15. Ruang BK

8.1K 1K 31
                                    

Votenya ngab. Komen juga jangan lupa. 100 vote gass

Happy reading

"Gue ga suka apapun yang gue pake ataupun milik gue diusik Er,"

Deg. Deg. Deg.

Erland bisa merasakan jantungnya berdetak kencang setelah mendengar penuturan Vellyn. Sakitnya lebam yang ditimbulkan setelah dipukul tak membuat Erland kesakitan, justru itu menimbulkan suatu kenikmatan sendiri baginya.

"Heyy kalian, ikut saya ke ruang BK. Sekarang!!"

Seorang guru berkumis tiba-tiba muncul dari balik pintu, terlihat  marah dengan kejadian yang baru saja terjadi. Penggaris panjangnya ia ketukkan di meja terdekat, menyuruh cepat 2 murid yang berkelahi itu untuk mengikutinya.

Vellyn menjauhkan tubuhnya dari tubuh Erland. Menyisir rambutnya yang tampak berantakan dengan jari-jarinya hingga membuat beberapa murid terpekik.

Tak bisa dihindari, pesona Vellyn akhir-akhir ini begitu menawan. Terlepas dari statusnya yang sebagai murid bullyan.

Erland berdiri kemudian mengacak rambutnya asal. Ia turut mengikuti langkah guru kedisiplinan yang berjarak 1,5 meter darinya.

Siswa maupun siswi yang masih berada di koridor terlihat berhenti sejenak mengurungkan niat mereka yang ingin masuk kelas.

Takjub melihat 2 orang yang setelah berkelahi wajahnya bukannya bertambah jelek malah terlihat semakin keren.

Erland dengan tangan yang dimasukkan ke kantong saku celananya. Rambut acak-acakan dengan beberapa memar diwajahnya.

Sedangkan Vellyn hanya memasang muka datar dan berjalan dengan santai. Tidak memperdulikan omongan dari sekitarnya.

"Duduk!"

Menuruti perintah guru berkumis yang dikenal dengan nama pak Somat, kedua orang itu duduk dengan tenang. Tak seperti beberapa menit lalu yang kelakuannya tampak brutal bagi sebagian orang.

"Kalian ini bukannya belajar malah berkelahi----"

Perkataan guru bk itu semakin memanjang tak terbatas. Masalah yang sudah lalu pun diungkit-ungkit. Sasarannya tentu saja Vellyn. Erland tidak dimarahi, hanya sebatas dinasehati.

Hanya karena ia anak pemilik sekolah.

'Mana mungkin juga dia akan memarahi Erland. Yang ada anak itu akan mengadu ke orang tuanya dan guru itu dipecat.'  batin Vellyn.

2 jam setelahnya barulah guru itu selesai menasehati keduanya, lebih tepatnya memarahi Vellyn. Kedua murid itu keluar dari ruang BK kemudian berbelok, hendak menuju ke taman sekolah.

Sebelum itu mereka mengambil sapu lidi dan alat-alat lainnya yang berada di gudang untuk membersihkan taman yang sangat kotor tersebut. Banyak daun-daun kering yang telah berguguran dan beberapa bangku taman yang kotor.

Padahal kemarin tidak sekotor ini. Pikir Vellyn.

Erland menyapu dengan ogah-ogahan. Menurutnya sangat tidak level untuk membersihkan tempat-tempat yang kotor seperti ini.

Sedangkan Vellyn menyapu dengan cepat namun tetap harus bersih supaya tidak harus mengulangi tempat yang belum bersih tersebut.

Kedua orang itu tidak berinteraksi, padahal sebelumnya sudah seperti musuh dan sekarang seperti dua orang asing yang berada di satu tempat.

Menyelesaikan bagiannya dengan cepat, Vellyn mengembalikan alat kebersihan ke tempatnya masing-masing kemudian berjalan menjauhi taman menuju ke kelas karena jam pelajaran sudah dimulai sejak dua setengah jam yang lalu.

***

Vellyn mengedarkan matanya hingga ke penjuru kantin untuk mencari tempat duduk yang kosong. Hingga ia menemukannya, di ujung kantin yang tidak terlalu banyak orang. Suasananya tenang, tidak terlalu berisik seperti di samping penjual ataupun pintu masuk.

Mendudukkan bokongnya di sebuah kursi yang berada di kantin setelah memesan makanan yang diinginkan nya. Vellyn kemudian memakan makanannya dengan tenang.

Terlepas dari Vellyn yang merupakan bullyan Erland hingga tak ada yang mau berdekatan dengannya, namun terdapat keuntungan sendiri yang dirasakan Vellyn.

Ia terhindar dari orang yang suka memanfaatkan namun berlindung dibalik kata 'teman'. Terhindar dari orang yang datang ketika butuh saja.

Makanannya telah habis, Vellyn berniat kembali ke kelas, namun masalah kembali menghampirinya.

Salah seorang siswi menjegal kaki Vellyn yang menyebabkan ia hampir terjatuh. Untung saja respon tubuhnya cepat, jadi kepalanya masih terlindung dari ujung meja yang berjarak beberapa centimeter dihadapannya.

Menolehkan kepalanya dengan tenang, Vellyn memandang 2 orang siswi dan 5 siswa yang tengah tertawa terbahak-bahak menertawakan dirinya yang hampir terjatuh.

Vellyn membiarkan mereka tertawa seperti orang gila, toh ia tidak terlalu mempermasalahkan hal-hal kecil. Terlalu membuang waktu menurutnya.

"AHAHAHA, Kasian banget Lo hampir jatuh,"

"Aduh aduh perut gue sakit, HAHAHAHA,"

"Ga ada yang nolongin yaa? Aduh kasihan banget.." siswi yang tadi menjegal kaki Vellyn berpura-pura sedih. Mengusap matanya padahal tak ada air mata yang akan keluar.

Vellyn memutar bola matanya malas, lantas berucap, "ya, ya. Gue gak peduli,"

Tiba-tiba Vellyn mendekatkan tubuhnya pada siswi itu.

"Temen Lo ada yang berkhianat, masa Lo ga tau?" Vellyn tersenyum miring seusai membisikkan kalimat itu pada siswi yang membuatnya tersandung.

Ia melangkahkan kakinya meninggalkan kantin yang entah kenapa sedikit sunyi.

Siswi itu terlihat tidak mempercayai perkataan Vellyn. Dan mengobrol kembali dengan teman-temannya sambil sesekali menertawakan Vellyn.

Kenyataannya ucapan Vellyn bukan sekedar omong kosong belaka. Vellyn diam bukan berarti tidak mengetahui apapun, namun dia sedang mengamati sekitarnya. Mencari kelemahan dan kekuatan orang disekitarnya. Karena bisa saja itu berguna di masa depan.

Ini cara benerin komen begini gimana hiks sroot

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini cara benerin komen begini gimana hiks sroot. Jadi ga tau kapan itu komennya.

Btw, ga ada yang mau rekomendasi cerita atau lainnya yang kalian suka kah? 😋

Published: 11-03-2023


Vellyn Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang