10. Mulai mengancam

9.7K 1.1K 19
                                    

Kirain ga sampe 20 vote, ternyata nyampe ya. Ngebut ini ngetiknya. Nanti aku update lagi kalau udah 30 vote di bab ini ya. Ayo vote bab selanjutnya aku kasih cerita my baby boy. Kalian bakal tau hubungan para tokoh yang sempat aku ceritain setengah di beberapa part sebelumnya.

Happy reading

Parkiran yang sebelumnya ramai itu mendadak berubah menjadi sunyi. Siswa maupun siswi diam, masih syok atas kejadian ini.

Vellyn yang pertama kali sadar, dirinya lantas berkata dengan ketus.

"Bisa lepasin? Gue risih tau ga?!"

"Ga!!" 2 pemuda itu menjawab hampir bersamaan.

"Pokoknya Lo harus tanggung jawab sama gue!!" Erland berkata dengan meledak-ledak.

Vellyn memutar bola matanya malas, "emang gue ngehamilin elo?"

Perasaan aku ga berbuat apa-apa, paling tadi cuma nyengkram dagunya. Kenapa dia minta tanggung jawab?  gadis itu heran.

Siswa yang sedari tadi melihat kejadian itu terlihat menahan tawa. Ingin tertawa terbahak-bahak namun ancamannya akan di keluarkan sekolah.

Axel menyunggingkan senyum sinis seolah mengejek pemuda disamping kiri Vellyn itu.

"Ehem, Lyn. Ada yang mau saya bicarakan sama kamu, penting!" ketua OSIS itu berbicara dengan berwibawa. Seolah-olah kejadian sebelumnya tidak pernah terjadi.

"Ga, gue mau pulang."

"Adinu, sini!" teriaknya sambil melambaikan tangan ke pemuda di seberang sana. Tangan kedua lelaki itu turut bergerak karena masih memegangi tangan Vellyn.

Saat melihat siluet adiknya, Adinugraha. Vellyn segera memanggilnya. Dirinya semakin malas menanggapi mereka. Apalagi murid-murid yang mengerumuninya semakin banyak.

Adinu menoleh pada orang yang memanggilnya. Kemudian berjalan menghampiri orang tersebut yang ternyata kakaknya.

"Gue bareng sama Lo ya?!" Vellyn berkata dengan sedikit menekan ucapannya. Memaksa Adinu untuk menyetujuinya.

Sedangkan yang dipaksa itu mengangguk. Vellyn menyentak kuat tangannya, menghempaskan tangan Erland dan Axel yang bertengger pada kedua tangannya.

Vellyn berjalan mengikuti langkah Adinu yang berada di depannya. Kini keduanya sudah berada di mobil sport berwana putih.

Mobil itu melewati kerumunan siswa yang masih menyaksikan kejadian langka tersebut.

Beberapa siswa berbisik heran, menduga-duga apa hubungan putra bungsu keluarga Avstroa itu dengan murid yang dirundung Erland?

Erland serta Axel sempat berpandangan sengit sebelum sama-sama meninggalkan parkiran itu.

"Ren, balik!" si pemilik nama mengikuti langkah Axel dengan sedikit berlari-lari kecil.

Kini hanya tinggal Clevian yang belum beranjak sama sekali. Dirinya masih diam menatap motornya sebelum beralih ke sepatunya.

Bibirnya melengkung, Mata itu memerah dan terlihat mengembun sebelum setitik air mata jatuh.

"Katanya tadi pulang bareng.. gara-gara mereka kak Lyn pulang dulu hik," isaknya kesal.

***

Selama di mobil, mereka berdua hanya diam. Tak ada percakapan sama sekali.

Yang satu malu memulai percakapan. Satunya lagi malas berbicara.

Sebenarnya bukan tanpa alasan tadi Vellyn memanggil adiknya. Meskipun keduanya tidak pernah berinteraksi, namun tidak bisa dikatakan hubungan mereka buruk.

Menurut ingatan Vellyn, Adinu tidak pernah mengganggu atau menyiksanya. Namun saat Vellyn disiksa dia hanya diam tidak menanggapi.

Pribadinya bisa dikatakan cukup tertutup dan tidak mudah didekati bahkan dengan keluarga kandungnya sendiri.

Mobil putih itu telah tiba di rumah berlantai dua. Vellyn melihat pria berusia 38 tahun itu berdiri di depan mobil miliknya dengan raut marah.

Plakk. Tamparan itu mengenai pipi Vellyn yang baru saja keluar dari mobil.

"Berani-beraninya kamu naik mobil sama anak saya?!"

Tidak Erland, Ivander, maupun ayahnya suka sekali berucap dengan meledak-ledak.

"Kenapa tidak? Adinu aja menyetujui, kok situ yang sewot," ucap Vellyn sinis.

Xevano terlihat semakin murka. Kalau saja ini dunia komik, akan terlihat ada asap yang muncul di kepala serta hidungnya.

"Cih, sudahlah. Cepat kau bersihkan rumah ini seperti biasanya!" perintahnya dengan arogan.

"Anda pikir saya budak? Yang disuruh seenaknya tanpa diberi imbalan? Bukannya dulu keluarga ini yang mengangkat saya karena ingin anak perempuan. Kenapa sekarang tidak diperlakukan dengan baik?--"

"--terima kasih banyak karena sudah merawat saya, memberikan tempat tinggal juga membiayai sekolah saya. Jasa anda memang besar tapi siksaan yang anda berikan pada saya juga lebih besar--"

"--mungkin saya dapat melaporkan anda ke polisi dan anda akan di penjara atas tindakan kekerasan dalam rumah tangga."

Vellyn sedikit menggelengkan kepalanya, "aah, tidak. Hukum pun bisa dibeli dengan uang. Lebih baik saya viralkan dan anda akan mendapatkan sanksi sosial. Masyarakat mungkin dapat menilai siapa yang bersalah. Bukankah itu menarik?"

Menarik salah satu sudut bibirnya, Vellyn menatap ayahnya yang hanya diam tak bergeming. Mulutnya tertutup rapat tidak dapat membalas.

Vellyn melangkahkan kakinya menjauhi Xevano dan Ivander yang sejak tadi terdiam di ambang pintu.

Published: 05-03-2023

Vellyn Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang