20. Hujan

8.4K 988 45
                                    

Full romance nih. Jarang-jarang kan?😏. Vomentnya ngab, 140 gass?

Suara gemercik itu masuk ke telingaku. Aku menoleh ke jendela, melihat tumbuhan dan lapangan sekolah yang sudah basah akibat air hujan.

Bau ini sangat kusukai. Petrikor. Bau alami yang tercipta saat hujan turun di lahan kering. Aromanya sungguh memabukkan.

Aku suka hujan, tapi aku tidak menyukainya kalau hujan datang saat akan pergi ataupun pulang sekolah. Apalagi kalau tidak membawa jas hujan atau payung. Itu sungguh menyebalkan. Aku harus menunggu hujan reda di parkiran sendirian.

Sebenarnya bisa saja aku langsung menerobos hujan ini dengan motor Vario-ku, tetapi daya tahan tubuhku tidak terlalu kuat. Biasanya setelah sampai rumah suhu badanku langsung meninggi dan besoknya langsung sakit. Aku tidak suka sakit!!

Guru IPA kami sudah mengakhiri pembelajaran hari ini. Aku bergegas merapikan alat tulis dan buku kemudian memasukkannya ke dalam tas berwarna pink pastel kesayanganku.

Sepertinya aku harus menunggu hujan reda sampai jam 5 an karena sekarang hujannya tuh derass banget. Salahku juga sih kenapa selalu tidak membawa jas hujan ataupun jaket guna menutupi tubuhku.

Aku duduk di depan kelas, memandangi para siswa yang akan pulang. Ada yang dijemput, memakai jas hujan atau payung, adapula yang menerobos hujan. Enak juga ya kalau daya tahan tubuh yang kuat.

"Clev, belum pulang?"

Aku menoleh saat mendengar suara yang kurindukan. Padahal belum lama aku dan kak Vellyn tidak ketemu, tapi rasanya tuh kangen banget.

"Belum kak, masih nunggu hujan reda." jawabku sambil tersenyum manis

"Hari udah mulai gelap, kamu ga takut sendirian disini?"

Aku menoleh pada sekitar. Benar juga sih, sepertinya tinggal aku dan kak Vellyn yang masih di sekolah. Padahal biasanya masih ada 2 sampai 4 orang yang lagi nunggu, sekarang udah sepi aja.

"Em, takut juga sih.."

Aku mengusap tanganku yang terasa dingin, kulitku sedikit memerah. Mungkin faktor udara dingin.

Dia terlihat berpikir sejenak sebelum menawarkan sebuah pertolongan yang bagus untukku.

"Kamu bawa motor?"

Aku mengangguk.

"Gimana kalau aku bonceng kamu sampai ke rumah?"

Kepalaku otomatis mengangguk dengan semangat. Senyumku terbit tanpa bisa kutahan.

"Pakai."

Di depanku terdapat sebuah sodoron jaket. Aku menatap kak Vellyn, memastikan jaket itu untukku.

Setelah menerima anggukan darinya, aku langsung memakai jaketnya. Jaket yang sedikit kebesaran itu justru membuat badanku hangat.

Padahal baru setengah, namun resleting jaket ini sudah macet. Mungkin gara-gara aku memakainya, tadi saat jaket ini dilepaskan kak Vellyn buktinya lancar-lancar aja.

Aku menahan nafasku saat kak Vellyn mendekat. Meneruskan resleting jaket yang macet pada tengah-tengah. Dia menaikkan kupluk jaket ini supaya bisa menutup seluruh kepalaku kemudian sedikit tersenyum.

Tangannya menggenggam erat tanganku yang dingin.

Rasanya kakiku lemas, pipiku terasa hangat.

Kami berjalan dengan tautan tangan yang belum terlepas. Aku menatap sepatuku yang sedikit basah guna menahan senyum lebarku yang akan terbit.

Kini kami telah sampai di parkiran. Kak Vellyn mengambil motorku di ujung sana dan sudah mengantongi kunci yang tadi dia minta.

Aku menaiki motorku. Kali ini bukan aku yang membonceng namun kak Vellyn. Terbalik tapi aku suka.

"Pegangan."

Harus pegangan kemana? Aku jadi bingung.

Kebingunganku tak berlangsung lama. Kak Vellyn mengambil tanganku dan melingkarkannya ke pinggangnya yang ramping.

Motorku melaju meninggalkan sekolah. Kak Vellyn mengendarainya sedikit mengebut tapi tetap hati-hati.

Perutku terasa tergelitik, wajahku memanas, bibirku berkedut ingin tersenyum lebar, jantungku bertabuh kuat.

Perasaan ini hanya kurasakan saat berada di dekat kak Vellyn. Rasanya sangat menyenangkan juga menggelikan.

Rumahku sudah terlihat. Kami sudah sampai.

Aku melihat dalaman kak Vellyn yang tercetak akibat air hujan yang mengenai tubuhnya. Seketika aku mengalihkan pandanganku.

"Kakak ga usah pulang jalan kaki. Motorku kakak pakai aja.."

Bukan tanpa alasan berucap seperti itu. Aku ingin besok mempunyai alasan untuk bertemu dengannya. Apapun akan kulakukan demi bersama kak Vellyn.

"Okey, aku pinjam dulu ya. Kamu cepat masuk ke rumah, mandi terus istirahat. Aku pulang dulu ya.."

Siluetnya menghilang setelah dia berbelok ke arah kanan.

Aku mengusap kepalaku yang tadi ditepuk olehnya. Berlari-lari kecil masuk ke dalam rumah. Berjongkok di depan pintu kamar, aku menutup mulutku kemudian berteriak.

'Kak Vellyn ayo pacaran ASKSKSKSKSK~~'

'Kak Vellyn ayo pacaran ASKSKSKSKSK~~'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ekspresi Clevian saat ini


Published: 22-03-2023

Vellyn Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang