1. Lift

22.6K 1.3K 17
                                    

Tap..
Tap..
Tap..

Suara itu menggema, mengiringi langkah seorang wanita yang sedang menuju ruang kerjanya. Pegawainya sontak berdiri dan tak lupa menunduk untuk menghargai atasan mereka.

Sesampainya di ruangan CEO yang berada di lantai 35, wanita bernama Vellyn itu menghela nafas kasar. Tangannya memijit pelan dahinya. Pikiran rumit tentang masa depan tiba-tiba muncul di otaknya.

Ia berpikir, setelah dia mati siapa yang akan mengurus perusahaan ini? Dia tidak memiliki siapapun. Orang tuanya meninggal karena kecelakaan beberapa tahun silam. Vellyn hidup seorang diri, tanpa sanak saudara yang menemani. Dia anak tunggal, sama seperti orang tuanya.

Hidupnya yang tidak ditemani siapapun terasa monoton. Hanya sekedar bangun tidur, mandi, makan, bekerja, lalu tidur kembali. Kegiatan yang terjadi berulang-ulang setiap harinya. Sangat membosankan.

Soal hubungan? Vellyn masih lajang meskipun sekarang sudah berusia 25 tahun. Umur yang pas untuk seseorang menikah.

Kalau ditanya 'kenapa belum menikah?'  Vellyn selalu menjawab 'belum mendapat calon yang cocok'.

Memang benar. Tidak ada laki-laki yang sesuai dengan tipenya. Emm, atau mungkin saja dia tidak mempunyai tipe lelaki?

Vellyn itu cantik namun juga terlihat seksi. Matanya tajam dengan netra coklatnya yang menawan. Hidungnya mancung dan mempunyai bibir tipis berwarna kemerah-merahan yang kissable. Kulit yang tidak terlalu putih dan ditambah tubuhnya yang molek. Siapa yang tidak kepincut sama dia coba? Apalagi dengan karirnya yang cemerlang itu.

Banyak lelaki yang ingin meminang Vellyn menjadi istri mereka namun semuanya ia tolak secara halus dengan alasan ia masih ingin menikmati hidup dulu. Sebenarnya kalau dia ingin, tinggal tunjuk saja salah satu mereka.

'Huftt, mending nyelesain berkas-berkas daripada mikir itu ga selesai-selesai' batin Vellyn untuk menyingkirkan pikiran yang semakin semrawut itu.

Perempuan itu mulai membaca tulisan di kertas-kertas yang berada di atas meja. Tangan kanannya memegang pena untuk menandatangani berkas. Wanita itu terlihat begitu serius, karena sekali saja salah maka penghasilan perusahaannya akan menurun.

Vellyn pun larut dalam pekerjaannya. Terlalu fokus saat mengerjakan, sampai tidak terasa waktu telah menunjukkan untuk melakukan makan siang.

Dia menggerakkan kepalanya ke kanan dan kiri hingga berbunyi, kemudian matanya melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 12.04.

"Huh? Udah waktunya makan siang? Sekali-kali makan di luar gapapa kan?" gumamnya.

Wanita itu membereskan kertas-kertas yang berserakan sebelum beranjak dari kursi yang didudukinya.

Vellyn menghampiri sekretarisnya yang berada di ruangan sebelahnya yang berlapis kaca. "Andrew, saya mau ke restoran dekat kantor dulu. Kamu jangan lupa makan siang. Kalau ada apa-apa tolong telpon saya ya?" ujarnya.

"Baik, Bu" jawab Andrew.

Vellyn berjalan sesekali menganggukkan kepalanya ketika ada pegawai yang menyapanya.

Ia masuk ke dalam lift khusus dan tak lupa memencet tombol nomor 1. Menunggu beberapa waktu untuk sampai lantai dasar. Namun tiba-tiba lift itu berhenti pada lantai 30, Vellyn nampak kaget. Tapi dia berusaha tenang dengan menarik dan menghembuskan nafas berulang kali. Mencoba menunggu selama beberapa menit, dia berpikir ini hanya sementara.

10 menit berlalu..

Tangannya memencet tombol darurat, berharap seseorang ada yang menjawab. Namun, berkali-kali dia meminta tolong tidak ada jawaban sama sekali.

'Please, tolong siapapun jawab.' bisiknya gelisah.

Menggigit bibir bawahnya sedikit kuat, wanita itu mulai merasa takut sekarang.

Ia meraba-raba saku jas nya untuk mencari gadgetnya namun tidak menemukan apa yang dicarinya, hanya beberapa lembar uang berwarna merah yang ada di kantongnya.

Vellyn berubah panik ketika merasakan lift yang ditumpanginya turun dengan kecepatan tinggi. Nafasnya tak beraturan, wajahnya pucat, bahkan sekujur tubuhnya menjadi sedingin es. Ia berjongkok seraya menutup matanya rapat-rapat.

Vellyn merasa lantai yang dipijaknya runtuh, tubuhnya terasa melayang. Saat membuka mata ia melihat serpihan-serpihan ikut melayang. Ia menutup mata dengan kuat ketika salah satu dari serpihan itu masuk ke matanya.

Brakk..

Tubuhnya terasa remuk seakan tulang-tulangnya dicopot dari badannya. Goresan dari berbagai sudut semakin menambah sakitnya. Matanya perih. Wanita itu merasa ini akhir dari hidupnya. Perlahan nafasnya mulai tersendat-sendat hingga beberapa saat setelahnya nafas itu hilang.

Wanita malang itu telah mati.




Halo guys, ini cerita pertama aku. Jadi maaf banget kalo masih acak acakan. Jangan lupa voment. 1 vote dari berharga banget buat aku!!

Published: 06-02-2023

Vellyn Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang