Thirty Two

1.3K 170 188
                                    

makasih loh udah ngasih 50 komen secepat kemarin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

makasih loh udah ngasih 50 komen secepat kemarin. Huhuhu aku seneng, kali ini boleh 50 komen lagi ya? biar besok aku update lagi (disogoknya pakai 50+ komen wkwkwk)
happy reading semua, wuf yuuu all!

________________

Leo tak lagi peduli dengan tatapan penuh tanya serta bisikan bisikan aneh yang ia dapatkan di rumah sakit. Ia panik dan ia tak punya waktu hanya untuk mengganti pakaiannya. Persetan dengan semuanya, mereka harus coba di posisi Leo sekarang.

Pukul 11 malam, detik detik menuju tengah malam, tubuh Pria itu masih mondar mandir di depan ruangan. Jari telunjuknya yang terus menerus ia gigiti menjadi korban akan rasa cemasnya. Rasa panik, membuatnya lupa akan banyak hal.

Dokter serta seorang suster, keluar dari ruangan tersebut. Kontan membuat Leo segera menoleh kepada mereka.

"Bagaimana, Dok?"

"Maaf, anda ini siapanya dia ya?"

"Saya—saya teman dia"

Dokter itu mengangguk sekilas, "tampaknya teman anda mengalami stress berat, berat badannya jauh dari yang seharusnya untuk wanita setinggi dia. Tapi syukurlah, luka di kepalanya tak cukup dalam tak menyebabkan gegar otak sama sekali. Namun, harus dimaklumi kalau dia pusing cukup lama ya"

Deru nafas Leo yang tadinya memburu pun berangsur perlahan.

"Sepertinya, teman anda itu sering minum ya?"

Leo tertegun, "i—iya Dok"

"Tapi sebuah keajaiban buat dia, bayi selamat di dalam sana"

Kaki Leo tiba tiba terasa lemas, sehingga ia perlu mendekat ke arah dinding dan menumpu beban dengan menyandarkan tangan disana. "Ba—bayi?"

"Iya"

"Dia hamil?"

"Iya, saya sudah minta salah satu dokter obgyn untuk cek kondisi dia pagi ini"

"Dia harus cukup istirahat dan tetap dalam pantauan. Kira kira suaminya dimana ya?"

"Suaminya—suaminya" ini sangat bukan Leo, ia seperti kehilangan kemampuan berpikir dan berbicarnya di depan dokter tersebut.

"Suaminya ada di luar negeri, Dok"

"Tolong diberi tahukan soal kondisi Istrinya ya, teman anda jelas membutuhkan suaminya sekarang"

"Dan tolong hindarkan dia dari minuman keras juga obat obatan berlebihan" pesan Dokter tersebut.

"Baik, Dok. Terima kasih..."

Dokter UGD tersebut pun pamit melengos pergi. Sedangkan suster yang tadi berdiri di belakang Dokter itu memberi taunya untuk mengurus administrasi dan menebus obat untuk Wanita tersebut.

The Fear of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang