CHAPTER 02

1K 54 4
                                    

Assalamu'alaikum, jangan lupa VOTE & KOMEN ya? Makasih^^
--
Happy Reading 📖



Setelah pengajian di Masjid Zakariya, mereka bertiga mulai sering bertukar pesan, bahkan membuat grup chat. Orang tua dari ketiganya sangat senang karena pada akhirnya mereka hijrah juga, bahkan para Kakak juga ikut senang mendengar hal itu.

Hingga kedua Kakak Alifah yang berada di Mesir menghubungi Alifah untuk memastikan apakah benar adiknya mulai memperbaiki dirinya kembali.

"Jadi bener nya, dek?" tanya Aksan.

"Enya, bener A'," jawab Alifah.

"Alhamdulillah, terus istiqomah, jangan mundur ditengah jalan," nasihat Aldan.

"Enya, Mas. Omong-omong ini Mas sama Aa' lupa rumah atau gimana? Ngga ada niatan pulang gitu? Kalian udah lulus dua tahun yang lalu loh!" Aksan dan Aldan meringis diseberang sana, karena Alifah akan mengomeli mereka.

"Jangan ngomel atuh adek geulis, besok lusa Aa' sama Mas pulang kok. Kita disini juga mau menambah ilmu lebih banyak lagi," jelas Aldan dan diangguki oleh Aksan. "Tenang aja, kami janji lusa nanti pulang," sambung Aksan.

"Ngga pulang traktir satu minggu full ya?" ancam Alifah.

"Iya ditraktir satu minggu full. Oh iya, Mas punya nasihat, Adek kalau keluar jangan sendiri lagi. Jangan kamu kira Mas ngga tau ya, kamu sering kabur terus pergi sendiri." Alifah menyengir saja saat mendengar perkataan Aldan. "Perempuan itu ngga baik jalan sendiri, kalau mau pergi ajak Abang Khaliq atau ajak Abah, ngerti?" Aksan ikut menasihati adiknya.

"Heem, Adek ngerti kok. Tapi kan ngga ada larangan perempuan keluar sendirian."

"Iya, ngga ada larangan. Asal keluarnya itu karena ada keperluan tertentu, dan izin sama orang tua. Emang Adek izin? Emang ada keperluan? Kan Adek cuma main tuh."

"Aa' mah! Yaudah nanti Adek izin deh. Oh iya! Jangan lupa beliin oleh-oleh ya?"

"Siap, kanjeng putri."

Dirumah Hazia, dia sedang makan bersama dengan keluarganya. Suasana dirumah Hazia cukup 'ramai' karena kedua kakaknya yang sedang ribut. Hazia mencoba untuk tetap tenang dan merendam emosi nya.

Tak!

"Bang Liam sama Bang Aska bisa diem ngga? Ini meja makan loh, ngga baik ribut kayak gitu," sinis Hazia. Sendok yang dipegang, dia letakkan dengan sedikit keras. Azza menghela nafas lalu mengisyaratkan kepada kedua putranya untuk lebih tenang. "Tumben ngga langsung ngelempar barang," celetuk Liam yang langsung ditatap tajam oleh Hazia.

Hasya menepuk tangan putranya itu, mengisyaratkan untuk diam. "Adek sudah mulai hijrah Bang. Abang ngga denger kah beberapa hari ini ada suara orang ngaji di kamarnya Adek," jelas Azza kepada kedua putranya.

"Loh jadi bener dong? Kaizen cerita sama Abang, kalau Zara hijrah dan Zia juga hijrah. Abang awalnya ngga percaya Zia hijrah, tapi setelah lihat ini, Abang percaya," kata Liam.

Hazia menatap Liam dengan tatapan tajam. "Kalau mau dipukul pakai sapu bilang, ngga usah kayak gitu," sarkas Hazia. Liam mendadak menjadi ciut dan meminta maaf kepada adik bungsu nya itu.

"Oh iya, Dek. Kata Adek pas di pengajian itu ada Shena kan? Dia sama siapa? Sendirian?" tanya Azza membuat Aska menatap kearah Hazia. "Ada Shena?"

"Iya ada, Shena sendirian Bunda. Kayak ngga tau Shena aja, dia mah selalu mau pergi sendiri," jawab Hazia. "Iya, sama kayak kamu. Untung Kaizen nawarin bareng," celetuk Liam yang dihadiahi tatapan sinis dari Hasil.

"Buka mulut sekali lagi, ku masukin cabe satu bakul," ancam Hazia.

"Sadis banget."

"Biarin."

Dirumah Kenza, gadis itu sedang bercerita bersama keluarga nya. Dia menceritakan banyak hal tentang pengajian beberapa hari yang lalu. Cerita yang terus diulang, tapi tetap ditanggapi dengan semangat oleh kedua orang tuanya dan Kakaknya.

"Bunda tuh seneng kalau Adek gini, seenggaknya Adek ngga sebar-bar sebelumnya," ucap Arumi dengan mengelus kepala putrinya. Fathan mengangguk setuju dengan perkataan istrinya. "Ya walaupun kamu masih suka jatuhin barang, tapi nggapapa, bagi Ayah, ini sudah lebih dari cukup. Kamu mau memperbaiki diri kamu itu udah luar bisa," kata Fathan.

"Aku juga seneng karena bisa jadi lebih baik lagi sekarang, kalau kemarin aku ngga ikut Zia ke pengajian, mungkin aku ngga bakal hijrah sekarang," ucap Kenza dengan senyuman yang lebar. "Abang juga seneng. Alhamdulillah akhirnya kamu bisa sadar juga. Kamu harus kuat hati, jangan sampai berhenti di tengah-tengah," pesan Kaizen.

Kenza mengangguk, dia menerima pesan dari Kaizen. "Iya bang, do'ain aja semoga aku kuat iman," kata Kenza dan di aamiin kan oleh keluarganya.

"Semoga aja jodohku cepat datang, jadi dia bisa nemenin aku hijrah," celetuk Kenza yang membuat ketiga orang yang lebih tua darinya terkejut. "Astagfirullah, Zara!"

"Eh.. Hehe, just kidding."

"Kalau beneran juga nggapapa, sekalian jodoh untuk Zia dan Shena juga, supaya bisa jaga mereka."

•••••

©.12-03-2023, Palembang.

Perjalanan Hijrah Cinta [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang