four

1.9K 244 8
                                    


Tahun sekarang, seminggu sebelum permintaan Leo ke Danise

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tahun sekarang, seminggu sebelum permintaan Leo ke Danise...

Leo mengendurkan kancing kemejanya, menyandarkan seluruh punggung pada sandaran kursi, lalu mengacak acak rambutnya. Dia baru saja menghadiri rapat atasan dengan kepala cabang dan kepala departemen yang lain. Tidak seperti rapat bulanan sebelum sebelumnya, rapat kali ini sedikit memakan energi karena Leo lebih banyak berbicara-lebih tepatnya ikut balas membalas argumen-mungkin karena Pak Rowan, kepala cabang Jakarta sekaligus bosnya memutuskan untuk menaikkan target tahunan dan bulanan sedikit lebih tinggi yang bagi dia agak mustahil.

Oh, siapa yang bisa mendapat angka 5T saat 2022 tersisa 6 bulan lagi? Hello? 5T itu mau cari dimana? Open BO tiap hari pun sepertinya tidak akan sampai target. Karena pandemi tahun lalu, capai 2T saja agak ngos ngosan, apalagi langsung dinaikkan samapi 5T saat perusahaan perusahaan lain masih proses adjust pasca-pandemi.

Bosnya gila! Leo Stress!

Mata Pria itu melirik pada ponsel tipisnya yang berdering di depan. Nama Danise, kakak sulungnya sekaligus kakak satu satunya muncul di layar. Sebelum menerima panggilan tersebut, Leo melihat sekilas pada jam bulat yang menggantung di dinding ruangannya.

jam makan siang.

"Yo, I ne-"

"gak" potong Leo langsung saat ponsel itu sudah menempel di daun telinganya.

"ayolah, gue sama Sandra beneran gak bisa nih"

"you know, Bang? I love him, but no, big fucking no" tegas Leo menegapkan duduknya.

Terdengar helaan nafas Danise di seberang sana, "yakin ini yang terakhir, setelah ini gue bakal mempercepat cari supir baru buat Yudha"

"beneran ya?"

"iya, beneran. Kalau perlu lo yang pilih supirnya"

"ck, malah memperep-"

"gue yang pilih supirnya, lo gak perlu jemput jemput Yudha lagi nanti"

"ok, gue otw jemput dia"

"thank you, brother" setelah Danise mengatakan itu, sambungan telepon mereka pun terputus. Leo dengan cepat bergerak membuka laci untuk mengambil kunci mobil dan dompetnya.

Pintu ruangan Leo diketuk, sebelum Leo bersuara mempersilakan masuk, orang tersebut sudah masuk lebih dulu dan berdiri di depan Leo.

"Kenapa, Ra?" Tanya Leo mendongak dari komputernya.

Raline, salah satu junior Leo saat Leo mengambil S2 di Australia dulu. Kalau ditanya Raline bagaimana? Leo akan mengucapkan satu kata yaitu sunshine, dia cerah seperti matahari, selalu tersenyum lebar dengan bibir yang dipoles lipstik pink muda dengan rambut ombre dark brown-gold brown yang menggantung diatas bahunya. Dia salah satu karyawan HRD yang baru menempuh tahun pertama disini dan baru saja mendapat tawaran menjadi karyawan tetap dua bulan lalu.

The Fear of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang