5. (bukan) Keluarga

11.4K 1K 29
                                    

Aku update lagi setelah beberapa hari ngilang. Ga ada ide buat nulis cerita selama beberapa hari. Pengennya sih bikin cerita baru. Tapi ga tau ya, kapan² aja.
Jangan lupa vote. 1 vote dari kalian berharga banget buat aku.

Spesial 300 pembaca + 70 vote. Aku kasih lumayan panjang, 1229 kata. Jadi pelan-pelan aja bacanya..

Happy reading guys

Vellyn berjalan dengan sedikit pincang dan mengikuti arahan yang diberikan Hera tadi. Semakin berjalan dirinya merasakan tubuhnya terasa pegal-pegal. Entah kenapa saat menolong Vian tadi dia tak merasakan apapun.

Vellyn berhenti di sebuah gerbang. Menolehkan kepalanya pada pos satpam itu dan mengetuk kacanya. Tidak sopan apabila ia langsung masuk begitu saja.

Tuk.. tuk..

Satpam itu terbangun, menolehkan kepalanya untuk melihat siapa yang membangunkannya. Kemudian bergegas membuka gerbang tatkala melihat anak majikannya berada di depan.

"Masuk neng. Tadi udah dicariin sama pak bos," ujar satpam itu.

Vellyn menganggukkan kepalanya. Berjalan ke pintu utama rumah bertingkat 2 itu. Setelah melihat bangunan ini, entah kenapa suasananya terasa sangat suram.

Menekan bel di samping pintu beberapa kali hingga pintu terbuka menampilkan seorang pria yang mengenakan jas hitam.

Plak.. bunyi itu terdengar tatkala sebuah tangan mendarat mulus ke pipi Vellyn.

"Dasar anak tidak tau diri. Sudah dibiayai sekolah kau malah keluyuran tidak jelas. Tadi kau bolos sekolah kan? Lalu sekarang kau pulang malam-malam begini. Mau jadi pelacur? Cih, kasihan sekali Lisandra istriku mengangkat anak yang tidak berguna sepertimu," cerocos seorang pria.

'hahh, baru juga sampai sudah dihadiahi tamparan seperti ini'. batin Vellyn lelah.

Bagaimana tidak lelah, setelah berjalan berkilo-kilo mencari rumah 'Vellyn' serta menghajar dengan preman tadi saat datang ke rumah ini malah ditampar. Apalagi dengan omongan tidak berdasar dari pria yang disebut 'ayah'.

Daripada semakin kesal, Vellyn mendorong pria itu kesamping dengan kuat. Persetan dengan sopan santun, ayah jadi-jadian nya saja tidak punya akhlak yang baik.

Melewati ayahnya lalu berjalan ke lantai atas. Sedangkan pria berumur 38 tahun itu terlihat menyumpah serapahi anaknya yang terlihat semakin membuatnya muak.

Gotcha..

Sesuai feeling-nya yang seringkali benar, Vellyn berhasil menemukan kamarnya yang berada di paling pojok kanan lantai ini.

Membuka kamarnya terlihatlah dinding kamar yang berwarna coklat gelap dengan sebuah kasur, meja belajar serta beberapa ornamen lainnya. Yah, tidak buruk, setidaknya kamar yang ditempati Vellyn rapi serta layak dihuni.

Berjalan ke single bed lalu mengistirahatkan tubuhnya. Setelah badannya agak mendingan, ia bersiap untuk mandi. Membuka lemari dan melihat-lihat pakaian yang cocok digunakannya.

'Bajunya rata-rata hanya celana kain dan kaos oblong. Bagus, sesuai dengan style ku. Meskipun pakaian ini terlihat sedikit usang dan norak tidak apa-apa. Nanti akan ku perbaiki.' batin Vellyn.

Dia mengambil baju tidur pendek lalu menuju ke kamar mandi yang berada di kamar itu.

Usai kegiatan mandinya selesai, Vellyn berbaring di kasur yang sedikit keras itu. Ingin makan tapi tidak ada makanan yang tersedia untuknya. Ia memejamkan matanya untuk menekan rasa lapar yang menggebu.

Vellyn Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang