CHAPTER 01

1.1K 56 1
                                    

Assalamu'alaikum, jangan lupa VOTE & KOMEN ya? Makasih^^
--
Happy Reading 📖



Alifah sudah sampai di Masjid Zakariya, dia tidak membutuhkan kendaraan karena Masjid itu terletak lumayan dekat dengan rumahnya. Disana sudah banyak orang yang datang, entah itu anak kecil, remaja, hingga orang dewasa. Alifah melepas sandalnya dan menaruh ditempat yang aman.

"Ramai juga ya ... Semoga dapat tempat paling depan deh," gumam Alifah lalu berjalan masuk kedalam Masjid. Dia mencari tempat duduk dan untungnya ada tempat kosong di paling depan. Dengan segera Alifah duduk disana, lalu meletakkan tasnya di pangkuannya. "Shena?"

Alifah menoleh kesamping saat mendengar nama panggilan itu. "Loh? Zia? Ya Allah, udah lama ngga ketemu," sapa Alifah saat tahu ternyata disebelahnya itu adalah Hazia, teman kecilnya.

"Iya nih, kamu baik? Kabar Abu sama umi gimana?" tanya Hazia.

"Alhamdulillah, baik. Kabar Abah sama Umma juga baik, terus gimana sama Bunda sama Abi? Baik juga?" balas Alifah dan balik bertanya. "Alhamdulillah baik kok. Kamu kesini sendirian?"

"Iya nih, soalnya Umma lagi ngga enak badan soalnya," jawab Alifah. "Terus Kakak-kakak kamu?" tanya Hazia lagi.

"Aa' sama Mas masih di Mesir, terus Abang ada di jogja," jawab Alifah lagi.

"Loh? Masih di Mesir? Ngapain? Bukannya udah lulus ya? Terus di jogja itu ngapain?"

"Ya gitu, ngga tau tuh Aa' sama Mas, betah banget kayaknya disana. Abang sih ngumpul sama temen nya di jogja," jelas Alifah dengan senyum lebar. "Oalah ... Oh iya! Ini Kenza, temen aku, panggil aja dia Zara," kata Hazia memperkenalkan Kenza ke Alifah.

Kenza menatap Alifah lalu tersenyum dan dibalas senyuman oleh Alifah. "Salam kenal Alifah, aku Kenza, panggil aja Zara," sapa Kenza lebih dulu. "Salam kenal juga Kenza, aku Alifah kamu bisa panggil aku Shena," balas Alifah.

Alifah melihat sekitar lalu menatap ke Hazia. "Bunda ngga ikut? Kamu sendiri sama siapa?" tanya Alifah kepada Hazia. "Sama Abang nya aku! Dua Abangnya Zia lagi sibuk, oh iya! Kamu tinggal deket sini kah?" tanya Kenza dengan semangat. "Iya, kamu tetangga sama Zia ya?"

"Iya, aku tetanggaan sama Zia. Kapan-kapan kita main yuk, sini minta nomor kamu," ajak Kenza dan tentu langsung disetujui oleh Alifah. Dia senang jika punya teman baru.

Alifah memberikan ponselnya kepada Kenza, dan diterima oleh Kenza. "Kamu juga ya, Zia. Aku ganti nomor dan kontak kamu ngga ada," kata Alifah.

"Okay! Zara udah belum?" tanya Hazia.

"Iya nih, udah," jawab Kenza memberikan ponsel Alifah ke Hazia. "Kapan-kapan main ke rumah ya, Shena." ajak Kenza.

"Nah iya! Kalau ngga ada yang nganter nanti aku yang jemput," celetuk Hazia menyetujui perkataan Kenza. "Iya deh, boleh."

"Btw, kabarnya Bang Liam sama Bang Aska gimana? Pernikahan Bang Aska lancar kan? Gimana kabar istrinya?" tanya Alifah yang tidak bisa menutupi rasa penasarannya. "Bang Liam sama Bang Aska baik. Tapi soal pernikahan itu, gagal," jawab Hazia.

Alifah terdiam, dia terkejut dengan informasi itu, sekarang dia merasa tidak enak. "Em ... Maaf ya? Aku ngga bermaksud." Hazia mengangguk.

"Nggapapa kok, pernikahan Bang Aska gagal juga karena kesalahan dia. Dia salah milih calon, dan ya, kamu tau lah," kata Hazia dengan santai. "Begitu ..."

"Sekarang Bang Aska gamon, kasihan sih, tapi ya bodoamat. Salah dia sendiri," ujar Hazia dengan tawa kecil di akhir. "Sama siapa?" tanya Kenza yang ikut penasaran.

Hazia mengucapkan satu nama yang membuat Kenza dan Alifah terkejut. "Serius? Astaghfirullahalazim," tanya Alifah sambil mengelus dadanya. "Iya serius, besok kerumah deh, tanya langsung sama Bunda," celetuk Hazia.

"Ngga deh, besok ngga bisa mau maling mangga."

"Astaghfirullah Shena!"

"Haha bercanda."



Alifah, Hazia, dan Kenza menyimak dengan serius. Hari ini yang dibahas tentang hijrah, ketiganya merasakan hal yang sama. Ada keinginan untuk memperbaiki diri. Mereka merenungi dosa apa saja yang mereka perbuatan selama ini, dari dosa yang terkecil hingga yang terbesar.

"Terlalu banyak dosa ku Ya Allah," batin ketiganya.

"Hijrah itu susah! Iman sering naik turun, susah untuk bertahan. Niatkan dalam hati kita, paksakan diri kita untuk sholat wajib, paksakan diri kita untuk membaca Al-Quran, paksakan diri kita untuk berbuat hal yang baik. Kenapa harus dipaksa? Jika tidak dipaksa kita akan lalai. Terus berjuang untuk menjadi lebih baik, jika kalian ikhlas dan niat, in sya Allah, kalian bisa."

Ketiganya menyimak dan menganggukkan kepala. Hati mereka ternyata tidak sekeras itu, bahkan sekarang sudah ada niat yang amat besar dihati mereka untuk hijrah. Selama acara, baik Kenza, Hazia, dan Alifah mendengarkan dengan baik. Bahkan mereka tidak mengeluarkan satu kata pun selama acara berlangsung.

Mereka fokus menatap kedepan dan mendengarkan apa yang disampaikan. Dari awal hingga akhir.

"Aku ngerasa udah banyak banget dosa, pengen hijrah," kata Kenza saat pengajian sudah selesai. Mereka duduk didepan Masjid, saling bertukar cerita. "Sama ... Udah ngerasa jauh banget sama Allah," ujar Hazia menyetujui perkataan Kenza.

"Ya sudah, ayo kita hijrah. Kita jadi sahabat hijrah, gimana?" ajak Alifah dengan nada semangat. Hazia dan Kenza diam sebentar lalu mengangguk setuju. "Ayo!"

"Kita hijrah mulai sekarang, ayo perbaiki diri kita!" kata Alifah dengan semangat

"Ayo! Kita ngga boleh stay di dosa yang sudah menggunung." Hazia menyetujui nya.

"Benar sekali! Bissmillah mulai sekarang kita akan hijrah bersama."

"BISSMILLAH!! BISA!!"

"Ya Allah jagalah mereka untuk kami."

•••••

©.05-03-2023, Palembang.

Perjalanan Hijrah Cinta [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang