Seloww, ditinggal sebentar udah sampe target aja. Seperti biasa ini ngebut. Ayo vote vote nya cintaku.45-50 vote gass?
Happy reading
Adinu menatap kakaknya. Dia berharap Vellyn menolak ajakan itu. Sungguh, Adinu ingin bersama dengan kakaknya meskipun hanya ke sekolah.
Karena kesempatan itu jarang ia dapatkan.
***
6 tahun lalu, tepatnya saat Adinu masih berumur 10 tahun. Ibunya membawa seorang anak perempuan dengan pakaian yang mungkin terlihat aneh di mata orang.
Kaos oblong berwarna kuning, celana selutut berwarna merah serta menggunakan sendal hijau bermotif polkadot.
Ibu Adinu, Lisandra memperkenalkan mereka dengan bocah yang dibawanya.
Namanya Vellyn Dilkhalisa. Lisandra bertemu Vellyn di sebuah panti asuhan yang terlihat kumuh. Melihat Vellyn kecil yang saat itu sedang menenangkan anak yang lebih muda darinya, membuat hati Lisandra menghangat.
Tanpa pikir panjang ia menghubungi suaminya, Xevano. Berniat izin untuk mengadopsi salah satu anak dari panti asuhan.
Suaminya yang sangat mencintai istrinya langsung mengiyakan permintaannya. Apapun akan dilakukan untuk membuat istrinya bahagia.
Lisandra mendatangi panti asuhan itu, bertemu dengan ibu panti dan menanyakan syarat-syarat untuk mengadopsi anak.
Esoknya Lisandra kembali datang ke panti asuhan, bedanya ia bersama suaminya dan membawa berkas-berkas yang diperlukan untuk mengadopsi anak.
Pasangan suami istri itu diizinkan mengadopsi anak dengan beberapa syarat setelah beberapa hari pengajuan.
Lisandra sangat senang. Sudah sejak lama ia menginginkan anak perempuan. Namun Tuhan lebih memilih anak laki-laki untuk dikandungnya.
Nyonya Avstroa itu segera memanggil anaknya untuk berkumpul berniat mengenalkan Vellyn kepada mereka.
"Kakak, adek, kenalin anak disamping mama ini namanya Vellyn. Sekarang dia saudara kalian. Jangan dijahilin atau dibikin nangis ya. Mama bakalan marah sama kalian kalau Vellyn nangis." Sebenarnya Lisandra tak terlalu serius dengan ucapannya. Dia hanya mengajarkan supaya tak bermacam-macam dengan anggota baru di keluarga mereka.
"Kenalan sendiri, gih."
Yang pertama maju dan mengulurkan tangannya adalah Ivander. Bocah berumur 12 tahun itu mengenalkan dirinya dengan bangga.
"Kenalin Ivandel, anaknya mama yang paaaling ganteng!" Ivander menaikkan dagunya sambil menyugar rambutnya yang tak seberapa karena sehabis dicukur.
"Eum, V-Vellyn," Vellyn membalas uluran tangan didepannya dengan ragu-ragu.
Sedangkan anak kedua keluarga Avstroa itu terlihat masih malu. Tubuhnya bersembunyi dibalik tubuh kakaknya namun sesekali mengintip anak perempuan dihadapannya.
"Adek, sini. Kenalan dulu yuk!!" Lisandra menarik tangan Adinu dengan pelan. Menghadapkan tubuhnya dengan Vellyn.
"Adinugraha," ujarnya singkat kemudian kembali bersembunyi dibalik tubuh Ivander.
Vellyn mengerjapkan matanya tidak paham. Bungsu keluarga Avstroa saat menyebutkan namanya sangat cepat, suaranya pun lirih. Vellyn jadi tidak tau namanya.
Lisandra mengantarkan Vellyn menuju kamar barunya, meninggalkan kakak beradik yang bersama dengan ayahnya.
Cklek. Pintu itu terbuka dan menampilkan isi kamar yang membuat Vellyn kecil kagum.
'Woahh'
Vellyn takjub melihat kamar barunya. Ada mainan di rak, baju-bajunya yang banyak, dan sebuah kasur empuk yang Vellyn tidak pernah merasakannya.
Lisandra beranjak pergi dari kamar itu, membiarkan Vellyn melihat kamar barunya.
Wahh kasurnya empuk.
Bajunya banyak banget terus bagus-bagus.
Ini mainan buat aku semua kah?
Kok dia ngikutin gerakan aku ya.Berbagai macam ucapan keluar dari mulut Vellyn, dirinya sungguh takjub dengan kamar ini. Sungguh kamar ini adalah kamar impiannya.
***
"VELLYN!! VELLYN!! AYO MAIN SAMA IVANDEL!!"
Pagi pada hari Minggu ini diawali dengan teriakan Ivander yang mengajak Vellyn untuk bermain.
Ivander sangat senang, sejak kehadiran Vellyn ada yang menemaninya bermain. Sebelum Vellyn ada di rumah itu, Ivander selalu bermain sendirian.
Adinu? Bocah itu selalu berkutat dengan buku. Diajak bermain pun susah. Jadi Ivander selalu merasa kesepian.
"Aku jadi polisi, kamu jadi penculi okey? Nanti aku kejal kamu, tapi kamu halus menghindal. Jangan sampe ketangkep ya.."
"Okey bang!"
Beberapa hari lalu Ivander menyuruh Vellyn memanggilnya Abang, bukan kakak lagi. Biar spesial, katanya. Vellyn pun iya-iya saja.
Setelah berkata demikian, Vellyn segera berlari menghindar dari kejaran Ivander yang berperan menjadi polisi.
Mereka berlari-larian dengan riang, saling melempar candaan sesekali. Hingga keduanya lelah dan memutuskan untuk istirahat dibawah pohon jambu.
Mengibaskan tangannya ke leher guna mengurangi gerah, Vellyn kemudian berucap.
"Bang, kalo nanti kita udah gede, kita tetep kayak gini ya. Main bareng, bercanda bareng, pokoknya semuanya bareng!"
"Iya pokoknya kita halus tetep sama-sama sampe tuaa!!" seru Ivander dengan semangat.
Setelah ucapan itu berakhir, mereka berdua kembali saling melontarkan candaan masing-masing.
Dibalik kebahagiaan dua anak itu, ada seorang yang memandanginya dengan raut muka sedikit sedih.
Itu Adinu.
Ia ingin bermain bersama mereka, saling melempar candaan kemudian tertawa bersama. Namun dia takut kehadirannya akan mengganggu mereka berdua.
Selain itu, sifat Adinu yang pemalu membuatnya jarang berinteraksi dengan orang. Adinu selalu berkutat dengan buku-buku yang membuat orang yang ingin mendekatinya untuk mengajak bermain menjadi segan.
Dan sifat pemalu itulah yang menyebabkan semasa kecil Adinu tidak pernah mendapatkan kenangan dengan Vellyn.
Published: 07-03-2023

KAMU SEDANG MEMBACA
Vellyn
Разное"Are they gay?" Vellyn Viantara. Cewe dominan yang tiba-tiba masuk ke dalam novel bergenre boyslove romance setelah di dunia nyatanya ia mati karena terjebak dalam lift yang runtuh. Ditemani sistem berbentuk kucing, Vellyn harus menyelesaikan misi-m...