CHAPTER 20

744 35 5
                                    

Assalamu'alaikum, jangan lupa VOTE & KOMEN ya? Makasih^^
--
Happy Reading 📖

Hazia berjalan mencari Alifah dan Kenza yang menghilang entah kemana. Kedua sahabatnya itu pergi lebih dulu setelah hafalan mereka selesai, Hazia yang selesai paling akhir jadi tertinggal oleh keduanya.

Hazia berjalan sembari melihat kekanan dan kekiri. Beberapa kali Hazia bersenandung kecil hingga sebuah suara menghentikan langkah kakinya. "Assalamualaikum, Hazia."

Tanpa menolehpun Hazia sudah sangat tahu siapa yang memanggilnya. Dengan berat hati Hazia membalikkan badan, dan seperti dugaannya. Tidak jauh dari tempatnya berdiri ada Haziq yang menatapnya dengan tatapan yang tidak Hazia ketahui.

"Wa'alaikumussalam, ada apa Kak?" tanya Hazia langsung. Haziq diam sejenak sebelum berkata, "Maafkan perilaku Saya kemarin, Saya dengan lancangnya sudah meminta dan memaksa kamu untuk menjadi istri kedua Saya. Maafkan Saya."

Hazia terdiam, terkejut dengan permintaan maaf yang Haziq ucapkan secara tiba-tiba. Tetapi dengan segera Hazia mengangguk pelan dan berkata, "Saya sudah memaafkan Kakak, tapi Saya mohon setelah ini jangan bahas tentang hal itu lagi. Saya sudah ikhlas dengan keadaan kita sekarang."

"Baiklah, Saya tidak akan membahas hal itu lagi. Biarkan itu menjadi kenangan yang terkubur bersama perasaan kita untuk satu sama lain," kata Haziq dengan senyum tipis. Hazia mengangguk pelan. "Saya pamit undur diri ya, Kak? Tidak baik berlama-lama berduaan saja seperti ini, takutnya nanti menimbulkan fitnah."

"Iya, Hazia. Silahkan."

"Assalamu'alaikum, Kak."

"Wa'alaikumussalam, Hazia."

Hazia berjalan pergi dengan hati yang terasa lega. Jujur saja setelah pembicaraan beberapa hari lalu, hatinya terasa berat dan gelisah. Tetapi sekarang sudah tidak lagi, rasa lega menyelimuti hati Hazia sekarang.

Dan dengan langkah yang lebih ringan, Hazia melangkah lebih cepat untuk mencari kedua sahabat nya tersebut. Tidak lama dia menemukan kedua sahabatnya dan Azgham yang sedang membicarakan sesuatu.

Hazia melangkah lebih cepat lagi untuk mendekat dan akhirnya mendengar apa yang mereka bicarakan.

"Gus Agham pelit!" kesal Alifah. Hazia tidak mengerti apa yang terjadi dan memilih untuk diam sampai mengetahui akar permasalahannya.

"Astagfirullah, Saya tidak pelit. Saya tidak tahu kalau kalian sudah mendapatkan izin dari Abi untuk mengambil buah mangga itu," kata Azgham dengan lirih. Hazia yang sudah tahu akar permasalahannya tetap memilih diam, entah kenapa melihat Alifah dan Azgham ribut adalah hal yang menarik sekarang.

Kenza yang sudah lelah menenangkan Alifah lebih memilih mundur dan sejajar dengan Hazia yang berada dibelakang. "Pisahin gih, Zia. Kamu tenangin Shena nya," suruh Kenza dengan wajah lelah.

"Biarin aja, kayaknya keributan kali ini seru." Kenza yang mendengar perkataan Hazia menjadi semakin lelah. "Ini kenapa mereka jadi makin aneh, astagfirullah," lirih Kenza.

Kembali lagi dengan perdebatan Alifah dan Azgham, lebih tepatnya gerutuan Alifah dan sahutan pasrah Azgham. "Kalau tidak pelit kenapa mangga nya diambil."

"Karena Saya tidak tahu jika kalian sudah diberi izin, Saya kira kalian mencuri tadi."

"Tuh kan! Gus tuh jangan suudzon dong," ketus Alifah.

Dengan pasrah Azgham mengangguk. "Iya, maafkan Saya ya? Kamu ambil saja mangga nya."

"Iya dimaafkan, tapi kembalikan mangga nya, Gus."

"Iya, Alifah. Ini Saya kembalikan," kata Azgham sembari memberikan mangga kepada Alifah. Alifah dengan senang mengambil mangga tersebut. "Terima kasih banyak, Gus. Kami izin pamit ya, Assalamu'alaikum." Lalu Alifah berlari menjauh begitu saja.

Kenza dan Hazia yang ditinggalkan segera menyusul setelah mengucapkan salam. Azgham yang melihat tingkah Alifah hanya bisa menggelengkan kepala, "Wa'alaikumussalam."

Kembali ke Alifah dan Hazia. Keduanya sudah berada di gazebo, sedangkan Kenza mengambil pisau terlebih dahulu. "Bisa bisanya Kamu ribut sama Gus Agham," kata Hazia setelah mereka berdua duduk.

"Bukan salah Aku, Aku kan tadi jalan sama Kenza, terus lihat pohon mangga dan kami mau ambil kan tapi inget kita belum izin, habis itu Kiyai Abi lewat, kita ngga ada bilang loh ya kalau kita mau mangga. Tapi Kiyai Abi nawarin, bilang kalau mau mangga ambil aja nggapapa, tapi Kiyai Abi ngga bisa ngambilin soalnya lagi dikejar waktu juga. Kami bilang nggapapa, terus ucapin makasih. Kiyai Abi pergi tuhkan, Kami ambil mangga ini, ya tentu aja aku manjat pohonnya—"

"Terus kamu bisa turun?" potong Hazia.

"Dih? Ya enggalah, Kamu ngga lihat ada tangga?" tanya Alifah dengan kesal.

"Aku ngga lihat, soalnya fokus sama perdebatan kalian."

"Makanya dengerin dulu, Ziaaaa."

"Iya Shen, yuk lanjut."

Alifah mengangguk, dia menarik nafas sebentar lalu kembali menjelaskan, "Pas aku lagi diatas pohon kan gus Agham dateng terus bilang ke aku turun gitu aku ngga bisa turun ku bilang terus diambilin tangga lah habis itu mangga aku diambil terus di omelin aku bilang sudah dapat izin dari Kiyai Abi awalnya gus Agham ngga percaya terus ku bilang telpon aja kalau ngga percaya terus ditelpon beneran kan dan terbukti aku jujur makanya kami debat tadi," jelas Alifah dengan satu tarikan nafas.

"Oalah aku ngerti. Tapi sekarang kamu ambil nafas dulu deh, aku denger kamu ngerap aja engap," kata Hazia. Alifah mengangguk dia mengatur nafasnya sementara Hazia menjejerkan mangga yang Alifah dapat.

Tidak lama Kenza kembali tapi dibarengi ketiga Gus yang ikut berkumpul dilokasi gazebo yang berbeda dan cukup jauh dari gazebo yang mereka tempati. "Kok aku kesel ya ngelihat Gus Agham?" gumam Alifah yang bisa didengar oleh Hazia.

"Mang eak? Padahal awal awalnya jatuh cinta sama Gus Agham," goda Hazia kepada Alifah yang melirik sinis Gus Agham. "Tapi sekarang Aku kesel sama dia."

"Iya deh, dah sekarang kita makan mangga dulu."

Alifah mengangguk pelan, merekapun menikmati mangga manis dengan hati yang senang.

•••••
©.01-11-2023, Palembang.

Perjalanan Hijrah Cinta [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang