CHAPTER 14

617 40 1
                                    

Sebelumnya aku mau mengingat, jangan lupa follow akun punyaku dan anak-anakku ya. Aku bakal spoiler di akun official, dan bakal interaksi sama anak-anakku pas followers udah lumayan banyak. And bakal live juga.

Akun punyaku :

IG (utama) : __rlk.syftri
IG (official) : author__rlk.syftri
Tiktok (official) : bluebellbunny_12

Akun punya anak-anakku :

IG (Azgham) : _assegaf.azgham
IG (Alifah) : alfh.shna_
IG (Hazia) : hazia_2242
IG (Athala) : alkahfi_ya
IG (Abiyasa) : abijayan_khlif
IG (Kenza) : kenza_ranawiyah

______________________________________

Assalamu'alaikum, jangan lupa VOTE & KOMEN ya? Makasih^^
--
Happy Reading 📖

Selesai pembelajaran, Azgham duduk di atas alas yang tadinya ditempati pada Santri. Abiyasa dan Athala sendiri berdiri di tempat mereka, membiarkan Azgham menenangkan pikirannya sebentar. Karena hari ini Azgham memang sedang banyak pikiran, ada beberapa masalah yang datang dan membuat Azgham kepikiran.

Disaat Azgham sedang tenang tenang nya, tiba-tiba Thazin berlari kecil menghampiri Azgham dan duduk dipangkuannya. "Paman, Thazin mau bicara." Azgham yang tadinya menatap kearah depan, kini menunduk menatap Thazin yang berada di pangkuannya.

"Mau bicara apa, Thazin?" tanya Azgham sembari mengelus kepala Thazin. "Yang melempar ular mainan itu sebenarnya bukan Kakak-kakak itu, tapi Thazin. Thazin yang melemparnya. Thazin juga ngga sengaja, awalnya Thazin lempar karena mau buang mainan nya, ngga tau nya malah kelempar kesana."

Azgham mendengarkan itu dan tersirat rasa bersalah dihatinya. Abiyasa dan Athala juga mendengar penjelasan dari Thazin. "Jangan marahin Kakak Kakak itu lagi, karena yang salah itu Thazin, bukan mereka," tambah Thazin.

Azgham tersenyum kepada Thazin. "Iya, terima kasih ya, karena Thazin sudah mau jujur sama Paman."

"Iya, Paman. Paman juga harus minta maaf ya sama Kakak Kakak tadi, terutama sama Kakak yang pegang mainan ular tadi," pesan Thazin.

"Iya, Thazin. Nanti Paman minta maaf kepada mereka."

Ditempat lain, lebih tepatnya di kamar asrama. Alifah, Kenza, dan Hazia sedang mengerjakan tugas dari kampus, beberapa kali Alifah mengeluh karena tugas yang diberikan sedikit susah. Kenza juga beberapa kali memegang kepalanya karena pusing memikirkan tugas yang tidak kelar. Sedangkan Hazia, dia sudah mengomel karena tugas kuliah yang diberikan secara tiba-tiba.

"Bisa gila Aku lama-lama kalau kayak gini," keluh Kenza setelah sekian lama diam. "Mending langsung nikah aja lah Aku!" celetuk Alifah tiba-tiba.

Kenza dan Hazia yang mendengar kalimat itu hanya bisa menggelengkan kepala. Setiap lelah dengan tugas, selalu kalimat itu yang keluar dari mulut Alifah, jadi sudah tidak terkejut lagi.

"Nikah sama siapa? Sama Bang—"

"Usstt! Jangan sebut nama itu wahai saudari seimanku," sela Alifah saat Hazia ingin menyebut sebuah nama. "Sampai kapan kalian menyembunyikan itu wahai teman temanku, sesungguhnya Aku amat sangat penasaran."

Alifah dan Hazia tertawa begitupun dengan Kenza. Mereka tertawa karena cara bicara Alifah dan Kenza yang tidak biasa. "Ada ada aja kelakuan kalian ini. Ntar ku ceritain, ntar malem pas Shena dah tidur," kata Hazia.

"Kenapa harus banget pas Aku tidur?"

"Emang kamu mau denger cerita itu? Mau keinget masa-masa itu lagi?"

"Ya engga lah! Jangan katakan apapun tentang hal itu." Hazia tertawa mendengar perkataan Alifah. Cara bicara Alifah yang seperti itu cukup menghibur baginya.

Setelah tawa Hazia mereda, kamar kembali hening. Ketiganya sibuk dengan tugas mereka masing-masing hingga akhirnya tugas itu selesai juga. "Alhamdulillah!! Akhirnya selesai juga," pekik ketiganya dengan senang.

"Kita ke dapur yuk, bantu masak. Hitung hitung nambah pahala," ajak Hazia.

"Ayo sih, kita beresin dulu laptop nya, terus kembaliin ke ndalem."

Ketiganya membereskan alat yang mereka gunakan untuk membuat tugas. Laptop merekapun sudah ditutup dan dimasukan kedalam tasnya. Setelah beres, mereka berdiri dan keluar asrama dengan membawa laptop mereka.

Mereka berjalan menuju ndalem, sesekali mereka melemparkan candaan agar selama perjalanan tidak hening. Sesampainya didepan, Alifah mengetuk pintu sebanyak tiga ketukan lalu mengucapkan salam.

"Assalamu'alaikum," salam Alifah diikuti oleh Hazia dan Kenza. Tidak lama kemudian pintu terbuka dan terlihat ibu dari Azgham. "Wa'alaikumsalam, ada apa Anak sholehah nya Uma?"

Alifah tersenyum dan mencium tangan Ayana, diikuti oleh Hazia dan Kenza. "Kami mau kembalikan laptop kami, Uma Nyai," jawab Hazia dengan sopan.

"Oalah, sudah selesai tugas nya?"

"Alhamdulillah sudah, Uma Nyai. Ini laptop nya kami titip lagi disini." Alifah, Kenza, dan Hazia menyerahkan laptop mereka. Ayana menerima laptop mereka. "Iya, Uma Terima ya laptop nya, kalau ada tugas nanti Uma kabari lagi."

"Iya Uma Nyai, terima kasih. Kalau begitu kamu pamit dulu ya."

"Iya, Hati-hati ya."

"Iya, Uma. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Hazia berjalan lebih dulu dan disusul oleh Kenza dan Alifah. Sedangkan Ayana menunggu hingga ketiga santrinya hilang dari pandangan terlebih dahulu baru menutup pintu.

Tidak jauh mereka melangkah pergi, terlihat Azgham yang berjalan mendekat. Dan yang melihat Azgham pertama kali adalah Hazia. Hazia beralih pada Alifah yang belum menyadari adanya Azgham didepan, dan dengan cepat Hazia merangkul Alifah lalu berbelok, memilih jalan memutar.

"Loh? Ngapain belok?" tanya Kenza. Hazia tersenyum dan mengode untuk melihat kearah Azgham. Kenza menoleh lalu paham akan apa yang Hazia lakukan. "Kayaknya kita emang harus muter deh, kita jalan jalan dulu di sini."

"Capek, mending lurus aja tadi, kan mau nolongin Bibi masak," kata Alifah.

"Udah, kita muter aja disini, itung itung olahraga supaya badan sehat," kata Hazia.

"Bener tuh, Kita lewat sini aja," tambah Kenza.

Alifah menatap kedua sahabatnya dengan malas. Dia berjalan mengikuti arah yang ditentukan oleh Hazia dan Kenza, bahkan sekarang langkah mereka menjadi cepat.

Disisi lain Azgham menghela nafas saat ketiga santri nya itu berbelok. Dia tidak mengejar, tapi berjalan lurus saja menuju ndalem dimana Ayana masih berada didepan pintu. "Assalamu'alaikum, Uma," salam Azgham dan mencium tangan Ayana.

"Wa'alaikumussalam. Kamu ada masalah Alifah, Kenza, dan Hazia?" tanya Ayana langsung, karena dari gelagat ketiga santri itu sudah terlihat sekali kalau mereka menghindari Azgham. "Ada, Uma. Dan ini sebenarnya salah Agham," jawab Azgham.

"Masuk, cerita sama Uma," perintah Ayana.

"Iya Uma."

Ayana masuk lebih dulu, lalu Azgham ikut masuk dan menutup pintu. Didalam Azgham duduk disofa yang berhadapan dengan Ayana. "Jadi, coba ceritakan."

"Tadi, saat pembelajaran di lapangan. Ada ular mainan yang tiba-tiba jatuh di tengah santri, itu membuat semua santri teriak. Tidak lama Alifah dan kedua temannya datang, Alifah mengambil ular mainan itu dan bilang jika itu hanya mainan. Agham saat itu sedang pusing, memikirkan beberapa hal, dan akhirnya Agham memarahi mereka juga mengatakan hal yang cukup atau mungkin sangat menyakitkan untuk mereka. Tadinya Agham mau meminta maaf, tapi mereka menghindar dari Agham," jelas Azgham.

Ayana menghela nafas, dia berdiri dan duduk disamping Azgham. "Lain kali kontrol emosi Kamu, jangan sampai mengeluarkan kata-kata yang menyakiti hati seseorang. Kalau ada hal yang Kamu pikirkan, bisa cerita sama Uma. Nanti kalau bertemu sama mereka, minta maaf, mengerti?"

"Mengerti, Uma."

"Bagus. Jangan diulangi lagi." Azgham hanya mengangguk paham.

•••••
©.28-07-2023, Palembang.

Perjalanan Hijrah Cinta [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang