"Njing!"
"Adek!"
Pekikan Nakhala membuat semua orang terkejut. Tak terkecuali dengan Kun yang langsung berbalik arah.
"Yudhi!" teriak Kun kencang. Yudhi yang menyadari kesalahannya langsung berlari menyelamatkan diri. Sedangkan Kun terus mengejarnya dengan sendal rumahnya yang kini dipakai untuk memukul Yudhi.
"Iya iya ampun! Bi! Minta maaf di atas materai, Bi! Ah elah sakit banget SAT! Adek tolong Yayah, nak"
"Syaat hihi.." lagi Nakhala mengikuti ucapan Yudhi.
Bayi itu bahkan meronta ingin digendong oleh Yudhi yang tengah disiksa oleh Kun.
"Adekk stop..."
Kun menyerah. Lelaki itu memilih mengambil Nakhala dalam gendongan Juan. Kun menghembuskan pelan kedua telinga Nakhala untuk mencegah aura aura dosa yang telah ditransfer oleh Yudhi ke Nakhala. Anak itu menggeliat geli lalu memeluk Kun dengan erat.
"Yayayah..." seolah memberi pengertian, bayi itu menatap Kun dan mengangguk-angguk.
Kun menghela nafas lalu ikut mengangguk dan tersenyum.
"Iya sayang." jawab Kun lembut. Kun membawa langkahnya ke arah kamar. Dia butuh menjernihkan pikirannya.
Menatap kepergian Kun dengan Nakhala. Yudhi berjalan santai ke arah Jay. Memukul lengan remaja itu sedikit kuat.
"Aduh!"
"Heh! Lo bilang sama Om lo yang gila itu ya, awas aja dia kalau ketemu gue." ucap Yudhi.
Tatapannya tajam tepat pada bola mata Jay. Membuat Jay hanya mengangguk kaku dan langsung menunduk.
Juan pun tak dapat melakukan apapun. Remaja itu sedari tadi bahkan tak berani mengeluarkan suara sedikitpun. Takut sekali dia kalau nanti malah salah berbicara dan membuat keadaan semakin runyam. Apalagi melihat wajah frustrasi Kun dan wajah dingin milik Yudhi.
Tatapan Juan dan Jay bertemu. Keduanya sama-sama mengangkat pandangan mereka saat sudah tak lagi mendengar suara langkah Yudhi.
"Hehe lo nggak papa?" tanya Juan.
"Menurut lo?!" jawab Jay kesal. "Gue emang salah lahir jadi ponakan si Azzam. Arghh Azzam bangsat!" teriaknya kesal. Lalu tiba-tiba sendal milik Jay mendarat pada puncak kepalanya. Membuat Jay mengaduh kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nakhala (SELESAI)
Fiksi RemajaNakha bukannya tidak bersyukur karena sudah hidup lebih dari berkecukupan dan punya empat ayah. Tetapi Nakha hanya bingung. Bagaimana bisa dia punya empat ayah tanpa adanya seorang ibu?