27. Toilet

5.5K 618 56
                                    

🌚🌚 hehe. Sedikit ples-ples. Semakin sempit ide buat ngelanjutin ceritanya. Emang ga berbakat buat bikin cerita berpart-part :( mending bikin cerita oneshoot aja paling bener.

"Huh huhh.."

Napas Vellyn tidak teratur usai berlarian dari halte bus menuju sekolah.

Pagi-pagi begini Vellyn sudah mendapatkan sial yang bertubi-tubi. Dari dia yang terbangun kesiangan karena terlalu serius mencari informasi mengenai Ivander, ingin menaiki ojek online namun selalu dibatalkan, menunggu kendaraan untuk ditumpangi selama bermenit-menit hingga akhirnya Vellyn naik bus setelah menunggu 25 menit, gerbang sekolah sudah ditutup. Dan semua itu terjadi pada hari Senin!! Hari diadakannya upacara. Sungguh menyebalkan!

Dan disinilah sekarang, di depan ketua OSIS Brilliant High School yang terkenal 'berwibawa'. Kalau saja Vellyn tidak melihat kejadian di balik semak-semak juga penjelasan dari sistem, pasti dia beranggapan sama seperti orang lain juga.

"Sudah berapa kali kamu telat?" tanya Axel dengan wajah datarnya yang memuakkan bagi Vellyn.

"Sekali."

"Bersihkan toilet pria maupun wanita di lantai satu sebagai hukuman."

Hanya mengangguk sekali, Vellyn bergegas menuju tempat itu untuk membersihkannya. Meninggalkan Axel yang sedari tadi menatap intens kepadanya.

***

"Ck, ga ada petugas yang bersihin kamar mandi kah?" desisnya pelan.

Vellyn mengernyit kala mencium bau-bau yang tidak mengenakkan. Sungguh rasanya ia mau muntah sekarang.

'Kenapa hukuman murid yang telat seringnya membersihkan suatu ruangan, mereka tak ada petugas kebersihan kah?' batin Vellyn jengkel.

Dengan perasaan yang sedikit kesal, dia mulai membersihkan sudut-sudut toilet, membuang benda-benda yang tidak diperlukan ke tempat sampah.

"Ahh anhh, emmh hhh.."

Vellyn reflek menghentikan kegiatannya saat mendengar sebuah suara di balik pintu. Ia membuka satu persatu pintu di toilet pria, mencari seseorang yang sejak tadi mendesah dengan 'sedikit' kencang.

"Uhh nikmath, hhh.."

Brakk..

Mata lelaki itu langsung melotot melihat seorang perempuan membuka pintu toilet yang digunakannya. Namun setelahnya sudut bibir tebal itu tertarik ke atas, menyeringai mesum.

Dia berjalan tanpa ke arah Vellyn yang hanya memandangnya datar tanpa menutupi benda di antara pahanya. Membiarkan benda panjang yang sedang tegang itu bergerak tak teratur.

"Woww, ada cewe cantik..

--ayo main kuda-kudaan sama gue."

Fyuhh...

Bukannya merinding karena telinganya ditiup pelan, Vellyn malah mengernyit tidak suka melihat laki-laki yang tidak dikenalnya kini berada di dekatnya.

Memandang dalam netra hitam milik lelaki dihadapannya sebelum bergulir memindai tubuhnya.

Rambut warna abu-abu, mata yang bernetra hitam, lengan berotot, kotak-kotak di perutnya yang entah ada berapa, tingginya yang sedikit di atas Vellyn, juga.. penis panjangnya yang berwarna pink.

Ehemm..

Lelaki yang bernama Bara itu tiba-tiba berdehem keras. Dia sedikit gugup saat mata biru milik siswi di depannya terasa menelanjanginya.

Ia berbalik memunggungi Vellyn guna memperbaiki seragamnya yang sedikit berantakan. Mengancingkan seragam atasnya yang tadi terbuka setengah, kemudian memasukkan bagian tubuh kebanggaannya ke dalam celana dan menaikkan resletingnya.

Celana itu sedikit menggembung, penisnya tadi tidak melemas sepenuhnya. Kemudian dia berbalik dengan wajah songongnya, menabrak bahu perempuan yang tadi memergokinya. Lantas berjalan ingin meninggalkan siswi itu di toilet.

Plakk.. Bukan pipi yang Vellyn tampar, melainkan pantat pemuda itu.

'Wow..'

Mulut Vellyn membulat saat melihat pantat itu bergerak-gerak.

Beberapa detik yang lalu saat Bara hampir meninggalkannya, ia melihat pantat semok pemuda itu. Perasaan ingin memberi pelajaran pada siswa yang berbuat mesum di toilet itu muncul, dan setelahnya ia benar-benar menampar pantat itu dengan sedikit kencang.

Tak disangka pantatnya begitu kenyal dan lembut, layaknya kue mochi. Vellyn jadi ingin merema--.

Ia menggelengkan kepalanya pelan untuk mengusir pikiran kotor namun terasa menyenangkan.

"Ukhh-- hmp"

Pupil mata Bara mengecil, terkejut tatkala Vellyn menampar bagian tubuhnya yang tidak pernah disentuh oleh orang lain. Lebih terkejut lagi saat mulutnya mengeluarkan desahan kecil hingga dia harus membekap mulutnya agar tidak mengeluarkan suara tersebut.

Dan yang lebih mengejutkan, benda di selangkangannya tiba-tiba menjadi keras lagi yang membuatnya melenguh tak nyaman karena celana sekolahnya terasa sesak.

Tak ingin siswi itu menyadari tingkahnya, Bara bergegas keluar dengan sedikit berlari sambil menutupi selangkangannya agar tak terlihat oleh orang lain.

"Bokongnya kenyal... Jadi pengen..."

Mengenyahkan pikiran kotornya, Vellyn segera membersihkan toilet pria. Belum saja mengambil alat kebersihan di ujung ruangan, dia sudah terpeleset duluan hingga kepalanya membentur wastafel.

"Ughh,"

Vellyn meringis saat merasakan kepalanya berdenyut-denyut sakit. Tangannya ia arahkan ke dahi kala merasakan sesuatu merembes keluar dari sana.

'Ohh, darah.'

Tidak panik, Vellyn malah langsung berdiri berniat melanjutkan hukumannya. Ia mengernyit saat melihat cairan putih terlihat mengotori lantai maupun pinggir wastafel, ada yang terlihat sudah kering dan ada yang masih basah. Mungkin baru saja keluar dari sumbernya.

"Mereka ga ada tempat ya hingga melakukannya di toilet sekolah." gumamnya dengan penasaran.

Memutuskan pikirannya tentang hal yang tidak penting, Vellyn segera membersihkan toilet pria serta wanita di lantai pertama.

***

Wajahnya begitu pucat begitu selesai mengerjakan hukuman. Matanya juga sayu. Vellyn berpegangan pada dinding guna menopang berat tubuhnya.

Kepalanya terasa berat, suhu tubuhnya terasa hangat, darah yang tadi keluar dari dahinya sudah mengering.

Pandangannya berputar, tangannya yang memegang dinding tak lagi kuat menopang berat tubuhnya. Hingga kini dia limbung. Matanya melihat seseorang yang menghampirinya sebelum semuanya gelap.






Tanda-tanda nih. Tanda-tanda mau berhenti nulis ini cerita.

Published: 16-04-2023

Vellyn Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang