CHAPTER 25

425 30 1
                                    

Assalamu'alaikum, jangan lupa VOTE & KOMEN ya? Makasih^^
--
Happy Reading 📖

Alifah duduk di samping Hazia. Dan dihadapannya berdiri Aska dan Aldan. Jujur saja Alifah benci situasi macam ini, Ia tahu semua memang harus diselesaikan, tapi dia belum siap jika harus secepat ini.

"Alifah," panggil Aska. Alifah hanya berdehem kecil sebagai balasan. "Maafkan saya ya? Dulu saya sudah berjanji ingin melamar kamu didepan kedua orang tua kamu, tapi malah mempunyai hubungan dengan wanita lain. Saya harap kamu sudah memaafkan saya," kata Aska.

Alifah mengangguk pelan. "Semua sudah berlalu juga, aku juga sudah ikhlas. Jadi nggapapa, Kak." Aska tersenyum kecil.

"Kalau begitu jangan takut untuk bertemu saya. Dan saya harap kamu bahagia ya."

"Iya kak, aku harap kakak juga bahagia ya. Dan semoga kakak menemukan perempuan yang lebih baik untuk menemani kakak." Aska mengangguk pelan, dan tanpa sengaja matanya tertuju pada tangan Alifah.

"Selamat ya," kata Aska secara tiba-tiba. Alifah bingung, tetapi tidak lama kemudian dia menyadari apa yang dimaksud oleh Aska. "Iya, Kak. Terima kasih."

"Selamat apa sih? Emang nya ada apa?" tanya Hazia yang tidak mengetahui apa-apa. "Kamu masih kecil, ngga perlu tau," jawab Aska.

Hazia menatap Aska dengan kesal, lalu memukul lengan Aska. "Gitu ya sekarang, cukup tau aja." Alifah tertawa saat melihat Hazia yang kesal pada Aska. Membiarkan Hazia dan Aska, Alifah berdiri dan berdiri disamping Aldan.

"Gimana, sudah lega, Dek?" tanya Aldan sembari mengelus kepala Alifah dengan lembut. "Sudah, Mas," jawab Alifah.

Aldan tersenyum lega. Akhirnya semua sudah selesai dan adiknya bisa menempuh masa depan dengan tenang tanpa ada hal yang mengganjal. Sementara itu, disisi lain, Kenza mengintip sembari membawa Thazin.

"Kenapa kita ngumpet, Kak?" tanya Thazin penasaran. Kenza mengisyaratkan untuk diam kepada Thazin lalu menjawab, "Kita lihat situasi disana."

Thazin mengangguk kecil dan kembali melihat kearah Alifah dan Hazia. Cukup lama mereka disana, saat Alifah dan Hazia ingin pergi. Kenza lebih dulu menggendong Thazin dan membawa anak laki-laki itu pergi.

"Ayo kita main, kita main disana ya?" Thazin tersenyum senang. "Iya! Ayo kita main disana, Kak Za."

"Oke, Ayo kita main."

Mereka berhenti di gazebo lain dan Thazin diturunkan dari gendongan Kenza. Dan disini juga mereka mulai bermain, mulai dari menggambar ditanah hingga saling mengejar.

"Hayoloh, mau kemana?" kata Kenza sembari mengejar Thazin yang menghindar darinya dengan penuh tawa. "Ayo kejar Thazin, Kak."

Begitulah perkataan saat main kejar-kejaran. Hingga akhirnya Thazin lelah dan berhenti. "Sudah, Thazin lelah."

Kenza tertawa dan kembali menggendong Thazin, Ia merapikan rambut Thazin yang terlihat berantakan. Suasana diantara mereka hening, hanya terdengar cuitan burung dan hembusan angin. Sampai akhirnya, Thazin menunjuk ke suatu arah dan berkata, "Kak! Kesana saja yuk, Thazin mau ke paman Gam dulu."

Kenza menoleh kearah yang ditunjuk oleh Thazin, dan disana terlihat ketiga gus yang sering mereka sebut dengan Gus Tripel A. "Yaudah ayo kita kesana," kata Kenza sembari berjalan kearah ketiga Gus itu.

Selama perjalanan mendekati ketiga Gus tersebut, didalam pikiran Kenza, Kenza memikirkan sesuatu hal. Yang bahkan pikiran itu membuat nya ragu.

Sementara itu, di tempat lain. Hazia dan Alifah sedang mencari Kenza sembari mengobrol. Setelah pertemuan Alifah dan Aska tadi, Alifah merasa pikiran dan hatinya lebih ringan dari sebelumnya.

"Gimana udah, lega kan? Kalau kamu terus terusan ngga mau dan nunggu kamu berani, kapan semua bakal selesai." Alifah mengangguk setuju. Benar kata Hazia, jika dia terus menunda dan terus menunggu dirinya berani, semuanya akan lebih lama untuk selesai.

Untungnya Hazia memiliki keinginan menolong nya dan mempertemukan dia dengan Aska. Jika tidak, mungkin saja sampai hari itu datang, Alifah tidak akan menyelesaikan semuanya. Ya untung saja semuanya sudah selesai, masalah Kenza, masalah Hazia, dan masalahnya, semua sudah selesai dan sekarang mereka cuma harus fokus pada apa yang ada didepan mereka. Seperti—

"Eh? Gus Atha sama Gus Agham. Mau disamper ngga? Sekalian kita tanya Kenza dimana? Terus ajak Thazin main juga." Alifah melihat kearah depannya, disana terlihat ada Thazin, Azgham, dan Athala. "Boleh, kita samper aja."

Alifah dan Hazia berjalan menuju tiga laki-laki yang berbeda umur tersebut. Dengan sopan keduanya mengucapkan salam dan dibalas oleh ketiganya. "Gus, lihat Kenza ngga?" tanya Alifah langsung.

"Kenza tadi kesana," jawab Azgham. Alifah mengangguk pelan, lalu menatap ke arah Hazia, memberikan isyarat untuk melanjutkan. Untungnya Hazia memahami isyarat tersebut dan berkata, "Gus, boleh ngga kami main sama Thazin? Sekalian kami temui Kenza."

Athala mengangguk pelan, begitu juga dengan Azgham. "Jika Thazin mau, silahkan," kata Athala.

"Thazin mau!" Senyuman langsung muncul di bibir Hazia dan Alifah. Langsung saja Alifah menggendong Thazin. "Kalau begitu kami permisi ya, Gus. Assalamu'alaikum," pamit Hazia.

"Wa'alaikumussalam."

Setelah dibalas salamnya, Hazia dan Alifah langsung berjalan pergi meninggalkan Athala dan Azgham. Keduanya memutuskan untuk menyusul Kenza kearah yang di beritahu oleh Azgham.

•••••

©.15-02-2024, PALEMBANG.

Perjalanan Hijrah Cinta [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang