twenny two

2.2K 176 94
                                    

this chapter is dedicated to all LeoKiara enjoyers and all the english spice-smut novel writers I've ever read

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

this chapter is dedicated to
all LeoKiara enjoyers and all the english spice-smut novel writers I've ever read. 

disclaimer : chapter ini penuh sama adegan dewasa, harsh and dirty (I mean DIRTY dirty) words, dan untuk menyensor sedikit jadi dialognya pakai bahasa inggris. Kalau kalian kurang nyaman dengan diksinya, part ini bisa dilewati. 

__________________ 


Kiara masuk ke kamar terlebih dahulu sementara Leo melengos pergi mengantar Andy ke kamarnya, sekaligus mengganti pakaian Andy. Wanita itu mendudukkan dirinya diujung ranjang, setelah satu kali hembusan panjang tangannya terangkat menarik penjepit dirambutnya, membuat sanggulannya jatuh sempurna menutupi punggungnya.

Ia tersenyum kecil mengingat malam ini berhasil ia lewati dengan perasaan yang lebih baik. Dari permbincangan kedua orangtuanya dengan Leo, dia yang berhasil mendapatkan kesempatan duet dengan Ari Lasso, sampai hal hal yang tak pernah Kiara bayangkan Kiara dapatkan dari Leo. Ternyata benar ya, rasa lelah itu bisa tertutupi dengan rasa senang yang membuncah.

Saat hendak menunduk untuk membuka kaitan tali di tumitnya, suara Leo muncul disusul dengan tubuhnya yang tiba tiba berlutut di depan Kiara "biar aku aja, Kiy" pintanya.

Tanpa menolak sama sekali, Kiara kembali menegapkan posisinya dan membiarkan Leo melakukan apa yang ia tawarkan.

Leo mendekati Kiara, mengecup sekilas puncak kepala Kiara kemudian berlutut di depan Kiara dengan satu kaki yang menjadi tumpuan beban tubuhnya.

"Andy gimana?" Tanya Kiara memandangi tangan Leo yang begitu sibuk melonggarkan tali heels nya.

"Aman, udah ganti bajunya"

"Sekarang tinggal ngurusin mamanya" sambung Leo mendongak menyunggingkan senyumnya pada Kiara kemudian kembali menunduk.

Setelah satu heels berhasil terlepas, kini Leo menarik kaki kiri Kiara untuk melepaskan heels tinggi yang masih melekat sempurna disana. Hingga akhirnya dua heels putih itu terlepas sempurna dan tergeletak begitu saja disamping tubuh Leo.

Mata Kiara menutup merasakan telapak kakinya yang dipijit pelan oleh Leo. Dari mata kakinya, turun ke tumitnya, hingga ke setiap jari jari kaki Kiara yang terpoles indah dengan cat kuku berwarna merah tua. Pijatan Leo terasa begitu nyaman bagi Kiara, pijatannya tak keras tak menyakiti tapi tak juga terlalu lembut sehingga tak berasa. Leo seperti begitu pandai dan hafal titik mana saja yang bisa membuat kaki Kiara beristirahat setelah berjam jam berdiri diatas heels tinggi.

"kalau tau bakal sakit, bakal bikin capek gini, kamu lebih baik gak usah pakai heels, Ki"

Kiara yang menunduk memerhatikan Leo yang tampak begitu fokus memijit kakinya pun membalas "beauty is pain, Leo"

The Fear of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang