CHAPTER 18

606 37 11
                                    

Assalamu'alaikum, jangan lupa VOTE & KOMEN ya? Makasih^^
--
Happy Reading 📖

Malam nya Alifah duduk bersama Kenza dan Hazia, seharusnya dia ke ndalem malam ini, tetapi dia takut akan bertemu dengan Azgham. Karena sudah pasti saat malam seperti ini Azgham berada di ndalem.

"Shena, kamu belum ke tempat Nyai Uma? Kan disuruh kesana malam ini," tanya Hazia saat melihat Alifah masih duduk bersama nya dan Kenza. "Aku tuh takut, takut ketemu Gus Agham nanti," jawab Alifah dengan wajah frustasi.

Hazia dan Kenza menghela nafas, mereka lupa kalau sampai sekarang Alifah dan Azgham tidak pernah saling bertemu atau bertegur sapa lagi. "Kalau gitu Aku bingung juga. Kalau Kamu kesana nanti ketemu Gus Agham, kalau ngga kesana kan ngga enak sama Nyai Uma," kata Hazia kebingungan.

"Gimana kalau kayak gini aja, Kamu ke tempat Nyai Uma aja, tapi pas ketemu sama Gus Agham, Kamu pura pura ngga lihat aja. Hindarin gitu, kan Kamu kesana mau ketemu Nyai Uma, bukannya Gus Agham," saran Kenza.

Alifah mencoba mencerna saran dari Kenza, saat sudah paham Alifah mengangguk setuju. "Ide bagus! Baiklah, Aku pergi dulu ya para Sahabat tersayangku, Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam." Hazia dan Kenza hanya bisa tersenyum melihat kelakuan Alifah. Seperginya Alifah, mereka lanjut mengobrol sembari menunggu Alifah kembali lagi.

Sedangkan Alifah sendiri berlari menuju ndalem, walaupun masih banyak santri lainnya, tetapi tidak menutup kemungkinan setan tidak akan muncul. Ya, bisa dibilang Alifah sedikit takut jika harus melihat setan.

Karena larinya yang cukup cepat, jadi Alifah bisa dengan cepat sampai di ndalem. Dengan nafas tersengal-sengal Alifah mengetuk pintu dan mengucapkan salam dengan lirih. Dan tidak lama, sebuah jawaban salam terdengar disusul dengan pintu yang terbuka.

"Alifah, ada apa?" tanya Azgham. Alifah terdiam, padahal dia berharap yang membuka kan pintu adalah Ayana agar dia tidak perlu bertemu atau bertegur sapa dengan Azgham. Tetapi malah pria itu yang membukakan pintu.

"Alifah?" panggil Azgham lagi. Alifah tersadar dan tersenyum canggung kepada Azgham. "Saya mau bertemu Nyai Uma, Gus. Tadi disuruh kesini saat malam," jawab Alifah.

"Baiklah, silahkan masuk." Alifah mengangguk, dia masuk sembari menundukkan kepala. Dan saat masuk dia disambut hangat oleh Ayana dan dibawa duduk bersama disofa. "Akhirnya datang juga, kita berbicara dulu sebentar ya. Agham sini duduk juga nak."

Azgham mengangguk, dia duduk disebelah Abdar. Abdar tersenyum melihat kedua Alifah dan Azgham yang saling menunduk, dia seperti melihat dirinya dan Ayana dulu. "Kita tunggu sebentar ya? Ada yang akan datang sebentar lagi, setelah itu baru kita bicarakan."

"Baik Kiyai Abi," kata Alifah dengan pelan. Ayana jadi gemas sendiri mendengarnya, apa lagi Alifah mengatakan itu sambil menundukkan kepala.

Tidak lama orang yang ditunggu akhirnya datang. Dan dimulai lah obrolan mereka mengenai sesuatu hal.

Di tempat lagi, Kenza dan Hazia berbaring bersama di kasur Alifah. Mereka bercerita sambil menunggu Alifah kembali ke Asrama. "Kira-kira apa yang Nyai Uma bicarakan sama Shena ya?" tanya Kenza.

"Palingan soal masalah Gus Agham sama Alifah. Aku yakin masalah itu sudah sampai ke Nyai Uma, jadi malam ini mau diselesaikan," jawab Hazia dengan santai.

"Bener juga, palingan masalah itu," gumam Kenza.

"Oh iya, Kepala kamu gimana, Zar? Masih pusing kah?" tanya Hazia sembari melihat kearah Kenza yang berada di samping nya. "Udah ngga kok, sekarang mah udah oke oke aja. Tapi ..."

"Tapi kenapa?"

"Pikiran ku sekarang tertuju ke dua nama, ngga tau kenapa." Hazia mengernyit bingung, dia bangkit dari posisi tidur nya dan duduk, di susul oleh Kenza yang juga ikut duduk. "Maksud kamu? Siapa yang kamu pikirin?"

"Gus Abi sama Dani? Ngga tau ini kenapa pikiran ku Ada dua nama ini," lirih Kenza.

"Hah? Kamu deket sama dua cowok, Zara?"

"Enak aja! Sejak kapan Aku deket sama cowok? Aku aja ngga tau kenapa Nama Gus Abi dan Dani ini ada dipikiran aku," sangkal Kenza. Hazia menjadi semakin penasaran, dia penasaran apa yang pernah terjadi pada Kenza. "Kamu pernah kenalan ngga sama yang namanya Dani?"

"Aduh, Aku ngga tau Zia. Aku ngga inget Dani itu siapa," keluh Kenza sembari memijat kepalanya. "Nanti Kamu coba tanya sama Bang Kai, siapa tau Dia kenal sama yang namanya Dani," saran Hazia.

"Iya sih, Nanti Aku tanya deh pas kita pulang kerumah. Oh iya, soal Ustadz Haziq gimana? Kamu beneran ngga mengharapkan dia lagi, kan?" tanya Kenza dengan tatapan serius. Hazia yang mendengar pertanyaan itu menghela nafas panjang. "Iya, Aku beneran ngga mengharapkan Dia lagi. Aku mana mau jadi istri kedua."

"Bagus, yang suka sama Kamu itu banyak, contoh nya Gus Atha."

"Kenapa jadi kedia deh? Mana mungkin Gus Atha mau sama cewek yang minim ilmu ini."

"Ngga usah merendah deh, Zia. Dari tingkah Gus Atha juga udah kelihatan kali kalau dia suka sama Kamu, cuma ya Dia ngejaga jarak sama pandangan, jadi mungkin Kamu ngga sadar."

"Ngawur Kamu, Zar."

"Yee, ngga percaya." Hazia menatap malas Kenza. Tetapi diam diam dia berpikir, apa benar Athala menyukai dia? Jika benar, kenapa bisa seorang Athala menyukai dirinya yang seperti ini.

Hazia hanya berpikir, dirinya adalah seorang wanita yang sedang berusaha hijrah meskipun sulit. Kadang kelakuannya pun sebelas dua belas dengan Kenza dan Alifah. Jadi kemungkinan untuk Athala menyukainya itu kecil sekali. "Zia! Kok malah melamun."

Hazia tersadar dan menoleh ke arah Kenza yang terlihat kesal. "Kenapa?" tanya Hazia bingung.

"Kamu tuh ya, Aku dari tadi ngomong sama Kamu, tapi Kamu malah melamun," jawab Kenza dengan kesal. "Maaf maaf, Kamu ngomong apa tadi?"

"Menurut Kamu, siapa yang bakal menikah duluan? Menurut Kamu aja, ngga boleh jawab ngga tau," kata Kenza mengulangi perkataannya yang tadi.

Hazia berpikir sejenak lalu menjawab, "Kalau dari pengelihatan Aku ya, kayaknya Kamu duluan. Terus Alifah, habis itu baru Aku. Itu kayak nya, tapi lihat aja nanti."

"Loh? Kok Aku, Aku malahan mikir nya Kamu duluan yang nikah. Soalnya Calon Kamu udah ada di depan mata," kata Kenza mengutarakan pendapatnya.

"Lah? Siapa calon ku?"

"Gus Atha." Dengan polos dan lugunya Kenza menyebut nama Athala. Hazia yang mendengar nama Athala langsung menghela nafas panjang, bukan apa, dia tidak mau kembali berharap yang akhirnya malah membuat nya sakit. "Gus Atha mulu, Kamu tuh sama Gus Abi."

"Aamiin, do'ain aja." Hazia mengaminkan, siapa tahu kan, Kenza nanti benar benar nikah dengan Abiyasa.

"Assalamu'alaikum." Hazia dan Kenza menoleh kearah pintu, dimana Alifah masuk dengan wajah pucat dan membuat Hazia dan Kenza khawatir. "Wa'alaikumussalam. Kamu kenapa, Shen? Kok pucat gitu?"

"Nggapapa kok, Aku baik-baik aja. Cuma tadi ketakutan balik kesini nya, gelap," kata Alifah dengan lesu. Hazia dan Kenza menjadi lega, mereka kira Alifah diapakan oleh Azgham. "Tadi gimana? Kamu sama Nyai Uma bicarain soal apa?" tanya Kenza.

"Bicarain soal masalah yang ular mainan itu, tenang aja, semua Aman."

"Alhamdulillah, Kami kira bicarain apa. Yaudah yuk tidur, udah malam banget juga ini," kata Hazia.

"Iya."

Mereka pergi ke tempat tidur masing-masing dan bersiap untuk tidur. Beristirahat setelah hari yang melelahkan ini.

•••••

©.20-08-2023, Palembang.

Perjalanan Hijrah Cinta [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang