CHAPTER 21

613 44 3
                                    

Assalamu'alaikum, jangan lupa VOTE & KOMEN ya? Makasih^^
--
Happy Reading 📖

Hari demi hari terus berganti, dan tidak terasa sudah dua tahun mereka berada di pondok. Kini mereka bertiga sudah mulai memakai cadar, dan mulai menjaga sikap mereka.

Tentang Haziq dan Hazia, keduanya sudah benar benar berdamai. Bahkan Hazia sudah mengenal istri Haziq, dan berteman baik dengan perempuan yang hanya berbeda satu tahun lebih tua darinya itu. Hal yang terjadi diantara mereka, akan menjadi pelajaran untuk keduanya.

Sedangkan Kenza, perempuan itu masih dalam proses untuk berdamai dengan masa lalu nya. Setelah ingatan nya kembali, saat Kaizen berkunjung, Kenza menceritakan semuanya dan berakhir dibawa ke rumah sakit.

Syukurnya Kenza baik-baik saja, hanya saja dia terkadang tidak fokus saat diajak bicara. Contohnya saat ini.

"Iya ngga, Za?" tanya Hazia kepada Kenza. Kenza yang tadinya melamun, langsung tersadarkan dan menatap Hazia dengan bingung. "Apa?" tanya Kenza.

Hazia yang mendengar itu menghela nafas lelah, sedangkan Alifah hanya tersenyum kecil saja. "Kamu ngga ngedengerin obrolan kami dari tadi?" tanya Hazia. Kenza dengan jujurnya menggelengkan kepala dan tersenyum lebar.

"Astagfirullah, Apa yang kamu pikirin, Za?" Kenza tidak menjawab, melainkan hanya tersenyum saja.

"Dani lagi?"

"Gus Dani." sela Kenza langsung. Alifah yang menyebut nama Dani tadi hanya tertawa kecil. "Iya iya, maaf. Gus Dani maksudnya. Kamu masih belum ikhlas?"

"Aku ikhlas tapi belum bisa ngelupain, masih nyesek kalau inget pas kecelakaan itu," lirih Kenza. Hazia mendekati Kenza dan merangkul sahabatnya itu, lalu dielus nya punggung Kenza agar tenang. "Kamu ikhlas di mulut, engga dihati," kata Hazia.

"Nggapapa, pelan pelan aja ya, Za. Jangan terburu-buru, coba pelan pelan, pasti bisa. Niatin dari hati kamu, ikhlasin dari hati kamu juga," pesan Alifah. Kenza mengangguk pelan.

"Tapi jujur aja susah buat ngelupain dia. Ada rasa bersalah juga karena Aku sempat lupa sama dia. Ditambah lagi wajah Gus Abi mirip banget sama dia, ya ngga aneh, mereka kembar kan. Tapi itu bikin aku tambah inget sama Kak Dani. Aku inget pas dia sama Aku ngobrol pas nemenin orang tua kami, Aku inget pas dia dateng kerumah, ngomong sama bang Kaizen mau ngelamar aku pas aku sudah sarjana. Semuanya susah buat dilupain." Alifah mengelus pelan lengan Kenza, perkataan Kenza tidak teratur, tetapi Alifah dan Hazia mengerti apa maksud Kenza.

Hazia yang tadinya hanya merangkul, kini beralih memeluk tubuh Kenza. "Iya, Za. Susah banget emang, tapi dicoba ya. Ikhlas itu ngga mudah, tapi dengan ikhlas bisa bikin kamu tenang dan lega," nasihat Hazia.

"Ayo bisa yok, kita ngga bisa bantu kamu ikhlas, karena cuma kamu yang bisa yakinin diri kamu buat ikhlas. Nggapapa ya, Za? Mulai berdamai sama masa lalu, oke?" Kenza mengangguk pelan. "Bakal aku coba," lirih Kenza.

"Good, kalau ada yang ganggu pikiran kamu lagi, langsung cerita aja sama kita," pesan Alifah.

"Iya, tenang aja. Btw kamu sendiri udah berdamai sama masa lalu kamu belum, Shen?" tanya Kenza tiba-tiba. Alifah yang ditanya seperti itu langsung berkata, "Ya udahlah! Wah, ngeraguin aku nih."

"Masa? Itu yang kita bicarain pas kamu melamun tadi, Za. Emang ada orang yang udah berdamai sama masa lalu nya, tapi masih takut berhadapan sama orang dimasa lalu nya?" Kenza yang mendengar perkataan Hazia tertawa seketika. "Bener sih, Kamu belum berdamai itu namanya."

"Mana ada! Aku bukannya takut, tapi males ketemu sama orang nya. Males banget!"

"Kamu ngga bisa bohong sama kita, Shen. Kelihatan banget bohong nya," kata Hazia. Alifah mencibir pelan dan berbaring di atas tempat tidur. "Iya aku emang belum bisa damai sama masa laluku, tapi lagi coba kok. Disini yang belum berdamai cuma aku dan Kenza doang."

"Yaiyalah, Aku dah aman." Kenza dan Alifah mencibir pelan.

"Besok bang Kaizen mau dateng, kemungkinan besar abang abang kalian juga dateng."

"Ngga yakin sih aku, Abang, Mas, sama Aa' jarang banget jenguk, bisa dihitung pakai jari. Udah lupa mungkin sama adek nya," sungut Alifah sembari menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya. "Sama sih, Soalnya Abang-abangku itu ada kerjaan," kata Hazia sembari kembali ke kasur nya dan berbaring.

"Tapi besok kalian ikut aja, siapa tau mereka juga datang."

"Iya, kalau ngga males," timpal Aliran dan memiringkan badan menghadap dinding.

• • •

Keesokan harinya, seperti yang Kenza katakan, hari ini dia akan menemui Kaizen yang datang untuk melihat nya. Hazia dan Alifah juga ikut, walaupun harus dipaksa dulu agar Alifah bisa ikut.

"Shen, gimana suaramu? Udah balik belum?" tanya Kenza.

"Belum," jawab Alifah dengan suara yang serak dan kecil. Entah apa penyebab nya, suara Alifah mendadak menjadi serak dan hampir hilang sejak tadi pagi. "Nanti minum air hangat lagi, Shen. Bisa-bisanya suaramu hilang kayak gini." Shena hanya mengangguk saat diberitahu Hazia.

"Nah kan! Itu tuh lihat, ada abang abang kalian," seru Kenza. Alifah dan Hazia yang mendengar itu melihat kearah yang dilihat oleh Kenza, dan benar saja, ada saudara mereka disana. "Tumben," bisik Alifah pelan sekali.

Ketiganya berjalan menghampiri saudara-saudara mereka. "Abang!" teriak Kenza yang mengalihkan perhatian para laki-laki disana. "Adek nya abang yang ngeselin, kangen abang tuh," kata Kaizen lalu memeluk Kenza dengan erat.

Liam juga memeluk erat Hazia, begitu pula dengan Aldan yang memeluk Alifah. "Kangen banget, gimana kabar nya dek?" tanya Aldan dengan tatapan lembut. Alifah menatap Aldan lalu beralih menatap Aksan dan Khalid, saat itu juga dia merasa ada yang berbeda, Saudara tertua nya menatap nya dengan dingin, begitu juga dengan Saudara tertua Hazia, Aksa menatap Hazia dengan tatapan yang dingin juga.

"Dek?" Alifah tersenyum kearah Aldan dan saat ingin menjawab, panggilan seseorang menginterupsi. "Nak Alifah, sini sayang, Umi mau berbicara di dalam sebentar," Alifah menoleh dan mengangguk.

Sebelum pergi mengikuti ibu dari Azgham itu, Alifah melambaikan tangan kepada Aldan terlebih dahulu lalu masuk kedalam. Sementara Kenza melepas rindu dengan Kaizen, dan Hazia dengan Liam. Alifah duduk didalam bersama Ayana.

"Jadi begini Sayang, pondok kita akan mengadakan sebuah acara, dan Saudara kamu, Hazia, juga Kenza ikut mengurus acara ini. Kebetulan masih ada yang kurang, butuh seseorang vocal dan mengaji, Kira-kira Alifah bisa tidak mengambil salah satu nya?" tanya Ayana dengan lembut.

Alifah yang ditanya seperti itu terdiam seketika, kenapa tawaran ini datang disaat suaranya hilang seperti ini? Kenapa harus sekarang. Alifah menghela nafas sebentar lalu berkata, "Maaf Umi, Alifah tidak bisa."

•••••

©.21-11-2023, Palembang.

Perjalanan Hijrah Cinta [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang