karena wajah kakak yang mirip sama Gus Abi. Itu ngebuat aku ngga bisa lupa dan takut, takut aku anggap Gus Abi itu kakak," lirih Kenza.

"Aku berusaha buat berdamai, tapi susah dan aku harap setelah ini aku bisa berdamai sepenuhnya. Kak, aku izin buat ngubur semua tentang kita ya? Dan aku izin buat mencintai saudara kembar kakak, Gus Abi. Maaf ngga jadiin kakak yang terakhir, tapi setidaknya kakak orang pertama kan? Restui aku sama saudara kembar kakak ya? Aku mau usaha deketin lewat doa soalnya hehe," kata Kenza dengan tatapan sendu. Kaizen merangkul adiknya dan mengelus bahu Kenza guna menenangkan Kenza.

Tangan Kaizen satunya ia gunakan untuk mengelus batu nisan yang berwarna hitam itu tanpa mengucapkan apa-apa. "Kalau gitu Kenza izin pulang ya, ngga bisa lama-lama soalnya nanti dicariin dua bocah yang nunggu di pesantren. Pulang dulu ya, Kak. Assalamu'alaikum," kata Kenza sembari berdiri.

Kaizen ikut berdiri dan mengucapkan salam juga. Kemudian keduanya berjalan keluar dari area pemakaman, dan menuju mobil Kaizen. "Gimana dek? Sudah lega?" tanya Kaizen sembari membukakan pintu untuk Adiknya.

"Alhamdulillah sudah, kayaknya bener yang abang bilang. Aku harus bisa ikhlas dan berdamai," jawab Kenza. Kaizen tersenyum dan merasa senang karena pada akhirnya sang Adik bisa mulai tenang.

Kaizen berjalan memutar untuk menuju kursi pengemudi setelah menutup pintu untuk Kenza. Kaizen membuka pintu nya dan masuk kedalam mobil. Setelah menutup pintu dan menggunakan sabuk pengaman, Kaizen menjalankan mobilnya untuk menjauh dari area parkiran.

"Jadi mau lanjut deketin Gus Abi?" tanya Kaizen dengan nada yang menjengkelkan menurut Kenza. "Iya! Udah diem ya bang, baru aja kita akur loh. Udah mau berantem aja," jawab Kenza dengan kesal.

Kaizen tertawa. "Ya gimana, kalau kita tuh jarang berantem sejak kamu di pesantren, Abang jadi kangen," kata Kaizen yang membuat kekesalan Kenza bertambah.

"Kangen kok sama berantemnya, aneh Abang nih," cibir Kenza yang membuat tawa Kaizen kembali terdengar. "Ngga usah ketawa, suara ketawa Abang nyebelin," kesal Kenza.

Bukannya diam, Kaizen malah tertawa lebih kencang lagi yang membuat Kenza menyumpal mulut Kaizen menggunakan kertas yang ada dimobil. "Makan tuh kertas," sungut Kenza.

Kaizen mengeluarkan kertas dari mulut nya dengan wajah memelas. "Adek tega sama Abang," lirihnya.

"Udah ah bang, fokus nyetir aja. Geli aku denger nya," kata Kenza sembari mengelus kedua lengannya. Ya begitulah, namanya Kenza dan Kaizen, tidak akan lengkap kalau tidak bertengkar saat bertemu.

Ditempat lain, Hazia duduk sendirian digazebo dengan wajah yang kusut. "Apa banget aku sendirian disini, Zara ngga tau kemana, Shena ngobrol keluarga di ndalem," gerutuh Hazia.

Beberapa kali Hazia merobek daun kering yang jatuh di gazebo. "Dahlah, Aku nyuci pakaian dulu, ngapain aku disini sendirian," gerutu Hazia. Ia berdiri dan berjalan menjauh dari gazebo.

Tidak lama dari perginya Hazia, Alifah datang bersama Kenza. "Loh? Zia ngga ada disini, katanya dia bakal nunggu disini," kata Alifah keheranan.

"Mungkin dia lagi jalan jalan atau ada sesuatu yang harus dikerjain, kita tunggu disini aja," kata Kenza. Alifah mengangguk setuju, dia duduk digazebo bersama Kenza.

"Jadi gimana, Za? Sudah mulai bisa?" tanya Alifah. Kenza tersenyum, Dia mengerti maksud Alifah. "Sudah. Dan sekarang tinggal kamu," jawab Kenza.

Alifah menghela nafas saat mendengar kalimat terakhir dari Kenza. "Ngga tau deh kalau itu, masih ngga berani Aku," kata Alifah dengan pelan.

"Coba, Shen. Kalau Kamu ngehindar terus, kapan Kamu mau bebas dari rasa ngga nyaman mu setiap ketemu dia?" saran Kenza dengan pelan. "Nanti deh ya, Aku bakal coba. Agak susah dikit, bentar lagi kok bakal bisa," kata Alifah dengan kekehan diakhir.

Alifah tiba-tiba berdiri dan menggenggam tangan Kenza. "Kita temui Hazia yuk? Kayaknya dia lagi nyuci, kan cucian pakaian dia banyak tuh," ajak Alifah.

"Oh iya ya, Ayo deh kita temui Hazia."

Kenza ikut berdiri dan berjalan untuk menemui Hazia yang kemungkinan besar berada ditempat mencuci pakaian.

•••••

©.05 Desember 2023, Palembang.

Perjalanan Hijrah Cinta [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang