Nakha bukannya tidak bersyukur karena sudah hidup lebih dari berkecukupan dan punya empat ayah.
Tetapi Nakha hanya bingung. Bagaimana bisa dia punya empat ayah tanpa adanya seorang ibu?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sepasang orang dewasa di sana masih terdiam. Masing-masing dari mereka masih sama-sama menutup mulut rapat, bahkan setelah lebih dari lima belas menit mereka duduk saling berhadapan seperti ini. Suasana yang sunyi di dalam ruangan, ditambah remangnya cahaya membuat suasana begitu sepi.
Mereka adalah Kun dan Yasha.
Helaan napas panjang Kun terdengar begitu jelas. Diangkatnya pandangannya langsung menuju seseorang di depannya.
"Maaf..." ucap Yasha lirih. Kun membuang pandangannya ke arah lain. Mencoba menetralkan rasa sakit di hatinya.
"Kurang apa aku, Cha? Sampai kamu tega berbuat seperti ini sama aku." tanya Kun berucap lirih.
Ditatapnya sang tunangan yang masih setia menundukkan kepalanya. Kedua tangannya saling bertaut erat.
Yasha mendongak menatap Kun tak habis pikir, "Aku juga nggak mau seperti ini, Natt. Aku nggak mau!" teriak Yasha frustrasi.
Air matanya mengalir deras di pipi merahnya. Penampilannya sudah tak lagi beraturan. Dress selutut miliknya bahkan sudah kotor. Rambut halusnya pun ikut berantakan. Perempuan itu terlihat begitu menyedihkan.
Kun berdiri dan membelakangi perempuan itu. Mendesah panjang dan mengusap wajahnya kasar. Air matanya hampir saja luruh namun segera di harusnya.
Kun dan Yasha adalah sepasang kekasih yang akan menggelar pernikahan mereka dua bulan lagi. Segalanya sudah mereka persiapkan bahkan dari jauh-jauh hari. Sebab Yasha pun masih harus merantau jauh ke negeri orang. Mau tak mau Kun harus lebih ekstra tenaga dalam mempersiapkan pernikahan mereka. Mengingat Yasha tak dapat membantu lebih banyak karena masih berada di negara orang.
Namun entah apa yang pernah dilakukannya di hari lalu, Kun harus menerima kenyataan bahwa calon istrinya tengah mengandung. Bukan anaknya, melainkan anak sahabatnya sendiri, Syamil. Kun murka bukan main, bahkan dia langsung terbang jauh dari Jakarta ke Melbourne hari itu juga.
Saat Yudhi menelponnya dan mengatakan tentang berita ini. Suara Yudhi yang seperti menahan emosi juga suara Yasha yang terdengar sayup-sayup membuat Kun lemas.
"Kenapa Syamil, Cha. Kenapa harus sahabat aku?" tanya Kun lemah. "Kalau memang kamu nggak mencintai aku, harusnya kamu bilang dari awal, Cha. Kenapa kamu biarin aku jatuh terlalu dalam sama kamu."
Yasha menggeleng mendengar ucapan Kun, wanita itu berjalan ke arah Kun lalu berlutut di depannya. Bagai meminta ampun, Yasha bahkan bersujud di kaki milik Kun.
"Nggak... Nggak Natt, maafin aku."
Kun tak lagi dapat membendung air matanya, laki-laki itu ikut bersimpuh di depan Yasha. Memeluk wanita yang paling disayanginya itu. Memberikan rasa hangat disaat dingin hampir melumpuhkan keduanya. Keduanya tampak begitu kacau. Digenggamnya tangan halus milik Yasha, lalu mengusap cincin tunangan milik mereka.