Fifteen

1.6K 191 39
                                    

Telepon dari New York tadi berhasil membuat pikiran Leo semakin semrawut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Telepon dari New York tadi berhasil membuat pikiran Leo semakin semrawut. Selama meeting, pikirannya tak bersatu dengan tubuhnya duduk fokus disana, melainkan terbang ke New York mencoba mengingat tempat tempat yang pernah ia kunjungi. Kegelisahan mengelilinginya, membuatnya sedikit sensitif pada lingkungan sekitar.

"Siang Mas" suara Raline memasuki gendang telinga Leo.

"Kenapa Ra? Kalau gak penting, jangan ganggu gue deh" sungut Leo tanpa mengangkat matanya dari spreadsheet di depannya.

Raline merengut, tapi bukannya menyerah ia malah maju ke depan meja Leo kemudian berputar sedikit dan mengibaskan rambutnya. "Tebak apa yang baru dari gue, mas?"

"Serius deh, Ra. Kalau gak penting mending lo balik ke kubikel elo" usir Leo.

"Tebak dulu, baru gue balik mas"

Leo mendengkus, demi ketentraman kantor ia memutuskan untuk menegapkan duduknya dan menatap Raline yang duduk di depannya dengan senyun paling lebar benar benar kelihatan tidak peduli akan respon judes yang ia terima dari Leo.

"Apa?"

"Tebak"

"Baju"

Raline menggeleng "ini blouse gue udah sejak dua bulan yang lalu kali, Mas"

Ya mana gue tau.

"Rambut?"

"Hm, dipangkas 5cm sih, tapi bukan itu"

"Rok kali" jawab Leo asal, sama sekali tidak tertarik akan permainan tebak tebakkan ini.

"Bukan, coba lagi"

Nyerah aja boleh ga sih? Bahkan sebelum mulai gue udah pengen nyerah.

"Jam tangan" jawabnya lebih asal karena sebenarnya ia tau jam yang melingkar di pergelangan tangan Raline sudah ia miliki selama ia kerja disini.

"Salah, ih Mas masa gak tau jam ini" keluh Raline.

"Raline, gue gak punya wak—"

"Jawabannya parfum!" Seru Raline antusias, "gue baru ganti parfum tau mas" sambungnya.

For the love of God, tolong beri Leo kesabaran. Bagaimana dia bisa menebak Raline baru saja ganti parfum kalau apa yang dia ganti pun sama sekali tak tampak di wujud tubuhnya.

"Gimana gue bisa tau itu coba" protes Leo mulai kembali sibuk dengan pekerjaannya.

"Ya makanya Mas gue dong, tanya tanya gitu, jangan cuman gue yang tau semuanya tentang elo, Mas"

Astaga.

"Lo tuh gak ada kerja apa gimana sih jam segini malah main main?" tegur Leo memutuskan untuk mengabaikan keluhan Raline. Karena sejak dulupun Leo sudah jujur pada Raline kalau ia tak mampu membalas perasaan Raline, apalagi semua yang Raline berikan padanya. Tapi sayangnya, bukan Raline namanya kalau ia tak juga mundur.

The Fear of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang