CHAPTER 03

1K 57 4
                                    

Assalamu'alaikum, jangan lupa VOTE ya? Makasih ^^

Happy Reading 📖


Siang hari ini Alifah, Kenza, dan Hazia sedang berjalan bersama. Ya sejak pertemuan mereka di Masjid Zakariya, mereka jadi sering bertemu dan pergi bersama. Dan saat ini mereka sedang berjalan menuju tempat tongkrongan para kakak mereka.

Ya, ternyata kakak mereka saling bersahabat baik, dan sering berkumpul bersama. Jadi ketiganya memutuskan untuk ikut berkumpul bersama kakak mereka, dan disetujui langsung oleh enam lelaki tersebut.

"Itu tempatnya? Aku kira bakal di rumah kosong, ternyata di pondok kecil gitu," gumam Kenza saat melihat tempat tongkrongan Kakaknya. "Sama sih, aku kira juga gitu," celetuk Hazia.

Alifah hanya mengangguk dan melihat tempat tongkrongan para Kakaknya. Hingga matanya terfokus kepada seseorang yang sedang asik mengobrol bersama Abang sulungnya. "Ganteng banget ... " gumam Alifah tiba-tiba.

"Hah? Siapa?" tanya Kenza yang mendengar gumaman tiba-tiba Alifah. "Itu, yang itu loh." Alifah menunjuk laki-laki yang berhasil membuatnya terpanah. "Oh! Itu yang ada di Masjid Zakariya ngga sih? Salah satu pengisi acara juga," kata Kenza.

Alifah mengamati laki-laki itu lalu mengangguk, pantas dia merasa seperti pernah melihat laki-laki tersebut. "Loh?! Ada tiga Gus itu ada disini? Mereka temennya Kakak kita?" tanya Hazia.

"Lah! Iya juga, Bang Kai kok ngga pernah cerita kalau punya temen ganteng gitu," gerutu Kenza. "Tau nih, nyebelin banget emang," sambung Hazia.

Alifah masih mengamati laki-laki itu dengan senyum lebar. "Gus yang itu kalem ya ... Namanya Gus Agham kalau ngga salah," celetuk Alifah membuat Kenza dan Hazia cukup terkejut. "Astagfirullah, tumben muji laki-laki, biasanya dijulidin," kata Hazia dan disetujui oleh Kenza.

"Kalau yang ini ngga bisa dijulidin, udah telanjur bikin jantung deg-degan duluan," kata Alifah sambil memegang dada kirinya, kedua sahabatnya hanya bisa menggeleng melihat kelakuan Alifah.

Kenza ikut mengamati tempat tongkrongan itu dan perhatiannya jatuh ke sosok yang sedang tertawa dengan Kakaknya. "Gus Abi ganteng ... Dia masih single kan ya?" tanya Kenza tiba-tiba.

Hazia tersenyum lalu mengangguk, dia menatap laki-laki lain yang sedang duduk bersama Kakak tertuanya. "Mereka bertiga masih single, aku senang lihat Gus Atha. Manis banget," jawab Hazia.

"Kayaknya kita lagi ..." Alifah memotong perkataannya.

"Jatuh Cinta!" sambung ketiganya.

"DEK! OY! NGAPAIN DISANA?!"

"ALLAHU AKBAR!!" Ketiganya terkejut saat diteriaki oleh Kaizen secara tiba-tiba. "ABANG BISA NGGA SIH?! NGGA USAH TERIAK GITU LOH! BIKIN KAGET TAU NGGA?!" kesal Kenza dan langsung berlari ke arah kakaknya dengan wajah kesal.

"Yuk Shen, kita pergi kesana," ajak Hazia menarik tangan Alifah. "Ngga deh, takut," cicit Alifah, dan tentu saja membuat Hazia mengernyit bingung.

"Lah? Takut kenapa? Takut sama Bang Aska? Dia ngga bakal ngapa-ngapain," tanya Hazia yang langsung dijawab gelengan oleh Alifah. "Bukan, aku takut sama Gus Agham. Eh, bukan takut deh, aku malu," jawab Alifah.

Hazia menghela nafas. "Biasanya juga malu-maluin, udahlah yuk. Kasihan tuh yang lain nunggu, kamu ngga mau lihat Zara sama Abangnya ribut?" tanya Hazia. "Yaudah deh, ayo. Aku mau lihat Zara sama Bang Kaizen ribut secara live," jawab Alifah.

"Agak beda emang anak Umma satu ini," cuman Hazia dan langsung menarik Alifah mendekati tempat tongkrongan itu. "Assalamu'alaikum, Mas!!" sapa Alifah, langsung menghampiri Aldan dan memeluk Kakaknya yang satu itu. "Wa'alaikumsalam, aduh main peluk aja. Kenapa lama? Kemana dulu tadi?" tanya Aldan.

"Tadi kami mampir makan dulu, jadi agak lama," jawab Alifah dengan jujur. Omong-omong Aldan dan Aksan memang sudah pulang kemarin, walaupun pulang tepat waktu, mereka tetap mentraktir adik bungsu mereka selama satu bulan. Padahal perjanjian nya satu minggu.

"Makan mulu, pantes pipi Zia jadi kayak cimol," celetuk Liam. Dia menekan pipi Hazia dengan jari telunjuknya, dan tentu saja hal itu membuat Hazia menatap Kakaknya dengan kesal. "Berhenti atau tangannya ku potong?" ancam Hazia menatap tajam Liam.

Mendadak Liam menjadi ciut, karena adiknya itu kalau sudah marah akan sangat menyeramkan. "Iya ini diem kok," cicit Liam. "Pfftt, takut adek," ledek Kaizen.

"Heh! Anda juga takut adek ya, mohon berkaca terlebih dahulu," kesal Liam. "Dasar berantem mulu. Ini Abang mau ngenalin tiga orang lainnya yang sering ngumpul sama kami. Disebelah Abang namanya Azgham, tapi kita manggilnya Agham. Terus disebelah Aska ada Athala, kita manggilnya Atha. Dan terakhir yang tadi sama Kaizen itu Abiyasa, kami manggilnya Abi," jelas Khaliq.

"Nah kalian bertiga, mereka adik kami. Lebih tepatnya, yang lagi sama Aldan itu adik Saya, Aksan, dan Aldan. Terus yang tadi ngebug in Kaizen itu adiknya Kaizen tentunya. Dan yang debat sama Liam tadi itu, adiknya Liam sama Aska," sambung Khaliq.

"Jadi itu adik Kamu, Liq?" tanya Azgham. "Iya, dia adik perempuan yang pernah Saya ceritakan," jawab Khaliq.

"Lah? Pakai bahasa formal? Aku kira bakal pakai bahasa gaul," celetuk Hazia yang sudah anteng duduk disebelah Aska. "Maklum, Zia. Perkumpulan para cogan paham agama," balas Alifah.

Aksan yang mendengar balasan Alifah langsung memeluk adiknya. "Jadi adek ngakuin Aa', Mas, sama Abang ganteng?" tanya Aksan. "Iyalah, emang ganteng kok, tapi lebih ganteng Gus yang disamping Abang," jawab Alifah membuat Aksan mencibir.

"Yeh ... Dasar bocil," ledek Aksan.

"Bocil bocil gini, kalau nendang sakit loh. Mau coba?" kesal Alifah.

"Engga hehe."

"Abang kok ngga cerita sih kalau punya temen tongkrongan ganteng kayak gitu?" tanya Kenza sambil menunjuk Abiyasa dengan dagunya. "Abang udah cerita loh, adeknya aja yang ngga nyimak," balas Kaizen dengan merangkul bahu Kenza.

"Masa sih?"

"Iya, makanya kalau Abang cerita tuh nyimak, jangan malah asik sendiri," cibir Kaizen lalu menyentil kening Kenza. "Heh! Bang Kai ngga baik sentil Zara, Zia aduin bunda ya?!" ancam Hazia saat melihat Kaizen menyentil kening Kenza.

"Ini adiknya Abang loh, Zia."

"Tetep aja ngga boleh!"

"Yaudah iya, ngga lagi."

"Mas, mereka kerja dimana?" tanya Alifah membuat perhatian Kenza dan Hazia beralih ke Aldan. "Mereka? Mereka kerja di ponpes al-maidah, ponpes punya keluarga Bang Agham. Mas dulu alumni sana," jelas Aldan.

Alifah, Kenza, dan Hazia saling tatap lalu tersenyum. Mereka memikirkan hal yang sama. Ketiganya menatap Kakak masing-masing lalu tersenyum lebar.

"KAMI MAU MASUK PONPES AL-MAIDAH!" teriak ketiganya, dan membuat Kakak mereka terkejut tentu saja.

"Hah?! ASTAGHFIRULLAH!! eh.. ALHAMDULILLAH!!"

"Tapi mereka beneran ngajar di ponpes Al-Maidah kan?" bisik Alifah membuat Aldan mendengus malas. "Iya, Mas kira kamu masuk ponpes pas tau Mas Alumni sana, ternyata karena mereka kerja disana," kata Aldan sedikit kesal.

"Hehe, sayang uang nya Mas."

"Ya Allah ... Untung adek loh."

•••••

©.17-03-2023, Palembang.

Perjalanan Hijrah Cinta [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang