Yudhi tak pernah menyangka bahwa lebih dari empat belas tahun lalu, saat dirinya memutuskan membawa Nakhala ke rumahnya merupakan keputusan paling baik yang pernah dibuatnya. Membawa Nakhala dalam hidupnya juga tumbuh bersama, merupakan pengalaman yang tidak akan pernah disesali oleh Yudhi. Nakhala anak yang baik, semua orang akan setuju akan hal itu.
Walau tak mudah karena waktu itu adalah pengalaman pertamanya, Yudhi tiba-tiba mendapat bantuan. Bagai malaikat yang datang menyelamatkannya, Kun datang seolah membawa cahaya. Segalanya lebih mudah saat Kun datang dan membantunya membesarkan Nakhala. Apalagi Kun memang dapat diandalkan dalam segala hal.
Lalu berbulan-bulan setelahnya, Jay datang dengan seragam sekolah menengahnya dan dua koper besar di kanan dan kirinya. Berkata bahwa dia juga memiliki hak akan Nakhala membuat Yudhi hampir kelepasan. Aneh sekali pikirannya, bagaimana bisa remaja asing yang tiba-tiba datang ke rumahnya dengan dua koper besar dimasing-masing sisinya berkata dengan lantang tentang anaknya?
Yudhi bahkan sempat memanggil petugas keamanan setempat untuk mengamankan Jay. Beruntung Kun datang disaat yang tepat. Dengan Nakhala di gendongannya, Kun menenangkan Yudhi. Berkata bahwa semuanya dapat dibicarakan dengan baik-baik.
"Aku Jay. Adiknya Azzam." begitu kalimat pertama yang di dengar Kun.
Yudhi mengerutkan dahinya, siapa Azzam? Yudhi tak mengenalnya.
"Ya terus? Kita berdua nggak kenal siapa tuh Azzam." Yudhi berucap ketus.
"Papanya adek ini." Jay menunjuk Nakhala yang tengah asik menggigit mainannya di pangkuan Kun. Air liurnya bahkan tumpah kemana-mana.
"Ya gue bapaknya." lagi-lagi Yudhi berucap ketus. Laki-laki itu bahkan langsung menegakkan tubuhnya.
"Tapi Mami bilang, anaknya Azzam di bawa ke sini sama abang-abang gondrong. Itu kan Abang!" Jay juga tak dapat menahan nada suaranya. Bahkan Jay juga ikut-ikutan berucap ketus.
"Bocah gila! Lo kalau mau nipu jangan sama gue, gue dah khatam modus ginian."
"Aku nggak nipu! Mami bilang kaya gitu kok!"
Yudhi menghela nafas panjang, "Dah deh lo pergi aja sana."
"Nggak mau! Aku mau tinggal sama Adek!" Jay memberontak kala Yudhi menarik tangannya agar bangkit. Anak itu memeluk sandaran sofa dan merengek keras.
"Yud... Sabar dulu." Kun yang sedari diam langsung turun tangan. Menenangkan Yudhi yang tampaknya sudah emosi.
Kun memberikan Nakhala pada Yudhi. Bayi berumur delapan bulan itu tertawa senang. Mengusap-usap wajahnya pada kemeja putih Yudhi yang sudah kusut lalu tertawa kegirangan. Giginya yang sudah tumbuh empat membuatnya tampak sangat menggemaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nakhala (SELESAI)
Подростковая литератураNakha bukannya tidak bersyukur karena sudah hidup lebih dari berkecukupan dan punya empat ayah. Tetapi Nakha hanya bingung. Bagaimana bisa dia punya empat ayah tanpa adanya seorang ibu?