two

2.7K 264 2
                                    


11 tahun yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

11 tahun yang lalu...

Kehidupan SMA Leo dan teman temannya sebentar lagi akan berakhir. Itu tandanya dia akan segera lepas dari seragam putih abu abu ini dan mulai menjalani kehidupan sebagai mahasiswa, dimana orang orang akan berhenti memandangnya anak kecil bau kencur atau anak baru gede oh juga stop dipandang baru puber karena nyatanya dia sudah mengalami puberitas sejak 4 tahun lalu.

Karena hari ini ruang musik SMA nya sedang diinvasi oleh adik kelasnya dan dia sama sekali tidak berniat untuk bersikap senioritas hanya untuk mendekam disana sendirian, Leo memilih perpustakaan menjadi basecamp nya hari ini.

Perpustakaan hari itu tidak seramai biasanya, beberapa meja hanya diisi oleh beberapa anak anak olimpiade yang didepannya berjejer berbagai buku tebal dengan satu dua laptop terbuka di depan mereka. Satu meja besar itu seperti menjadi teritorial setiap satu anak olimpiade.

Sebenarnya mereka tidak sedang menandai teritorial mereka, hanya saja kelihatannya seperti itu kalau dari sudut pandang siswa biasa seperti Leo atau yang lainnya.

Tak berniat mengganggu mereka, Leo berjalan ke sudut BI-salah satu sudut rak penuh buku yang dihibahkan oleh BI. Alisnya terangkat ketika melihat kumpulan buku buku tahunan sekolah angkatan angkatan sebelumnya yang berjejer rapih di rak kedua.

"Sejak kapan bts kayak gini dijajarin disini? Biasanya ditumpuk di dekat ruang audiovisual" gumam Leo mengambil 3 buku angkatan berbeda lalu duduk di karpet bersandar pada rak tersebut.

Yang bikin Leo tertarik melihat buku buku tahunan bukanlah siapa yang ada di dalam sana melainkan karena ingin tau konsep pemotretan dan layout seperti apa yang mereka gunakan. Ya sekaligus cari inspirasi buat konsep pemotretan yearbook kelasnya nanti. Siapa tau kan ada ide menarik muncul.

Namun, semakin ia membalikkan kertas semakin memelan pula gerakan tangannya. Hingga gerakan tangan itu akhirnya terhenti saat matanya mendapati foto seseorang yang ia kenali beberapa tahun silam.

Kiara Soetanto.

Nama itu membuatnya tak melanjutkan kegiatannya. Foto gadis itu menghapus rasa penasaran Leo pada halaman halaman dan buku buku selanjutnya. Karena ia lebih tertarik pada kolom profil gadis tersebut dan foto foto gadis itu dalam balutan dress putih casual yang terlihat begitu cantik padanya.

"Namanya Kiara ternyata...." gumam Leo.

Di foto tahunan itu, Kiara tak tersenyum tapi Leo memandangi fotonya penuh dengan senyum. Oh, gladly sudut BI sedang tidak penuh sehingga Leo tak perlu berusaha keras untuk menahan senyumnya.

Iris Leo beralih pada kolom biodata gadis itu, membaca dengan seksama setiap informasi singkat yang ia dapatkan. Lalu melafalkannya lagi di dalam otak membiarkan setiap kata terpahat jelas di otaknya sehingga tak akan ia lupakan.

The Fear of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang