24. Kematian Lisandra

5.4K 641 32
                                    

160 / 155 vote aku update chapter selanjutnya. Komen jangan lupa, itung² nyenengin akuu. Catatan dari aku ada dibawahhh.

Happy reading

Suara lemparan barang itu menggema dari salah satu kamar. Teriakan dua orang yang berbeda kelamin saling bersautan.

Itu Xevano dan Lisandra.

Sepasang suami istri itu bertengkar hebat. Ini terjadi pertama kalinya.

"Mas, udah berkali-kali aku bilang jangan main sama perempuan di luar. Aku takut kamu terkena penyakit.."

Lisandra jatuh terduduk, tangannya menutupi wajahnya yang berderai air mata, ia terisak hebat.

"Halahh, makanya kamu kalau diajak jangan nolak. Main cuma sebentar aja udah capek cih!!"

Xevano menunjuk-nunjuk Lisandra yang sedang menangis. Dia kesal karena tubuh Lisandra sangat lemah.

Xevano sebenarnya sangat mencintai istrinya, Lisandra. Namun dia lebih memilih kenikmatan duniawi yang tidak didapatkannya di rumah. Otaknya sudah penuh dengan selangkangan orang di luar sana.

Lisandra juga menyesal tidak dapat memenuhi kebutuhan batin Xevano. 2 tahun terakhir kondisi tubuhnya menurun, dia sering sakit-sakitan. Ia sudah sering mengecek ke dokter apa yang sedang dialaminya, namun jawaban mereka tetap sama, Lisandra hanya kecapekan.

Lisandra bangkit, dia beranjak dari duduknya menuju ke ruang makan, tak ingin melanjutkan perdebatan ini karena dia tahu Xevano tidak akan mengalah.

Ia lelah sejujurnya dengan kelakuan Xevano. Namun karena dia masih sangat cinta, Lisandra rela terus diselingkuhi dengan wanita bahkan laki-laki di luar sana.

Hati Lisandra terlalu lembut, terlalu mudah melupakan kesalahan orang dan memaafkannya, meskipun kesalahan itu terus diulangi dan membuat hatinya sakit.

"Mbak tolong buatin teh anget ya buat saya."

Meskipun hatinya terasa tercabik-cabik dan pikirannya terasa kalut, Lisandra berusaha kuat di hadapan orang lain. Berusaha bersikap seperti biasanya.

"Baik, Nya.."

Asisten rumah tangga itu menuju dapur yang terletak di sebelah ruang makan. Ia bergegas membuat teh sesuai yang diperintahkan majikannya.

Tetapi sebelum teh itu diaduk, ia mengambil sebuah bubuk yang dikemas dalam botol obat di sakunya kemudian menambahkannya pada teh tak lupa mengaduknya agar tercampur. ART yang direkrut 2,5 tahun lalu itu tidak terlalu waspada sebab sang majikan berposisi membelakanginya.

'Bentar lagi Lo bakal mati hahahaha.'

Lidya, sang asisten rumah tangga terkikik geli. Dia membayangkan akan menjadi istri dari tuan Avstroa pasti sangat menyenangkan. Tangannya memutar botol obat yang didapatkannya dari seseorang. Benda itu bukan untuk menaikkan daya tahan tubuh, namun untuk menggerogoti sel-sel tubuh dari dalam.

Orang 'itu' menyuruh Lidya masuk pada kediaman Avstroa dan memerintahkannya untuk membuat Lisandra sengsara. Sangking dendamnya pada nyonya Avstroa, dia bahkan rela menyogok dokter-dokter yang memeriksa Lisandra.

Orang 'itu' merupakan masa lalu Lisandra.

"Silahkan diminum nyonya.."

Lidya menyodorkan teh yang sudah dibuatnya di depan Lisandra. Dia berdiri di samping belakang majikannya sambil sesekali tersenyum miring.

Lisandra mengambil cangkirnya kemudian meneguk tehnya hingga habis. Ia menyandarkan punggungnya pada kursi, Lisandra memijit pelipisnya pelan. Pandangannya sedikit memburam setelah meminum teh buatan pembantunya. Tak mau berburuk sangka, dia lantas bertanya dengan nada lemahnya

Vellyn Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang