Fourty Seven

1.7K 173 144
                                    

part kali ini panjang dan pembahasannya agak berat, tapi masih bisa kita cerna sama sama kok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

part kali ini panjang dan pembahasannya agak berat, tapi masih bisa kita cerna sama sama kok. dan part kali ini juga spesial buat aku, selama menulis ini aku jadi tau banyak hal hal baru. Semoga selama baca part ini, kalian merasakan yang sama seperti  yang aku rasakan ya. 

Maaf, updatenya tengah malam begini. Semoga kalian suka ya. 
Oh ya? aku minta 50+ komen untuk 6.1k words ya!
terima kasih semua, happy reading!

________________

Kiara menggerutu sembari melihat ponselnya. Ia berdecak kesal ketika matanya tak kunjung menemukan sosok Leo dan Andy yang katanya mau menjemputnya. Padahal rasa lelah bercampur jet lag setelah penerbangan berjam jam sudah mendominasi tubuhnya, membuat ia mulai sulit mengontrol emosi juga raut wajahnya. Eh, malah diperparah karena orang yang berjanji mau menjemputnya malam ini malah hilang ditelan bumi, alias tidak bisa dihubungi sama sekali.

Sebenarnya bukan masalah yang besar kok, Kiara bisa saja pakai taksi bandara atau pesan gocar kan untuk pulang. Hanya saja, dia harus memastikan lebih dulu kalau Leo dan anaknya itu benar benar ada di segerombolan orang yang berlalu lalang di bandara, jadi menghindari miskomunikasi. Toh, itu juga bentuk Kiara menghargai usaha dua orang yang dari hari ke hari makin dekat, kan?

"Dimana sih dia? gak biasanya gak angkat telpon gini" sungut Kiara.

"Loh? Belum balik, Bu?" Oji, salah satu legal corporate yang ikut dengan Kiara untuk pelatihan legal team AtlasBank di Medan tiba tiba muncul disampingnya dengan satu troli yang penuh dengan koper kopernya.

"Belum, masih nunggu jemputan, Ji"

"Beneran bakal dijemput, Bu? Kalau gak, balik sama saya dan Rara"

"Gak perlu, Ji. Mungkin lagi di toilet" jelas Kiara.

Oji dan Rara pun hanya bisa mengangguk kemudian pamit untuk pulang lebih dulu. Selepas kedua staff nya pergi, Kiara kembali mencoba menghubungi Leo yang hasilnya pun tetap sama, alias tidak diangkat sama sekali. Terhubung, iya terhubung, ada nada panggil yang masuk tapi tak lama kemudian akan dibalas operator bahwa yang ditelpon sedang sibuk.

Karena sudah terlalu lelah dan tak ingin menunggu lebih lama, Kiara pun memutuskan naik taksi untuk pulang. Saking lelah dan kesalnya, dia tak lagi punya tenaga walau hanya untuk sekadar menunggu ojek mobil.

_________________

Dua alis Kiara sontak terangkat saat memasuki rumah dalam keadaan gelap gulita. Tak ada suara kartun yang menggema ke seisi rumah, tak ada juga suara petikan gitar Leo dari pinggir kolam. Benar benar gelap, hanya lampu teras belakang juga teras depan yang menyala, sehingga Kiara melangkahkan kaki juga menggeret kopernya dengan pelan pelan.

The Fear of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang